Potret Petobo Kini, setelah Likuefaksi

Tim ACEHKINI
Partner kumparan 1001 Media
Konten dari Pengguna
12 Februari 2019 11:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim ACEHKINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret warga berdiri menatap Desa Petobo, Palu, yang 'tertelan' Bumi setelah bencana lukuefaksi, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Potret warga berdiri menatap Desa Petobo, Palu, yang 'tertelan' Bumi setelah bencana lukuefaksi, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
“Kampung kami ditelan bumi. Petobo tinggal kenangan. Kami butuh tempat tinggal.” Itulah bunyi tulisan di atas selembar tripleks, diletakkan di ujung jalan yang tersisa. Di seberang terhampar Kelurahan Petobo, Kota Palu.
ADVERTISEMENT
Menyaksikannya laksana melihat planet lain, itu akibat digulung likuefaksi, usai gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter, 28 September 2018. Acehkini memotret kampung bencana ini, saat berada di sana, Senin (11/2).
Seorang perempuan menggendong anak, di depannya terhampar reruntuhan Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Kuatnya pergerakan tanah akibat likuefaksi bahkan mampu melumat dan meretakkan aspal jalan di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Kemarin sore, Fita (2) berlari-lari di ujung jalan itu, tak jauh dari bekas rumahnya yang kini jadi gundukan. Tempat dia ditelan tanah lalu dimuntahkan kembali. “Fika ditemukan neneknya dengan kaki masih tertanam,” kenang Fika, ibu sang bocah.
Kata Fika, sesaat setelah gempa menggoyang desanya, anaknya Fita sedang di halaman bersama adiknya. Beberapa saat kemudian tanah bergerak dan mulai menelan apa saja yang di atasnya.
Fika sempat melihat anaknya ditelan tanah bersama adik perempuannya. Belum sempat menolong dia ditarik suami untuk berlari. Sekitar 3 jam kemudian Fika ditemukan neneknya sekitar 50 meter dari tempatnya di telan bumi. Sementara adiknya tak diketahui sampai kini.
Gundukan tanah yang tergulung akibat likuefaksi dan menelan rumah warga di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Permukaan tanah yang bergelombang dan infrastruktur yang luluh lantak akibat likuefaksi di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Sisa-sisa beton dan fondasi rumah yang hancur menggambarkan dahsyatnya pergerakan tanah di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Kini keluarga kecil ini tinggal di hunian sementara, yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari area bencana. Untuk menopang ekonominya, Fika berjualan buah-buahan di tepi desa.
ADVERTISEMENT
Sementara Novianti, untuk ke sekian kalinya datang ke ujung jalan untuk melihat bekas kampungnya. Akibat Likuefaksi, rumahnya berpindah sekitar satu kilometer dari asalnya. Dia menandai dari puing-puing yang tak asing baginya.
“Saya jarang ke ke sini, masih trauma, tapi kadang-kadang kangen suasana di kampung seperti dahulu,” ujar Novi.
“Itu yang ada tanda-tanda seperti tiang bendera diyakini masih ada mayat di bawahnya,” kata Novi sambil menunjuk.
Seorang pria paruh baya dan hewan peliharaannya menyusur area Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Dua wanita berjalan di antara puing-puing aspal yang tak lagi utuh di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Kondisi tanah retak dan mengering, padahal sudah ditanami padi di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Sama seperti keluarga Fika, Novi juga untuk sementara tinggal di barak hunian sementara, sampai mereka mendapat tempat tinggal permanen. Tapi menurutnya, sampai kini dia belum tahu akan dipindah ke mana. Karena pemerintah belum punya tempat untuk membangun rumah masa depan mereka.
Menurut Novi, Petobo merupakan perkampungan yang padat, karena banyak proyek perumahan di sana. Kini seluas mata memandang hanya hamparan dengan gundukan-gundukan kecil berserta puing-puing bekas bangunan yang masih berserakan. Menyaksikannya laksana melihat planet lain.
Rumah hancur dan perabotan berserakan di antara puing bangunan di Desa Petobo, Palu, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Meski duka masih menyelimuti setelah bencana pergi, warga Desa Petobo, Palu, mulai bangkit, mengumpulkan puing-puing yang masih bisa dipakai, Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Seorang pria duduk di kursi menatap hamparan Desa Petobo, Palu, yang 'tertelan' tanah. Meski harta dan sanak saudara hilang, ia yakin harapan akan datang. Senin (11/2). Foto: Suparta/acehkini
Reporter: Suparta (Palu)
ADVERTISEMENT