Pria di Aceh Manfaatkan Halaman Belakang Rumah untuk Budidaya Jamur

Konten Media Partner
1 November 2019 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menimbang jamur tiram yang berhasil dibudidayakan Syukri. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Menimbang jamur tiram yang berhasil dibudidayakan Syukri. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Berawal dari coba-coba, budidaya jamur tiram kini menjadi usaha sampingan yang menghasilkan bagi Syukri (34 tahun). Lelaki yang berprofesi sebagai jurnalis televisi ini memanfaatkan halaman belakang rumah kontrakannya sebagai tempat budidaya.
ADVERTISEMENT
Ditemui di rumahnya, Kompleks Emperum, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Syukri mangatakan sudah memulai usaha budidaya jamur tiram sejak 5 tahun lalu.
Dari keisengannya melihat-lihat video budidaya jamur di laman YouTube, Syukri pun tertarik untuk mencobanya. Awalnya Syukri mulai dengan membeli sekitar 200 baglog (kantong media tanam jamur) kemudian ditempatkan pada rak yang telah dibuat di halaman belakang rumahnya.
Syukri merawat jamur. Foto: Suparta/acehkini
Dia mengaku, saat itu tak punya pengetahuan khusus tentang budidaya jamur. “Saya berguru pada Google dan YouTube tentang cara budidaya dan merawatnya,” ungkap Syukri.
Beberapa pekan kemudian, jamur mulai tumbuh. “Ada tetangga yang melihat, dan minta beli. Saya enggak jual, saya kasih aja ke mereka,” kisahnya.
Besoknya, tetangga lainnya datang lagi dan meminta beli. “Saya sampaikan tidak tahu harga jual. Mereka bilang di pasar Rp 70 ribu per kilogram, tapi saya kasih Rp 40 ribu ke tetangga,” ujarnya.
Jamur yang tumbuh di tempat Syukri. Foto: Suparta/acehkini
Merasa menghasilkan, Syukri mulai menambah wadah budidaya jamur menjadi 2.000 kantong. Baglog itu tidak dia produksi sendiri, tapi dibelinya dari Medan, Sumatera Utara seharga Rp 6.300 per baglog.
ADVERTISEMENT
Syukri mengaku, dalam satu baglog menghasilkan paling sedikit 7 ons jamur selama 4 bulan masa panen. “Saat masih 2.000-an baglog, sehari bisa mendapat hasil panen 15 sampai 20 kilogram. Saya menjual ke pasar tetap Rp 40 ribu per kilogram,” bebernya.
Membungkus jamur untuk dijual. Foto: Suparta/acehkini
Saat kemarau panjang melanda Aceh tiga bulan lalu, sebagian jamur miliknya tak subur. Hanya 200-an kantong yang menghasilkan. “Merawatnya mudah, hanya dengan menjaga suhu kelembaban. Saya menyiram dengan menyemprot. Hanya saat kemarau kemarin, di sini susah air, selain itu saya punya kesibukan lain saat itu,” katanya.
Kini di tengah kesibukannya sebagai jurnalis, dibantu Istrinya, Syukri tetap mengurus usaha jamur tiram dan tetap memanfaatkan halaman belakang rumahnya. Usaha sampingan ini cukup menjanjikan untuk menambah pundi-pundi rupiah bagi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana hasil budidaya jamur di halaman belakang rumah Syukri? Berikut foto-fotonya. []
Jamur di tempat syukri. Foto: Suparta/acehkini
Jamur tiram dibudidaya di belakang rumah Syukri. Foto: Suparta/acehkini
Pondok jamur dibuat khusu di belakang rumah Syukri. Foto: Suparta/acehkini
Jamur tiram tak rumit dirawat. Foto: Suparta/acehkini
Istri Syukri merawat jamur. Foto: Suparta/acehkini
Melihat yang dibudidaya di halaman belakang rumah. Foto: Suparta/acehkini
Menyiapkan jamur untuk dijual. Foto: Suparta/acehkini