Membangun Kepercayaan Diri Anak Tanpa Mengambil Alih Komunikasi

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
Konten dari Pengguna
13 Maret 2022 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak menjawab pertanyaan orang lain. Sumber: free image, pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menjawab pertanyaan orang lain. Sumber: free image, pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemampuan berkomunikasi setiap anak berbeda-beda. Namun, pada umumnya pada usia 4 tahun anak-anak telah dapat berbicara dengan menggunakan kalimat panjang. Pada usia 5 tahun anak-anak dapat berbincang-bincang dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain kadang-kadang dapat terhambat karena beragam sebab, salah satunya karena intervensi orang tua terutama ibu.
Seorang ibu biasanya berharap agar anaknya tampil di depan orang lain dengan baik dan sempurna. Jika anaknya ditanya oleh orang lain, sang anak dapat menjawab dengan sempurna. Hal tersebut akan membanggakan orang tuanya.
Namun, tanpa disadari seorang ibu kadang-kadang mengambil alih komunikasi anak dengan orang lain. Contohnya, ketika seorang anak ditanya hobi oleh orang lain, anak tersebut kurang paham dengan pertanyaa si penanya. Ibu langsung menjawab pertanyaan tersebut “hobiku main sepatu roda”.
Contoh lain ketika seorang anak ditanya apa saja yang telah dipelajari di sekolahnya. Tanpa memberi kesempatan anak menjawab, ibunya memberi bantuan menjawab “menyanyi, membaca, menghitung”. Ketika anak sakit dan dibawa ke dokter, dokter menanyakan apa yang dirasakan anak. Ibu pun langsung menjawab semua pertanyaan dokter dengan ekspresi sakit seolah-olah si Ibu lah yang sedang merasakannya.
ADVERTISEMENT
Bagi anak yang relatif pendiam, cara ibu menjawab pertanyaan yang diajukan pada anaknya akan cenderung membuat anak semakin pasif. Anak akan berpikir bahwa dia tidak perlu menjawab atau menyampaikan pendapat karena ada ibu yang siap menjawabnya.
Apabila hal-hal seperti contoh tersebut sering dilakukan oleh seorang ibu, anak akan cenderung malas bahkan tidak peduli berinteraksi dengan orang lain. Alih-alih anak akan meningkat kepercayaan dirinya dalam berkomunikasi dengan orang lain, ia justru akan cenderung menarik diri dari percakapan.
Membangun kepercayaan diri anak dalam berkomunikasi
Kepercayaan diri anak untuk berkomunikasi dengan orang lain tidak muncul tiba-tiba. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Kepercayaan diri anak harus dibangun. Orang tua perlu memberikan kesempatan anak untuk bercerita, berpendapat atau merespon pertanyaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Tugas orang tua bukan mengambil alih komunikasi atau percakapan jika anak mengalami kesulitan merespon pertanyaan orang lain. Anak bisa saja salah menjawab atau jawaban anak tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh lawan bicara.
Jika anak kurang atau tidak paham dengan pertanyaan orang lain, ibu bisa membantunya dengan penjelasan sederhana atau memberi sedikit contoh. Apresiasi anak dengan ucapan yang mendukung, senyuman, atau sekadar acungan jempol.
Orang tua harus percaya bahwa anaknya mampu dan memiliki kepercayaan diri berkomunikasi dengan orang lain. Seperti nasihatnya Matthew L. Jacobson bahwa: