Moorden Coffee: Merasakan Sensasi Kopi Nira, Merawat Sejarah Leluhur

Konten Media Partner
10 Maret 2019 14:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kopi nira menu andalan di Moorden Coffee. Perbedaan warna sebelum diaduk (kiri) dan sesudah diaduk. Foto: Adi Warsidi/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Kopi nira menu andalan di Moorden Coffee. Perbedaan warna sebelum diaduk (kiri) dan sesudah diaduk. Foto: Adi Warsidi/acehkini
ADVERTISEMENT
Wahyu, barista Moorden Coffee, telaten meracik dua jenis minuman dalam satu wadah. Air nira disiapkan terlebih dulu dalam gelas ditambah es batu, lalu perlahan dituangkan kopi arabika yang telah disiapkan memakai mesin pada takaran pas. Mereka menamakannya ‘Nirapresso’.
ADVERTISEMENT
Pramusaji lalu memindahkannya ke meja-meja pelanggan. Minuman ini mampu membuang rasa penat, menghadirkan segar sepanjang malam. Inilah menu andalan di kedai favorit terletak di kawasan Gampong Beurawe, Banda Aceh.
Kedai Moorden Coffee ramai dikunjungi setiap hari. Begitu pun ketika acehkini ke sana pada Sabtu malam (9/3), parkiran tampak hampir penuh, di kiri-kanan ruas jalan di depannya. Sementara di dalam, pramusaji sibuk menyodorkan kertas menu kepada setiap pelanggan yang datang.
Simak video berikut:
“Nirapresso, minuman spesial di sini. Permintaannya paling banyak,” kata Marhaban, pramusaji. Sebelum diaduk, minuman terlihat dua warna, putih di bawah sebagai nira dan kopi di bagian atasnya, dengan beberapa potongan kecil es batu. Ini generasi baru racikan kopi, rasanya unik.
ADVERTISEMENT
Nira adalah cairan dari Pohon Nira, jika difermentasi akan merubah kadar glukosa di dalamnya mengandung alkohol dalam jumlah kecil. Di Aceh dikenal dengan ‘Ie Jok’ yang bisa menjelma menjadi tuak memabukkan setelah berbagai proses. Namun, kopi nira tak bikin mabuk.
‘Ie Jok’ telah lama dikenal sebagai warisan minuman para leluhur Aceh masa silam. Jika anda melewati kawasan Seulimum, Aceh Besar, banyak dijual di pinggir jalan.
Bagian depan Kedai Moorden Coffee di kawasan Beurawe, Banda Aceh. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Selain warga Banda Aceh dan Aceh pada umumnya, coffee lovers dari luar Aceh menjadikan Moorden Coffee sebagai idola baru menikmati kopi. Mereka mendengar kopi nira dari mulut ke mulut, disampaikan oleh rekannya yang pernah ke sana.
“Nanti malam, kita harus mencoba kopi nira,” kata Hasudungan Sirait, rekan acehkini saat berkunjung ke Banda Aceh, pertengahan Februari 2019.
Dapur tempat meracik abek jenis kopi di kedai Moorden Coffee. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Selain kopi nira, ada berbagai aneka menu minuman dan makanan ada di sana. Ada menu ‘telur weng arabika’ paduan kopi dengan telur dan ‘moorden wine’ atau kopi arabika yang diproses fermentasi. Rasanya hampir mirip wine. Makanan juga tersedia lengkap, dari nasi goreng, mi Aceh, kebab, sampai burger.
ADVERTISEMENT
Moorden Coffee buka setiap hari sejak subuh, dan tutup jelang dini hari. Nama warung diambil dari bahasa Belanda, yang berarti "pembunuhan". Ini merujuk pada "Aceh Moorden", yang menjadi gelar bagi pembunuhan ala Aceh semasa perang melawan penjajah.
Sebuah cara membunuh dilakukan sendiri lewat penyerangan tiba-tiba dan paling ditakuti Belanda. Dengan gaya gila seperti itu pula, Aceh Pungo kemudian ditabalkan Belanda kepada orang-orang Aceh dulu.
Kutipan kata-kata Teuku Umar di dinding Moorden Coffee. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Merawat sejarah itu, kedai yang buka sejak Maret 2018 lalu, ikut menabalkan kata-kata pahlawan nasional asal Aceh, Teuku Umar saat bertempur melawan Belanda. Menjelang malam Februari 1899 silam, Teuku Umar berkata kepada pasukannya; “Beungoh singoh geutayoe jep kupi di keude meulaboh atawa ulon akan syahid (Besok pagi kita ngopi di Kedai Meulaboh atau saya akan mati syahid).” Petuah itu tertulis di dinding Moorden Coffee. []
ADVERTISEMENT
Reporter: Adi W