Ritual 'Thaipusam', Potret Keberagaman Hindu-Islam di Serambi Makkah

Konten Media Partner
28 April 2019 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Meski menjadi minoritas, umat Hindu di Aceh hidup dengan tenang. Mereka merayakan ritual agama dengan bebas di tengah warga Serambi Makkah yang mayoritas beragama Islam.
ADVERTISEMENT
Bibir komat-kamit melafalkan mantra. Asap pembakaran dupa meluap ke udara dan seketika semerbak, menusuk tajam hidung-hidung yang menciumnya. Suara lonceng dan tabuhan gendang terdengar menggema. Tiba-tiba, besi sepanjang satu meter menembus pipi lima pria bertelanjang dada.
Sementara itu, beberapa pria lainnya menusukkan besi sepanjang 20 sentimeter ke lidah yang terjulur hingga tembus. Meski raut wajah lima pria itu seakan mengerang kesakitan, namun tak setetes darah pun tumpah. 'Pemandangan' ini berhasil membuat siapa pun yang melihat jadi bergidik dan mengerutkan dahi.
"Dia ditusuk tidak berdarah itu tandanya dia telah suci," ujar Paini, umat Hindu keturunan Tamil, Hindia kepada Acehkini, Minggu (28/4).
Pria 65 tahun itu lahir dan menetap di Lampaseh, Kota Banda Aceh. Menusuk diri dengan besi telah menjadi rangkaian ritual adat umat Hindu keturunan Tamil, India, di Banda Aceh, Provinsi Aceh.
ADVERTISEMENT
Mereka merayakan ritual keagamaan Thaipusam atau Maha Puja Pangguni Uthiram Thiruvila di Kuil Palani Andawa, Kampung Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
Umat Hindu dalam ritual Thaipusam, warga muslim ikut menontonnya. Foto: Suparta/acehkini
Saat melaksanakan ritual tersebut, mereka turut memanjatkan puja-puji kepada Dewa Murugan sebagai ungkapan terima kasih. Dalam ritual itu, mereka juga melepaskan nazar dan mendoakan agar umat manusia, terutama di Aceh, agar hidup damai dan sejahtera.
Selain itu, Thaipusam juga berkaitan dengan iman, ketekunan, dan penebusan dosa. Dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur serta penghormatan masyarakat Hindu Tamil dari berbagai kasta dan budaya kepada Dewa Perang.
Ritual ini dilakukan pada bulan Pangguni dalam penanggalan Hindu Tamil atau sekitar bulan April. Persiapan dilakukan tiga hari sebelum digelar. Pria-pria yang akan melakukan atraksi tusuk diri harus mengikhlaskan jiwa dan raga, tanpa paksaan ketika ritual dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Untuk orang yang ditusuk pada ritual itu paling sedikit satu orang pria. "Jika banyak semakin bagus," kata Paini.
Tak hanya itu, mereka juga harus berpuasa selama tiga hari berturut-turut di dalam kuil dan terus melafalkan doa-doa atau mantra-mantra, serta puja-puja untuk dewa.
Selama puasa, mereka hanya diperbolehkan makan sekali dalam sehari, yaitu jam 12 siang. Makanannya cuma sayuran atau hasil tumbuhan, sedangkan daging tidak diperbolehkan.
Pada hari ketiga, dari kuil mereka dibawa ke sungai untuk disucikan. Setelah dianggap bersih dan suci, pria-pria itu kemudian ditusuk dengan besi. Terakhir, mereka yang tertusuk diarak keliling jalanan yang mengitari kuil. Setiba di kuil, tusukan tersebut dilepas.
"Setelah dilepas biasa saja. Tidak ada bekas luka," ujar Paini.
Ritual Hindu digelar sambil keliling kampun, bahkan diiringi Barongsai. Foto: Suparta/acehkini
Umat Hindu keturunan Tamil di Kampung Keudah, Kecamatan Kutaraja, berjumlah 15 orang. Jumlah itu turun drastis pasca-tsunami menerjang Aceh tahun 2004. Sebelumnya, diperkirakan jumlah umat Hindu di Aceh lebih dari 100 orang.
ADVERTISEMENT
Saat tsunami, sebagian mereka ikut menjadi korban dan sebagian lainnya pindah ke Sumatera Utara. Paini termasuk generasi ketiga keturunan Tamil di Banda Aceh. Ia fasih berbahasa Aceh. Rumah ibadah Kuil Palani Andawa berdiri tahun 1934.
Meski tidak pernah terjadi konflik agama, menurut Paini, ritual keagamaan Thaipusam baru digelar secara besar-besaran di luar kuil di Banda Aceh, tahun 2012. Hingga sekarang, ritual ini rutin digelar setiap tahun.
"Saya yang lahir di Aceh tidak melihat konflik agama di sini. Kita saling menghargai," tutur Paini.
Wanita muslim ikut melihat aksi mengarak Dewa Murugan dalam ritual Hindu di Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Jamal, warga Kampung Keudah, menyaksikan ritual tusuk diri dengan antusias. Meski sinar matahari terik, pria 52 tahun itu tetap duduk bersama puluhan warga lain untuk menyaksikan ritual tusuk diri umat Hindu keturunan Tamil. Ia warga Kampung Keudah. Rumahnya berjarak sepelemparan batu dari tempat tusuk diri digelar.
ADVERTISEMENT
"Saya ikut melihat ini sebagai sebuah kebudayaan. Sehari-hari kita baik sama mereka," tutur Jamal saat berbincang dengan Acehkini.
Ia menuturkan, warga Kampung Keudah yang mayoritas muslim menganggap umat Hindu keturunan Tamil seperti keluarga.
"Kalau terjadi apa-apa sama mereka, kita berhak melindungi mereka. Walaupun agamanya berbeda. Kalau dalam Islam, mereka termasuk dalam golongan kafir yang harus dilindungi," ujar Jamal.
Warga muslim Aceh ikut berbaur menikmati perayaan ritual Hindu. Foto: Suparta/acehkini
Warga Kampung Keudah paham betul bertoleransi. Menurut Jamal, meski ritual keagamaan Thaipusam itu diarak keliling kampung, dirinya tidak pernah merasa risau. Namun, Jamal mengingatkan mereka agar tidak memukul alat gendang yang digunakan saat ritual, ketika azan berkumandang.
"Kalau saling menghargai tidak masalah. Mereka memang selama ini memberhentikannya ketika terdengar suara azan. Lain tidak ada kendala," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Malam tadi, Jamal mendapat beberapa buah-buahan, seperti jeruk yang digunakan sebagai persembahan oleh umat Hindu. "Saya makan buahnya. Tapi niat saya, saya makan ini seperti memakan buah yang diberikan oleh teman, bukan buah persembahan untuk dewa," ujarnya. []
Reporter: Habil Razali | Windy Phagta