Potret Sukses Pak Dosen Budidaya Jamur, Berkah Waktu Luang Kala Pandemi
ADVERTISEMENT
Sedari pagi, Ilham Maulana, bersama partnernya sibuk memanen jamur merang di dua bedeng ukuran 4x7 meter kawasan Gampong Berabung, Tungkop, Aceh Besar. Ilham adalah dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Universitas Syiah Kuala , bergelar doktor lulusan Universitas Leipzig, Jerman.
ADVERTISEMENT
Dia aktif melakukan budidaya jamur sejak akhir 2019, bersama Sadli, karibnya sesama dosen di MIPA yang berpengalaman dalam bidang itu. Awalnya sekadar hobi, tapi pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia dan Aceh pada Maret 2020, membuatnya lebih serius. Banyak waktu luang, mengingat kampus tempatnya mengabdi meliburkan mahasiswa karena pandemi.
Dengan modal awal sekitar Rp 35 juta, mereka mirintis usaha itu. Kini, tiap hari mereka menikmati hasilnya dengan memanen jamur merang yang ditanamnya di atas tongkol sawit.
“Perhari bisa 10-30 kilogram. Tergantung kondisi. Tapi sekali siklus panen bisa menghasilkan 150-200 kilogram jamur,” kata Ilham Maulana di sela memanen jamur, Minggu (8/8/2021).
Siklus panen yang dimaksud dimulai sejak penyiapan media pembibitan sampai selesai masa panen. Menurut Ilham, itu memakan waktu sekitar 2 minggu. Paska siklus sekali panen selesai, dia memulai lagi dari awal.
ADVERTISEMENT
Untuk pemasaran, Ilham mengaku belum dilakukan secara terbuka. Karena saat ini untuk pelanggan tetapnya saja kadang kekurangan stok. Dan biasanya pembeli melakukan pemesanan satu atau dua hari sebelumnya. “Untuk mereka, kami jual Rp 60 ribu per kilogramnya.”
Bersama Sadli, Ilham mengaku dengan senang hati berbagi ilmu cara budidaya jamur merang kepada masyarakat umum. Tapi hanya dikhususkan bagi mereka yang benar-benar serius.
“Jamur merang ini sifatnya sensitif. Telat menyiram misalnya atau menyiram terlalu banyak dia bisa mati. Jadi perawatan harus secara serius,” jelasnya.