Cegah Korupsi Sejak Dini dengan Dongeng Anti Korupsi

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
Konten dari Pengguna
21 April 2023 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus korupsi di Indonesia seakan tak ada henti. Pelakunya mulai dari pejabat kelas teri sampai pejabat tinggi. Berita tentang korupsi pun bukan hanya milik orang dewasa, anak-anak baik sengaja maupun tidak sengaja terpapar dengan istilah dan cerita seputar korupsi. Kata korupsi menjadi familier di telinga anak-anak.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Dongeng Anti Korupsi, Maylanny Christin (2017) menceritakan kisah yang mengejutkan tentang seorang anak TK yang ditanya tentang cita-citanya. Tanpa ragu anak itu menjawab bahwa dia ingin menjadi koruptor. Alasannya sederhana karena ia menonton televisi yang menayangkan sang koruptor memiliki rumah yang bagus dengan halaman yang luas dan memiliki kolam renang.
Ilustrasi menolak korupsi. Sumber: Freepik.com
Jawaban anak TK itu menjadi PR besar bagi para orang tua dan pendidik untuk memberikan pemahaman tentang korupsi karena bisa jadi banyak anak-anak lain juga tidak mengerti tentang korupsi. Di dalam bukunya, Maylanny Christin melalui sebuah penelitian yang mendalam membuktikan bahwa dongeng mempunyai pengaruh efektif untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang korupsi termasuk bagaimana mencegah korupsi sejak dini.
ADVERTISEMENT
Pendidikan antikorupsi sudah diperkenalkan sejak Juni 2012. Saat itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan KPK sepakat memberlakukan pendidikan antikorupsi sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Siswa, guru dan kepala sekolah menjadi bagian dalam integrasi pendidikan karakter antikorupsi.
Nilai-nilai antikorupsi seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, dan kesederhanaan lebih efektif dikenalkan sejak dini untuk membagun karakter anak. Sehingga, nilai-nilai tersebut menjadi budaya, menjadi bagian dari diri anak, bukan sekedar pengetahuan.
Pendidikan antikorupsi dapat diterapkan pada anak melalui dongeng. Menurut Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak, dongeng tidak hanya sebagai pengantar tidur, tetapi juga bermanfaat untuk mengubah perilaku anak. Dongeng menyimpan kekuatan dalam kata-kata yang digunakannya. Sementara itu Sasha Zakia, praktisi hypnosis dan NLP menyatakan bahwa manfaat dongeng di antaranya adalah sebagai komunikasi yang menarik perhatian anak, melatih daya konsentrasi anak, cara belajar yang menyenangkan, mengajak anak ke alam fantasi, melatih anak berasosiasi, mengasah kreativitas, memicu daya kritis dan rasa ingin tahu anak, dan jendela pengalaman bermakna bagi anak (hal 26-43).
Ilustrasi mendongeng. Sumber: Freepik.com
Orang tua sering tidak dapat membedakan antara kegiatan membacakan buku dengan kegiatan mendongeng. Salah satu perbedaannya, mendongeng adalah kegiatan menuturkan kembali sebuah cerita. Cerita tersebut bersumber dari cerita tertulis atau lisan. Mendongeng menjadi kegiatan memodifikasi bahasa lisan secara interaktif. Membacakan buku adalah kegiatan yang menjadikan buku sebagai fokus interaksi antara penutur dengan pendengar.
ADVERTISEMENT
Kiat mendongeng agar efektif sebagai berikut: memilih tema yang dikuasai, merangkai cerita dengan semenarik mungkin, melakukan gerak tubuh, dan didukung oleh ekspresi wajah yang sesuai dengan cerita. Bagaimana pun, kegiatan mendongeng akan jauh lebih efektif jika orang tua dan para pendidik menjadi contoh atau role model dari nilai-nilai yang disampaikan pada anak-anak.