WRI Indonesia Latih Belasan Pemuda Anggota Perhutanan Sosial di Aceh

Konten Media Partner
15 November 2022 19:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatihan fotografi kepada anggota perhutanan sosial di Aceh. Foto: FJL
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan fotografi kepada anggota perhutanan sosial di Aceh. Foto: FJL
ADVERTISEMENT
World Resources Institute (WRI) Indonesia melatih 19 anggota perhutanan sosial dari tiga kabupaten di Provinsi Aceh dalam program ‘Muda Melangkah’ di Parkside Gayo Petro Hotel, Takengon, Aceh Tengah, 14-17 November 2022.
ADVERTISEMENT
Peserta berasal dari kelompok Perhutanan Sosial (PS) HKm Alue Simantok (Bireuen), LPHD Bale Redelong (Bener Meriah), dan HKm Tuah Sejati (Aceh Besar), dan perwakilan dari kawasan yang sedang menunggu pengesahan perhutanan sosial, yakni KTH Meuseuraya (Bireuen) dan Kampung Bukit Mulie (Bener Meriah).
Program WRI tersebut bertujuan agar anggota perhutanan sosial di Aceh mempunyai pengetahuan dalam konservasi lingkungan maupun menghadirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Mereka diberikan pengetahuan seputar gender, perubahan iklim, demokrasi, kepemimpinan, advokasi hingga jurnalisme warga.
Senior Manager Riset, Data, dan Inovasi WRI Indonesia, Dean Y. Affandi, mengatakan melalui skema perhutanan sosial kelompok warga diberi kesempatan untuk terlibat mengelola kawasan hutan, tetapi tanpa mengubah fungsi. Warga juga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian hutan.
ADVERTISEMENT
Dean menuturkan sebuah izin perhutanan berlaku hingga 35 tahun. Panjangnya durasi waktu pengelolaan membuka peluang bagi warga untuk merancang program berkelanjutan dan melibatkan lintas kelompok warga. “Status izin PS (perhutanan sosial) diberikan selama 35 tahun, hampir mustahil tidak melibatkan anak muda dalam pengelolaannya,” ujar Dean, Selasa (15/11/2022).
Para peserta pelatihan “Muda Melangkah” diajak berkunjung ke Kampung Bale Redelong, Kecamatan Bukit, Bener Meriah untuk melihat aktivitas perhutanan sosial di sana. Lembaga Pengelola Hutan Desa Bale Redelong memiliki kelompok usaha budidaya madu dan pertanian kopi.
South Sumatra and Aceh Senior Program Lead WRI Indonesia, Jasnari menuturkan peserta yang telah dilatih diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengelola perhutanan sosial dan menyusun aksi penyelamatan lingkungan. “Kami juga akan terus mendampingi para anggota KUPS agar dapat memaksimalkan perizinan yang telah dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Jasnari.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh Abdul Hanan menuturkan program di perhutanan sosial berorientasi pada penyelamatan hutan dan peningkatan kesejahteraan warga. Melalui skema perhutanan sosial, negara memberikan ruang bagi warga untuk terlibat mengelola hutan untuk peningkatan ekonomi, tetapi tetap menjaga kelestarian hutan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh Abdul Hanan memberikan materi kepada peserta. Foto: FJL
Hanan mengatakan pengelolaan hutan bukan hanya menanam pohon untuk kepentingan penghijauan, tetapi harus bisa memberikan nilai tambah bagi warga. Oleh karena itu jenis tanaman yang ditanam harus memiliki fungsi konservasi dan ekonomi, seperti tanaman jengkol, alpukat, atau program budidaya madu, serta wisata alam. “Pendekatan bukan hanya penghijauan, harus ada nilai tambah bagi warga di kawasan hutan,” kata Hanan.

Dibekali Pengetahuan Lingkungan hingga Menulis

Pada hari pertama pelatihan 'Muda Melangkah', peserta dibahani topik tentang pengelolaan perhutanan sosial pasca izin diisi oleh Crisna Akbar dari Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh. Sedangkan materi memperkuat kontribusi anak muda dalam pengelolaan perhutanan sosial diisi oleh Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin.
ADVERTISEMENT
Dalam program tersebut para peserta juga dilatih jurnalisme warga. Kemampuan menuliskan laporan singkat pendekatan jurnalistik diharapkan kampanye perhutanan sosial masif di media sosial dan media mainstream.
Pelatihan jurnalisme warga diisi oleh Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh. Pendiri FJL Aceh, Adi Warsidi menuturkan jurnalisme warga dapat menjadi jembatan bagi peserta untuk mengkampanyekan aktivitas perhutanan sosial ke publik.
Peserta pelatihan bersama pemateri dan perwakilan WRI. Foto: FJL
Peserta dilatih cara menulis laporan pendek, cara memotret dan membuat video menggunakan gawai. “Minimal peserta dapat membuat laporan secara baik terkait kegiatan di kelompok perhutanan sosial mereka masing-masing,” kata Adi.
Pasca pelatihan jurnalisme warga, peserta tetap akan dibimbing oleh FJL Aceh hingga dapat memproduksi karya yang berkualitas. Pada akhir Desember 2022 karya para jurnalisme warga akan diluncurkan dalam bentuk buku elektronik. []
ADVERTISEMENT