Pledoi Pengamat Teroris Al Chaidar untuk Muchsin, Penjual Senjata ke Zakiah Aini

Konten Media Partner
4 April 2021 9:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat teroris, Al Chaidar.
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat teroris, Al Chaidar.
ADVERTISEMENT
Pengamat teroris di Indonesia, Al Chaidar, menyampaikan sebuah tulisan berjudul ‘Pledoi untuk Muchsin Kamal’ yang disebar melalui media sosial termasuk di jejaring whatsapp group yang diikuti acehkini, Minggu (4/4/2021).
ADVERTISEMENT
Tulisan itu berisi profil Muchsin dan tindak-tanduknya selama ini di Aceh. Pada 1 April 2021, Muchsin diketahui ditangkap Polisi karena berkaitan dengan aksi Zakiah Aini melakukan teror di Mabes Polri pada 31 Maret 2021.
acehkini telah medapatkan izin dari Al Chaidar yang juga akademisi di Departemen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, untuk menayangkan tulisan ‘Pledoi untuk Muchsin’, berikut isinya:
Ditangkapnya Muchsin Kamal bin Zulkifli di Banda Aceh oleh polisi karena terkait dengan serangan air-soft-gun (polisi menyebutnya air gun) yang digunakan oleh Zakiah Aini, seorang lone wolf perempuan penyerang Mabes Polri di Jakarta, 31 Maret 2021, menyisakan secuil asa untuk membelanya. Sebagai peneliti tentang terorisme saya sangat meyakini bahwa Muchsin Kamal atau biasa dipanggil Imam Muda (imeum muda) tidak bersalah dan sama sekali tak terkait dengan peristiwa serangan lone-wolf tersebut secara yuridis.
ADVERTISEMENT
Muchsin Kamal lahir di Lampoh Saka, Peukan Baroe, Pidie 6 Juli 1991, tiga puluh tahun lalu. Muchsin Kamal adalah seorang saudagar muda yang hebat. Seperti kebiasaan pedagang di wilayah Pidie yang taat beragama dan rasional dalam mengelola bisnis, dia sangat sukses dalam berbagai bisnis: perkebunan sawit, dagang air-soft-gun, jual beli bedil angin, dan perkebunan alpukat. Bisnis kebun alpukat bahkan sangat sukses dan mampu memperkerjakan banyak eks kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang tak terayomi oleh program reintegrasi pasca Memorandum of Understanding di Helsinki 2005.
Bagi kawan-kawannya eks Jalin 2010 yang sangat mengenalnya, Muhsin Kamal sangat anti terhadap ISIS (Islamic State of Iraq and Syam), dan membawa pemahaman yg sangat moderat setelah keluar dari penjara. Sebelum penangkapan kemarin sempat komunikasi beberapa rekannya, dan mereka berani menjamin Muchsin Kamal tidak tahu menahu dengan aksi lone-wolf Zakiah Aini di Mabes Polri Jakarta.
ADVERTISEMENT
Salah seorang rekannya, Agam Fitriadi, juga sependapat, bahkan menyebutkan bahwa untuk jualan air-soft-gun memang murni bisnis tidak ada kaitan apapun dengan terorisme, apalagi via online, cuma saja kadarullah pembelinya melakukan aksi yang menyalahgunakan fungsi dari air-soft-gun itu sendiri dan tentu juga keliru dari sisi agama.
Andre Marlan Sahputra, temannya yang lain, yakin bahwa sebagai penjual air-soft-gun terbesar di Indonesia, penjualan Muchsin sekitar puluhan unit dalam satu hari. Tentu pembeli datang dari berbagai kalangan masyarakat. Teungku Mukhtar, teman Muchsin yang lain, juga mengibaratkan bisnis Muchsin Kamal seperti penjual golok parang cikok, ternyata goloknya dipakai untuk begal oleh pembeli, tentu saja aksi tersebut tak terkait dengan penjualnya.
Air Gun yang digunakan Zakiah Aini. Dok, Mabes Polri
Muchsin bahkan pernah membentuk Muqawamah Media (www.muqawamah.com) pada 2014 untuk meng- counter syubhat dan propaganda ISIS di Indonesia. Media inilah yang sangat vokal membantah seluruh propaganda ISIS saat banyak pihak terpengaruh dengan ISIS di awal deklarasi mereka.
ADVERTISEMENT
Secara ideologi Muchsin sangat anti-ISIS dan anti-ideologi Takfiri. Muchsin adalah seorang yang berguna bagi banyak orang. Dia sedang membuka lahan 10 hektar kebun alpukat di Beureunuen dan mempekerjakan mantan kombatan etno-nasionalis yang sedang dalam status sebagai pengangguran banyak acara. Kini, bahkan Muchsin Kamal sedang dalam proses menggarap puluhan hektar tahap selanjutnya kebun alpukat di Sare, Aceh Besar.
Peristiwa pelatihan teroris di Bukit Jalin, Jantho, Aceh Besar, terjadi pada tahun 2010, jauh hari sebelum lahirnya ISIS tahun 2013 adalah masa lalunya yang buram. Muchsin Kamal dan beberapa eks napi teroris Bukit Jalin sangat anti dengan ISIS dan ideologi Takfiri yang sering mengkafirkan sesama muslim serta memiliki sentimen etno-rasisme dan Christophobia yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Muchsin Kamal adalah seorang teman yang dikenal sangat moderat dan memiliki visi inklusif dalam dakwah Islam oleh teman-temannya selama, sebelum dan setelah “mondok” di penjara.
Muchsin Kamal sudah menjalani masa pidana 8 tahun yang cukup lama dengan penuh kerelaan dan kesabaran spiritual dan menyadari sepenuhnya bahwa ia telah terjebak ke dalam gerakan yang memperjuangkan tegaknya Islam dengan jalan kekerasan dan berlebih-lebihan (ghuluw).
Muchsin juga aktif di Yayasan Jalin Perdamaian yang merupakan wadah yang menghimpun para eks napi teroris Bukit Jalin 2010 yang dipimpin oleh Yudi Zulfahri. Anggotanya adalah Andri Marlan, Mukhtar Khairi Ibrahim, Teungku Taufik, Yudi Zulfahri, Agam Fitriadi, Chairul Fuady, Masykur Rahmad, Munir bin Ismail atau Abu rimba, Surya Achda, Muhammad Fazil, Ule Bara, Masykur Rahmat bin Mahmud, Hasbuddin atau Abu Azzam dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sebelum tertangkap, Muchsin Kamal sedang memulai untuk bangkit dan optimis sebagai saudagar yang berniaga barang apapun yang halal dan menanam apapun yang diizinkan oleh hukum untuk menumbuhkan sejumput asa yang sudah mulai terlihat bisa dipanennya. Kadarullah kini Muchsin Kamal ditangkap; semua rekannya termasuk saya berharap bahwa ada pertimbangan khusus dari polisi agar tak menjadikannya sebagai tersangka dalam kasus yang tak dinyana sedikitpun ini. []