Rektor di Aceh Sebut Mahasiswanya Harus Panjat Menara Masjid demi Kuliah Daring

Konten Media Partner
14 Mei 2020 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seminar nasional secara daring yang membahas tentang Quo Vadis: Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19, Kamis (14/5). Foto: Humas Unsyiah
zoom-in-whitePerbesar
Seminar nasional secara daring yang membahas tentang Quo Vadis: Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19, Kamis (14/5). Foto: Humas Unsyiah
ADVERTISEMENT
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Aceh, Profesor Samsul Rizal, menyatakan menerima keluhan dari sebagian mahasiswanya yang harus bersusah payah mengikuti perkuliahan daring karena keterbatasan sinyal internet di sejumlah wilayah di Aceh.
ADVERTISEMENT
“Ada sebagian mahasiswa kita harus mendaki ke gunung atau naik ke menara masjid untuk mendapatkan sinyal," kata Samsul Rizal dalam seminar nasional secara daring yang membahas tentang Quo Vadis: Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19, pada Kamis (14/5).
Selain Samsul Rizal, seminar yang digelar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Unsyiah, ini turut menghadirkan pemateri Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemdikbud; Prof. Nizam, dan Dede Yusuf; Wakil Ketua Komisi X DPR RI.
Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal, saat mengisi seminar nasional secara daring bersama Dede Yusuf dan Prof Nizam. Foto: Dok. Humas Unsyiah
Keluhan keterbatasan sinyal internet itu, diterima Samsul dari mahasiswa yang menetap di kawasan barat selatan Aceh dan daratan tinggi Gayo. Dia berharap agar pemerintah memperbaiki jaringan yang buruk, sehingga memudahkan mahasiswa kuliah daring.
Sementara itu, Plt Dirjen Dikti Prof. Nizam menuturkan sistem perkuliahan daring sebenarnya telah dicanangkan di Indonesia sejak 1984. Pada awal tahun 2000-an, imbuhnya, pemerintah bekerja sama dengan dengan operator internet dan content provider untuk mewujudkan perkuliahan daring.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, saat itu belum semua perguruan tinggi menerapkan perkuliahan daring. Namun, karena wabah COVID-19, sebutnya, kini hampir 98 persen perguruan tinggi di Indonesia menerapkan kuliah daring. "Upaya kita 20 tahun lalu, bisa tuntas hanya dalam satu Minggu,” ujarnya.
Waki Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, berharap kuliah daring nantinya agar terus berlanjut meski pandemi COVID-19 telah usai. Menurutnya, kondisi saat ini menjadi momentum bagi pemerintah dan pelaku IT untuk menghadirkan aplikasi penyedia pendidikan yang dapat digunakan di seluruh kampus Indonesia.
Selama masa perkuliahan daring, ujar Dede, kemampuan mahasiswa mencari dan menjaring ilmu pengetahuan lebih meningkat. "Ini menjadi tantangan tenaga pendidik untuk menjadikan mahasiswa sebagai partner yang pro aktif, bukan lagi sekadar memberi tugas," tuturnya.
ADVERTISEMENT