Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia Bentuk Perhatian Kepada Pendakwah

ACT Jakarta Barat
Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap
Konten dari Pengguna
23 September 2021 10:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ACT Jakarta Barat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin menyerahkan simbolis kepada dai dalam peluncuran Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, di Kantor MUI, Rabu (15/9/2021). (ACTNews/M. Ubaidillah)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin menyerahkan simbolis kepada dai dalam peluncuran Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia, di Kantor MUI, Rabu (15/9/2021). (ACTNews/M. Ubaidillah)
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama 2 tahun, terbukti telah memberikan dampak signifikan terhadap banyak aspek kehidupan masyarakat. Aspek Ekonomi menjadi aspek kehidupan utama selain kesehatan, yang paling terasa signifikan pengaruhnya. Bukan hanya bagi para pelaku usaha seperti UMKM yang gulung tikar, juga pekerja informal yang terpaksa terhenti. Tapi juga di sisi lain sering luput dari perhatian yaitu kehidupan para dai.
ADVERTISEMENT
Banyak dai yang turut mengalami kesulitan ekonomi di masa pandemi dan berdampak pada berkurangnya kegiatan dakwah yg mereka lakukan karena ketiadaan biaya, juga akibat adanya berbagai pembatasan aktivitas. Meski sebelumnya, kondisi ekonomi mereka juga tak lebih baik.
Fakta tersebut disadari oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Banyak laporan berbagai ormas yang berada di bawah naungan MUI, maupun dari realitas langsung yang ditemukan di masyarakat.
MUI berupaya untuk memberi solusi atas permasalahan kehidupan para dai dengan memuliakan mereka dengan memberikan dana kehormatan sebagai solusi operasional dakwah mereka. Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia menjadi solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan inu. Aksi Cepat Tanggap, sebagai lembaga kemanusiaan yang telah resmi berkolaborasi dengan MUI, merasa berkewajiban untuk turut mendukung dan mensukseskan gerakan memuliakan kehidupan para dai ini.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Dakwah & Ukhuwah MUI, Cholil Nafis, menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak dai yang terkena dampak ekonomi. Namun para dai tidak mungkin meminta-minta. Mereka menjaga iffah atau kehormatan sebagai seorang dai.
Beliau melanjutkan, para dai tidak akan menampakkan kekurangan. Sebab itu, orang-orang yang berkemampuan rezeki harus ikut mendukung sebaik baiknya mendukung gerakan kebaikan ini. Kerap ditemui MUI banyak guru mengaji, imam salat, marbut masjid dan dai-dai kesulitan ekonomi.
"Kami menyaksikan langsung, banyak dai di rumah tidak punya gas, tidak punya beras, tetapi saat berangkat dakwah, mereka (para dai) seakan seperti orang kaya. Mereka memakai parfum dan baju bagus," ujarnya dalam peluncuran Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia di Kantor MUI, Rabu (15/9/2021).
ADVERTISEMENT
“Saya menyaksikan betul seorang dai (selama) 25 tahun merawat masjid, menjadi muazin, menjadi imam rawatib. Sampai sekarang di usia 55 tahun belum punya rumah. Seperti kemarin, kami lihat di Banten, sebulan dibayar Rp50 ribu. Kira-kira makan apa? Semua karena pertolongan Allah. Itulah yang mengetuk hati kita semua yang punya kemampuan,” tambahnya.
Cholil Nafis menegaskan, MUI mendorong kebaikan ini agar diperluas. Bukan hanya di pusat, tetapi juga merata di berbagai daerah di Indonesia. “Jangan sampai ada ustadz atau kiai yang minta karena jebol iffahnya,”. Ia juga menyatakan, peluncuran Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia hari itu menjadi syiar dakwah.
“Ulama bisa menyampaikan ini, tetapi kami butuh teman-teman di ACT untuk menyampaikan juga di lembaga-lembaga amil, lembaga filantropi lain. Jadi harus ada yang merealisasikan. Mudah-mudahan niat kita ini oleh Allah swt dirahmati, diberikan kelancaran, diberikan keamanahan. Amanah dalam mengemban ilmu, dalam kesehatan, dalam kesempatan yang diberikan kepada kita,” tegas Cholil.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Aksi Cepat Tanggap memberikan dukungan kepedulian MUI kepada dai dengan bantuan biaya hidup untuk 1.000 dai dan bantuan operasional untuk 1.000 pesantren di tahap awal.
Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin menjelaskan, masyarakat Indonesia harus memposisikan dai di tempat yang terhormat. Harus diyakini, bahwa Indonesia saat ini merupakan karya para dai,
"Ini adalah bantuan kehormatan. Karena para dai adalah orang-orang terhormat yang harus dimuliakan,” kata Ahyudin.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dai yang hanya dilihat sebagai guru mengaji. Secara kebangsaan, peran dai lebih dari itu, dai menjadi pemersatu bangsa. Senantiasa membina umat dalam kehidupan beragama. Oleh karena itu, ACT mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan ini melalui berbagai bentuk dukungan yang bisa turut membantu mensejahterakan para dai.
ADVERTISEMENT