Merawat Manuskrip Kuno Aceh, Menjaga Harta Warisan Abad ke-16

Konten Media Partner
25 Maret 2021 19:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tim Perpustakaan Nasional turun ke Aceh, merawat masnuskrip kuno yang rusak demi menjaga lestarinya harta warisan abad ke-16.
Merawat naskah kuno warisan masa lalu Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Puluhan naskah kuno beraksara arab jawoe (jawi) tergeletak di meja, bersatu dengan lem, kertas khusus dan peralatan lainnya. Di sudut lain, naskah terlihat di atas sofa, sebagian berada di lantai beralaskan tikar.
ADVERTISEMENT
Ruang tamu Rumoh Manuskrip Aceh milik Tarmizi Abdul Hamid, ramai pagi itu, Selasa (23/3/2021). Buku-buku kuno itu sedang dirawat oleh Tim Pelestarian Pusat Preservasi Naskah Kuno dan Alih Media Perpustakaan Nasional Indonesia. Ada 9 orang yang diturunkan Perpustakaan Nasional, para ahli perawatan naskah kuno dan tim alih media.
Mereka bekerja tekun memberikan perlakuan khusus kepada harta warisan Aceh masa lalu. Misalnya, Lembaran terlepas dijilid kembali, merawat dari jamur, dan melapisinya dengan kertas khusus transparan. Sebagian naskah, juga dialih-mediakan atau digitalisasi oleh tim dari Perpustakaan Nasional.
Naskah kuno yang dirawat. Foto: Suparta/acehkini
Di luar rumah, Leni Sudiarti, salah satu ahli perawatan naskah dari Perpustakaan Nasional sedang menyemprot lembaran manuskrip dengan cairan anti jamur. Naskah itu dibiarkan mengering sejenak sebelum dilapisi dengan kertas transparan, agar tetap awet. “Ini adalah langkah preservasi untuk melestarikan naskah kuno,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perawatan yang dilakukan di antaranya; perbaikan fisik naskah dengan membersihkan seluruh lembaran dengan cairan anti jamur dan noda, pelapisan dengan kertas khusus, sampai digitalisasi naskah. Selanjutnya juga penjilidan, serta dimasukkan ke cover box sesuai ukuran naskah. “Yang diperbaiki, targetnya sekitar 150 manuskrip,” jelas Leni. Pelestarian naskah kuno dilakukan sejak Senin (22/3) dan berakhir Kamis (25/3).
Berdasarkan kerusakan yang ditemukan, naskah kuno milik Tarmizi ada yang berlubang atau robek karena telah berumur ratusan tahun, dan disebabkan jamur.
Dari amatan Leni, naskah tersebut adalah asli warisan peradaban Aceh masa silam. Hal ini ditandai dengan hiasan iluminasi pada naskah, serta aksara arab jawoe berbahasa Melayu dan Aceh. “Banyak manuskrip di Nusantara memiliki keasliannya, terutama Aceh,” katanya.
Melihat watermark kertas naskah, bukti warisan masa lalu. Dok. Rumoh Manuskrip Aceh
Menyelamatkan warisan masa lalu, pihak Perpustakaan Nasional melaksanakan program pemetaan naskah atau manuskrip Nusantara, demi menjaga khasanah dan kekayaan budaya masa lalu Indonesia.
ADVERTISEMENT
Naskah yang akan diperbaiki terlebih dahulu dilakukan pemetaan. Salah satu yang sudah didata dalam peta naskah Nusantara adalah Rumoh Manuskrip Aceh, milik Tarmizi Abdul Hamid. "Maka tahun ini kami diamanahkan untuk melakukan konservasi di Rumoh Manuskrip Aceh," kata Leni.
Sepanjang karirnya merawat naskah kuno di seluruh Indonesia, Leni mengakui masing-masing daerah punya karakter dan keunikan sendiri. “Misalnya ada yang memerlukan ritual khusus, ada yang tertutup untuk akses, juga ada (pemilik) yang tidak mau untuk dialih-mediakan,” katanya.
Tarmizi Abdul Hamid. Foto: Suparta/acehkini

Naskah Kuno Kaya Ilmu Pengetahuan

Naskah kuno yang sedang dilestarikan adalah milik kolektor sekaligus pemerhati budaya Aceh, Tarmizi Abdul Hamid (56 tahun). Selama ini, dia menyimpan warisan peradaban kaya ilmu pengetahuan itu di rumahnya yang juga difungsikan sebagai kantor Lembaga Rumoh Manuskrib Aceh. “Naskah-naskah ini saya kumpulkan puluhan tahun, sejak 1995,” katanya.
ADVERTISEMENT
Cek Midi -sapaan akrabnya- mengakui punya koleksi sekitar 580 naskah kuno, barasal dari abad ke-16 sampai abad ke-18 masehi. Semua naskah mengandung ilmu pengetahun serta peradaban masa lalu. "Saya menemukan manuskrip dan banyak ditulis oleh ulama-ulama kita terdahulu," katanya.
Menurutnya, pelestarian manuskrip seperti ini sangat penting dilakukan agar buah karya para ulama masa lalu Aceh tetap utuh sepanjang masa. Nama dan karya intelektual Islam di Aceh, hingga kini selalu menjadi referensi keilmuan di nusantara bahkan dunia.
Manuskrip kuno koleksinya yang direstorasi berupa mushaf Quran, tafsir, ilmu fiqih, tasawuf, astronomi, ibadah, doa-doa, syair, nazam dan teknik-teknik pengobatan masa lampau, semuanya mengandung ilmu pengetahuan.
Cek Midi menyampaikan apresiasi kepada tim yang telah bekerja keras untuk capaian target merawat dan melestarikan manuskrip miliknya, sekaligus menjaga literasi untuk pemanfaatan keilmuan Nusantara itu khususnya Aceh. "Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas ketulusan hati para pahlawan musafir dari Pusat Preservasi pengobatan naskah kuno Perpusnas RI," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Hanya Allah yang bisa membalas dengan setimpal kepada tim yang telah menyelesaikan pelestarian manuskrip di Rumoh Manuskrip Aceh sampai beberapa hari. Semoga kegiatan ini tidak berakhir di sini saja," tuturnya. []