Sekolah Offline 2021 Disambut Positif oleh Orang Tua Siswa

Ade Putri Lestari
Mahasiswa Jurusan Digital Public Relations
Konten dari Pengguna
20 Desember 2020 19:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Putri Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir satu tahun pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, berbagai sektor masih terkena imbasnya, tak terkecuali sektor Pendidikan. Dampak tersebut sampai saat ini masih dirasakan oleh pelajar di Indonesia, dimana mereka harus meniadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dan beralih ke sistem daring.
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan secara tatap muka mulai Januari 2021 mendatang. Pernyataan tersebut beliau sampaikan pada konferensi pers yang yang disiarkan melalui Kanal Youtube Kemendikbud RI pada Jumat (20/11).
Kebijakan yang diikuti dengan syarat untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan tersebut tentunya disambut antusias oleh orang tua siswa. Pasalnya, selama pembelajaran daring dilakukan, banyak di antara orang tua siswa yang mengaku merasa terbebani karena pemahaman yang sulit didapat oleh anak-anak mereka selama belajar di rumah.
“Saya setuju sih, kalo belajar tatap muka Semester 2 di tahun depan. Soalnya, selama belajar di rumah, anak-anak tuh susah belajarnya dan buat memahami pelajaran, kalau tidak dijelasin sama gurunya juga susah. Sebaliknya, gurunya juga pusing karena ga tau kemampuan anak-anak seperti apa? Sejauh ini, setau saya semua orang tua memang menyambut baik sih kalo sekolah beneran dibuka tahun depan,” ujar Musyarofah (38) selaku orang tua siswa kelas 3 di salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor.
ADVERTISEMENT
Dengan diberlakukannya pembelajaran secara daring, para orang tua berharap agar anak-anak mereka dapat belajar dengan kondusif selama pandemi tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Bagi guru dan orang tua, terdapat tiga faktor yang membuat pelaksanaan pembelajaran daring dinilai kurang efektif.
Pertama, sarana prasarana belajar online kurang memadai. Tidak semua orang tua siswa memiliki handphone, laptop, PC atau sarana belajar daring lainnya. Banyak guru dan orang tua yang juga mengeluh karena sulit menguasai metode belajar secara daring. Hal tersebutlah yang membuat kegiatan belajar menjadi kurang optimal.
Kedua, sulit mengatur waktu, khususnya untuk siswa yang kedua orang tuanya bekerja. Tugas sekolah biasanya diberikan jam 8 pagi untuk kemudian dikumpulkan sebelum jam 12 siang. Bagi orang tua yang bekerja dan anaknya tidak memegang gawai untuk belajar daring, maka hal ini sedikit menyulitkan para orang tua. Pada akhirnya, orang tua lah yang mengerjakan tugas anak-anak mereka, sehingga membuat kegiatan belajar kurang efektif dan efisien.
ADVERTISEMENT
Ketiga, lingkungan rumah yang kurang kondusif menyebabkan anak-anak kurang fokus selama belajar di rumah. Biasanya, mereka akan sulit konsentrasi karena keinginan bermain dengan teman-teman di lingkungan rumahnya. Tentunya hal ini menjadi “PR” tersendiri bagi para orang tua untuk tetap mempertahankan konsentrasi belajar anak-anak mereka.
Penyambutan hangat dari pihak orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali bukan berarti mengabaikan kesehatan serta keselamatan anak. Para orang tua tetap harus waspada atas segala kemungkinan yang dapat terjadi. Penerapan protokol kesehatan sampai kapan pun harus ditingkatkan guna menghindari adanya kemungkinan pembentukan klaster baru di lingkungan sekolah.