Usai Memberi Hormat, Amat Leupon Membunuh Kapten Schmid dengan Rencong (6)

Konten Media Partner
22 Oktober 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kisah pembunuhan dengan rencong dilakukan dengan nekat oleh Amat Leupon kepada Kapten Schmid. Amat seorang diri menyerang pemimpin pasukan marsose itu saat latihan baris-berbaris. Cerita heroik ini banyak tercatat dalam buku-buku yang menulis sejarah perang kolonial Belanda di Aceh.
Orang Aceh dengan rencong, pedang dan senapan di masa perang melawan Belanda. Dok. KITLV
Senin pagi 10 Juli 1933, Kapten Charles Emile Schmid, Komandan Divisi V Marsose di Lhoksukon, Aceh Utara, mengumpulkan seluruh pasukannya untuk apel. Dia memimpin upacara dan latihan baris-berbaris para bawahannya. Itu adalah kegiatan rutin.
ADVERTISEMENT
Jelang akhir kegiatan, Schmid masih serius memperhatikan prajuritnya berlatih berbaris. Seorang warga lewat di jalan dekatnya, lalu mendekati Schmid. Dia memberi hormat dengan mengangkat tangan melekatkan jari ke keningnya kepada perwira Belanda itu.
Schmid membalas mengangkat tangan, tiba-tiba dengan sebuah gerakan cepat sebilah rencong telah dihujamkan ke tubuhnya. Schmid jatuh bersimbah darah. Warga yang nekat melakukan pembunuhan itu diketahui bernama Amat Leupon.
Para prajurit panik, sebagian menyelamatkan Schmid dan lainnya menyerang Amat yang hanya seorang diri. Dia terus memberikan perlawanan dengan rencong di tangannya.
Kapten C.E. Schmid. Dok. Buku The Dutch Colonial War in Aceh
Amat Leupon yang seorang diri berhasil dibunuh dengan pedang oleh seorang Marsose bernama Asa Baoek. Belakangan Asa Baoek mendapat anugerah bintang salib perunggu dari Pemerintah Belanda, karena jasanya membunuh Amat Leupon. Dalam banyak sumber tidak dijelaskan siapa Amat Leupon, diyakini sebagai warga biasa.
ADVERTISEMENT
Kapten Schmid dengan luka parah diboyong ke rumah sakit di Lhoksukon, tapi nyawanya tidak tertolong. Dia mati dalam perjalanan.
Jenazahnya kemudian dibawa dari Lhoksukon ke Kutaraja (Banda Aceh), dimakamkan di kompleks perkuburan Belanda, Kerkhof Peucut. Kisah ini banyak ditulis dalam buku-buku sejarah perang Aceh, seperti oleh Tjoetje dalam Perkuburan Belanda Peutjuet Membuka Tabir Sedjarah Kepahlawanan Rakyat Atjeh (1972).
Kerkhof Peucut adalah kompleks perkuburan militer Belanda terbesar di luar negerinya. Di area seluas 3,5 hektare terbujur jasad sekitar 2.200 prajurit asli Belanda, maupun dari suku Jawa, Batak dan Ambon yang tegabung dalam Korps Marsose, bagian dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau tentara Kolonial. []
Kerkhof Peucut di Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini