Nasib Siswa SMP Beutong Ateuh di Aceh: Terpaksa Pulang Cepat, Guru Jarang Masuk
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saat acehkini mengunjungi SMP Negeri Beutong Ateuh, Sabtu pagi (9/1/2021), sejumlah siswa duduk di halaman sekolah. Sebagian lainnya keluar-masuk pekarangan sekolah menggunakan sepeda motor. Kala itu jarum jam menunjukkan pukul 09.30 WIB. Namun, tiada kegiatan belajar mengajar di sekolah yang memiliki 108 siswa itu.
"Keuneuk jak woe lei, hana guru (hendak pulang, tidak ada guru),” kata Usman, siswa SMPN Beutong Ateuh kepada acehkini.
Usman mengaku kondisi demikian nyaris setiap hari dialaminya dan siswa lain, terlebih dalam sepekan ini. "Dari hari Selasa sampai hari ini guru nggak ada yang (datang) mengajar. Kami kalau belajar paling sampai pukul 12.00 WIB, tapi sering enggak ada guru,” ujarnya. Sebagaimana diketahui, waktu belajar SMP sampai pukul 13.00.
ADVERTISEMENT
Salah seorang Guru Honorer SMPN Beutong Ateuh, Tarmizi, mengatakan kegiatan belajar mengajar belum maksimal dimulai, karena baru pekan pertama setelah libur panjang tahun baru. "Kalau di sini, seminggu setelah libur sekolah memang seperti itu, jadi memang jarang masuk, satu minggu paling dua hari,” kata Tarmizi yang juga warga Beutong Ateuh Banggalang.
Jumlah guru di SMPN Beutong Ateuh sebanyak 14 orang. Dari angka itu, sembilan orang di antaranya berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), sedangkan sisanya honorer.
Menurut Tarmizi, sebagian besar guru berstatus ASN tidak menetap di rumah dinas yang disediakan tak jauh dari sekolah. Mereka memilih tinggal di daerah lain berjarak sekitar tiga jam untuk tiba di sekolah. “Kalau dibilang pendidikan seperti ini tidak efektif, maklum kalau di pelosok saya kira semuanya enggak 100 persen,” ujarnya.
Beutong Ateuh adalah sebuah kecamatan di pedalaman Kabupaten Nagan Raya. Harus menempuh perjalanan hampir 3 jam dari pusat kabupaten untuk tiba di sana, melalui jalur perbukitan sekitar 100 kilometer. Wilayah itu terkenal di Aceh karena kisah tragedi Tgk Bantaqiyah di masa konflik dulu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Beutong Ateuh juga dikenal dengan perlawanan warga menolak perusahaan tambang emas yang masuk untuk mengeksplorasi sumber daya alam di sana. []