2021 Masih Awal, Bencana Menguji Bangsa

ACT Jakarta Barat
Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap
Konten dari Pengguna
26 Januari 2021 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ACT Jakarta Barat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengawali tahun 2021 Indonesia kembali berduka, terdapat beberapa bencana alam yang dirasakan masyarakat Indonesia. Iklim dan cuaca merupakan salah satu faktor terjadinya bencana. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) memperingatkan masyarakat agar waspada dan siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, jelang puncak pada Februari 2021.
Minggu kedua awal tahun 2021, Kabar duka datang dari pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor penerbangan SJ 182 hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pesawat kehilangan radar pukul 14.40 WIB. Penemuan material pesawat dan barang bawaan penumpang disekitar wilayah Pulo Kaki menjadi petunjuk tim gabungan dan relawan yang bertugas dalam pencarian. Jumlah penumpang pesawat Sriwijaya SJ 182 terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 12 kru. Hingga 18 Januari 2021 telah teridentifikasi 29 jenazah korban Sriwijaya Air SJ 182.
Di hari yang sama, terjadi bencana longsor di Perumahan Pondok Daud, Dusun Bojongkondang, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (9/1/2021). Longsor pertama pukul 15.30 WIB disusul dengan longsor kedua pukul 18.30 WIB. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) faktor penyebab longsor di Sumedang adalah curah hujan yang tinggi, kontur geografis tidak stabil, dan lokasi longsor merupakan lahan terbuka tampa vegetasi berakar kuat. Dari data yang terkumpul hingga 18 Januari 2021, sebanyak 36 korban tewas berhasil ditemukan, 4 orang masih dalam pencarian. Sebanyak 14 rumah rusak berat, 1 jembatan putus dan beberapa ruas jalan tertutup longsor. 1.020 jiwa pengungsi terbagi di pos pengungsian Lapangan Taman Burung dan rumah kerabat yang aman dari potensi longsor.
Banjir besar Kalimantan Selatan yang terjadi yang terjadi sejak (12-13/1/2021). Banjir tersebut diakibatkan curah hujan tinggi. Dikutip dari CNN Indonesia Data Balai Besar Teknologi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) menyebutkan bahwa tingkat curah hujan saat ini mencapai 270 mm per hari. Selain curah hujan tinggi berkurangnya area penghijauan memicu banjir di Kalsel. Banjir bandang mengakibatkan ribuan rumah warga terendam dan kurang lebih 2000 warga diungsikan. Banjir merendam 11 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan, kabupaten Banjar mencatat 7.474 kepala keluarga dan 27.249 jiwa. Kemudian disusul dari Kabupaten Tanah Laut sebanyak 6.661 kepala keluarga dan 21.990 jiwa. Banjir tak hanya mengepung dua wilayah tersebut, namun juga Ibu Kota Provinsi Kalsel, yaitu Kota Banjarmasin.
Musibah besar juga menghampiri sebagian wilayah Sulawesi Barat. Gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021) sekitar 01.28 WITA. Melansir laman resmi BMKG, episenter gempa tersebut terletak pada koordinat 2.98 LS 118.94 BT dan berada di darat 6 kilometer Timur Laut Majene. Kuatnya gempa meruntuhkan kantor gubernur Sulbar, hotel, puskesmas, dan puluhan rumah warga. Sebelumnya, pada Kamis (14/1/2021) sekitar 13.35 WITA, Majene telah diguncang gempa dengan kekuatan 5,9 magnitudo. Kuatnya getaran gempa kedua hingga terasa wilayah Palu, Sulawesi Tengah, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Dilansir dari Tempo.co, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB menjelaskan dari keterangan tertulis BNPB hingga Senin (18/1/2021) terdapat 81 korban tewas gempa Sulbar yaitu 70 orang di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene.
Pada Sabtu (16/1/2021) sore pukul 17.24 WIB, telah terjadi Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 kilometer. Mengenai status gunung, saat ini Gunung Semeru masih berada pada level II atau 'Waspada' dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sedang melakukan evaluasi lebih lanjut. Wilayah yang terdampak abu vulkanik Semeru sebanyak 2 Kabupaten, 14 Kecamatan. Dalam musibah erupsi gunung semeru terdapat korban meninggal dunia sebanyak 5 orang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kelima korban tewas itu ditemukan di desa Hantakan. Wilayah Terdampak Abu Vulkanik Semeru. Dari data yang ada potensi bahaya lontaran batu pijar di sekitar puncak, abu vulkanik tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin, awan panas dan guguran bantuan dari kubah lava ke sektor Tenggara dan Selatan.
Gunung Merapi kembali aktif dan mengeluarkan lava pijar. Status siaga level III mengharuskan segala bentuk kegiatan dan pariwisata di wilayah Gunung Merapi dihentikan untuk saat ini. Dari pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang dilakukan periode ahad (17/1/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB, mencatat ada 36 kali guguran lava pijar. Dikutip dari halaman Kompas.com, potensi bahaya Gunung Merapi kali ini berupa guguran lava, awan panas pada pada sektor Sungai Kuning, Sungai Boyong, Sungai Bedog, Sungai Krasak, Sungai Bebeng dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 Km. BPPTKG mencatat Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi sejak 4 januari. Hingga saat ini gunung merapi sudah tujuh kali meluncurkan awan panas dan lebih dari 100 kali memuntahkan lava pijar.
ADVERTISEMENT
Tim ACT bersama relawan terus terjun ke wilayah bencana membantu saudara kita dan menyalurkan donasi sahabat dermawan dan saat ini kebutuhan para korban bencana yang tinggal di pengungsian diantaranya Tenda, makanan, pakaian, masker, obat-obatan dan selimut. Untuk sahabat dermawan yang ingin berbagi bisa kirim bantuan terbaik ke alamat Permata Boulevard Business SQR 01-BC, Jl. Raya Pos Pengumben 31-1, 10/3, Serengseng, Kec Kembangan, Jakarta Barat kunjungi website https://jakbar.indonesiadermawan.id/SelamatkanBangsa atau hubungi nomor 021-25680759 / 082295909591.