Sepenggal Cerita untuk Bumi

Konten dari Pengguna
13 Juli 2018 17:58 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malvino Aprialdy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Frankfurt & Moskow , Desember 2014
aku diminta dokter untuk bed rest” terdengar suara lirih istriku di ujung telepon.
ADVERTISEMENT
Tanpa berpikir panjang, segera ku bergegas membeli tiket ke Moskow, kota dia berdomisili. Selama 3 jam waktu penerbangan Frankfurt – Moskow, pikiranku membuka halaman masa lalu, di masa istriku pernah 2 kali mengalami keguguran. Kali ini aku bertekad, kejadian serupa tidak berulang.
Sesampainya di Moskow, kami mendiskusikan hasil pemeriksaan dokter, singkat cerita Dokter menyatakan kondisi kehamilannya cukup beresiko, dibutuhkan perhatian dan penanganan medis tertentu, serta memintanya untuk bed rest selama 3-4 bulan pertama kehamilan.
Belum sempat diriku menyusun kata-kata untuk memberikan semangat kepadanya, dengan suara yang tenang sambil memegang perutnya dia mengatakan: “aku ga sabar lihat anak kita, seperti apa ya dia”. Sejak detik itu saya tahu, kali ini Tuhan akan memiliki rencana yang berbeda, kali ini akan ada seorang anak lahir ke bumi dari rahim istriku.
foto: koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Moskow, Maret 2015
it’s a boy” Dokter menyampaikan kabar tersebut kepada kami dengan suara yang terbata-bata, walaupun klinik yang kami datangi bernama American Clinic, lucunya tidak banyak dokter dan perawat yang bisa berbahasa inggris.
Tentunya kabar ini menyenangkan kami, yang lebih penting lagi adalah kondisi kehamilan yang semakin baik. Setelah 4 bulan bed rest sekaligus sempat diminta berobat saja ke Indonesia oleh dokter karena jenis penyakit yang diderita istri tidak ditemukan di Rusia, saat ini kondisinya mulai stabil dan dapat beraktifitas normal.
Selanjutnya, kami mendiskusikan pilihan nama. Kami teringat di awal-awal pernikahan, istri pernah mengatakan apabila memiliki anak lelaki, maka dia mau memberikan nama ‘Bumi’.
Berangkat dari nama tersebut, istri memintaku untuk mencari nama lengkap untuk anak kami kelak, kami sepakat bahwa nama yang diberikan nama yang ‘sangat indonesia’, yang memberikan identitas ke’indonesia’an.
ADVERTISEMENT
Moskow, Juli 2015
Sudah lebih dari 1 minggu dari sejak kedatanganku di Moskow, tidak ada tanda-tanda istriku akan segera memasuki proses persalinan, usia kandungan pun sudah 10 bulan. Akhirnya kami bersama dokter memutuskan akan diambil tindakan medis induksi, untuk memancing kontraksi kehamilan istri serta memulai proses persalinan. Tidak banyak persiapan yang kami lakukan menghadapi persalinan istri, walaupun proses induksi cukup beriko, kami cukup tenang, rasanya tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan karena hal-hal terberat rasanya sudah lewat.
Tepat sebelum proses induksi dimulai Dokter kembali mengatakan Induksi sebagai proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi, rasa sakit yang ditimbulkan juga akan lebih lama dari persalinan normal biasa. Benar saja, setelahnya istri saya terlihat kesakitan, kupegang tangannya berharap dapat menemaninya untuk melewati rasa sakit menghadapi kontraksi dan proses bukaan yang cukup untuk dilanjutkan ke proses persalinan.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 6 jam dari kesakitannya, istri sudah mencapai bukaan ke - 8, “ayo dikit lagi Nin, sebentar lagi bukaan 10 kamu lahiran” ujarku memberi semangat, ternyata tubuh istriku mendadak biru dan menggigil hebat, Dokter dan timnya segera bertindak sangat cepat dan langsung diputuskan dilakukan operasi C-section saat itu juga.
Peristiwa tersebut berjalan sangat cepat, sampai saya mendengar suara tangisan bayi, sore itu, di teriknya musim panas dan panjangnya waktu berpuasa Ramadhan di Moskow, lahir putra kami, kami memanggilnya ‘Bumi’.
foto: koleksi pribadi
Jakarta, Juli 2018
Hari ini, putra kami hampir menginjak usia ke - 3, saya memutuskan untuk menulis artikel ini untuknya, dengan harapan ketika sudah sampai usia baca dan dapat mengerti makna kalimat, dia dapat membaca jejak digital ini.
ADVERTISEMENT
Untuk putra kami Bumi, selamat ulang tahun nak
Di masa kecilmu ini, kami telah belajar banyak darimu
Kehadiranmu memacu kami untuk menjadi figur yang lebih baik
Pada saatnya nanti, kau akan melangkah untuk menentukan takdirmu sendiri
Bila kau benar, yakinlah dengan langkahmu
Bila kau salah, belajarlah dari kesalahanmu sendiri, karena itulah guru terbaik dalam hidup
Ambilah yang baik dari kami, singkirkanlah yang buruk dari kami
Kau akan lihat bahwa kami sebagai orang tua pun ada saatnya perkataan tidak sejalan dengan perbuatan.
Doa dan harapan kami telah kami tuangkan dalam namamu.. Aksara Ksatria Bumi
May you’ll always be the comforter to your mother, the bad-ass sidekick to me, the light to the mankind.
ADVERTISEMENT
Whatever life brings, may you’ll always be the master of your own destiny.