Euro 2020: Teori Konspirasi Sebut Inggris Bakal Juara, Bonucci Tak Gentar

Sapriadi Pallawalino
Founder Sulbar Kini (part of AMSI Sulbar) // Born at Anabanua, Wajo.
Konten dari Pengguna
10 Juli 2021 7:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sapriadi Pallawalino tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersama istrinya Carrie Johnson menyaksikan pertandingan Inggris melawan Denmark di semi final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Frank Augstein/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersama istrinya Carrie Johnson menyaksikan pertandingan Inggris melawan Denmark di semi final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Frank Augstein/REUTERS
ADVERTISEMENT
Piala Eropa 2020 (Euro 2020) yang sempat tertunda dan baru digelar tahun ini akibat pandemi COVID-19 sudah memasuki babak final. Tim nasional Italia dan Inggris akan dipertemukan dalam partai puncak yang bakal digelar di Stadion Wembley, London, Inggris.
ADVERTISEMENT
Menariknya, perjalanan The Three Lions menuju final Euro 2020 diiringi beberapa kontroversi hingga memantik teori konspirasi yang meyakini UEFA selaku federasi sepak bola Eropa sudah mengatur jalan Inggris ke final dan menjuarai Euro 2020. Benarkah?
Jika melihat pertandingan terakhir Inggris melawan Denmark di semifinal, bisa jadi konspirasi untuk memuluskan langkah skuat yang dilatih Gareth Southgate itu melaju ke final Euro 2020 benar adanya.
Pemicunya adalah gol penentu kemenangan Inggris yang dicetak Harry Kane pada babak perpanjangan waktu yang berawal dari titik putih usai Raheem Sterling terjatuh di dalam kotak penalti Denmark. Keputusan wasit asal Belanda, Danny Makkelie, yang memberikan hadiah penalti untuk Inggris menuai kontroversi dan banjir kecaman.
Banyak yang menilai aksi Sterling tak lebih sebuah diving (menjatuhkan diri di kotak penalti) karena minimnya kontak pemain Manchester City itu dengan bek Denmark saat terjatuh.
ADVERTISEMENT
Kecaman untuk penalti kontroversial tersebut di antaranya datang dari mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, serta mantan gelandang Liverpool asal Jerman, Dietmar Hamann.
Keduanya menyesali keputusan wasit Danny Makkelie yang tak melihat langsung tayangan ulang melalui VAR sebelum mengambil keputusan dan hanya berkomunikasi dengan wasit VAR.
COUNTER ATTACK FANS BOLA X KUKU BIMA.
Kecaman lebih keras datang dari media Italia, Gazzetta dello Sport. Editor Stefano Boldrini dalam tulisannya yang terkesan satire menyebutkan penalti untuk Timnas Inggris sebagai hadiah ke Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang kala itu hadir menyaksikan langsung laga Inggris melawan Denmark.
Boldrini menilai lolosnya Inggris ke final sebagai bentuk balas budi terhadap Boris Johnson yang telah turut andil menentang gagasan Liga Super Eropa yang diinisiasi sejumlah klub besar Eropa, termasuk klub-klub Inggris seperti Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, dan Tottenham Hotspur.
ADVERTISEMENT
Sebagai Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson berperan menekan klub-klub Inggris untuk mencabut dukungannya terhadap gagasan Liga Super Eropa yang nyata-nyata ditentang UEFA.
Laporan Gazzetta dello Sport terkait konspirasi untuk memuluskan langkah Inggris itu pun kemudian ramai dikutip sejumlah media, termasuk media Inggris, Daily Mail (dailymail.co.uk). Media Spanyol, Marca, juga turut menyoroti Inggris yang selama gelaran Euro 2020 lebih banyak bermain di kandang sendiri, yaitu Stadion Wembley, London.
Hal ini diamini kapten Italia, Giorgio Chiellini, saat berbicara ke media.
"Itu sudah diprediksi bahwa Inggris akan berada di final Euro karena mereka memainkan enam dari tujuh pertandingan di kandang sendiri," kata bek Juventus itu dilansir RAI Sport.
Apa yang dikatakan Chiellini memang benar adanya. Dari enam laga yang sudah dilakoni Inggris, lima di antaranya dimainkan di Stadion Wembley. Termasuk laga final yang juga akan digelar di stadion yang berada di London itu.
ADVERTISEMENT
Selama gelaran Euro 2020, Inggris hanya sekali bermain di luar Stadion Wembley, yaitu saat mereka membantai Ukraina 4-0 pada babak perempat final di Stadion Olimpico, Roma. Bandingkan dengan Italia. Dari enam laga yang sudah dilakoni, mereka hanya memainkan tiga laga pada babak penyisihan grup di Stadion Olimpico Roma.
Selebihnya, dua laga dimainkan di Stadion Wembley, yakni saat mengalahkan Austria di babak 16 besar dengan skor 2-1 dan menang adu penalti melawan Spanyol di babak semifinal. Satu laga lainnya melawan Belgia yang dimainkan di Stadion Allianz Arena di Jerman yang merupakan markas Bayern Muenchen.
Kekhawatiran akan teori konspirasi untuk memenangkan Inggris juga datang dari legenda Italia dan Juventus, Fabrizio Ravanelli. Dia menyebutkan penalti untuk Inggris saat melawan Denmark merupakan sebuah skandal yang memalukan dan seharusnya tidak terjadi.
ADVERTISEMENT
"Satu-satunya kekhawatiran yang saya miliki bahwa tabel (juara) sudah disiapkan untuk Inggris. Penalti melawan Denmark (seharusnya) tidak ada, sebuah skandal wasit yang memalukan," kata Ravanelli yang juga pernah bermain di Liga Inggris bersama Middlesbrough seperti dilansir Football Italia.
Kendati demikian, pelatih Italia Roberto Mancini tak ingin menambah polemik. Mantan pelatih Manchester City itu menilai Inggris memang layak bermain di final Euro 2020 karena bermain sebagai sebuah tim yang solid. Mancini juga meyakini laga final Piala Eropa kali ini sebagai pertandingan yang seru.
Selebrasi Leonardo Bonucci. Foto: Instagram/@bonuccileo19
Hal sama diungkapkan Leonardo Bonucci dalam sesi konferensi pers jelang laga final melawan Inggris. Bagi Bonucci, bermain di hadapan suporter Inggris yang akan memadati Stadion Wembley tak menjadi masalah bagi skuat Timnas Italia.
ADVERTISEMENT
Bek Juventus ini menyatakan mereka sudah siap menghadapi Inggris yang kemungkinan akan bermain cepat. Dia pun akan memberi perhatian khusus kepada Harry Kane, dan bersama Giorgio Chiellini akan menjaga gawang Italia yang dikawal Gianluigi Donnarumma agar tak kebobolan.
Seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang dipastikan akan kembali hadir menyaksikan langsung Inggris di partai final, Bonucci pun bertekad akan memberikan yang terbaik bagi Presiden Italia Sergio Mattarella yang dikabarkan akan menonton langsung di Stadion Wembley.
"Kami tak khawatir bermain melawan mereka (Inggris) di Wembley. Kami telah menantikan untuk bermain, bahkan jika sebagian besar fans akan mendukung Inggris. Kami ingin mencapai sesuatu yang bersejarah dengan penampilan luar biasa," janji Bonucci.
Jadi, akankah Italia mematahkan teori konspirasi yang menyebutkan Inggris sudah disiapkan untuk juara Euro 2020? Atau sebaliknya, Inggris benar-benar akan mengangkat trofi Henri Delaunay di kandangnya sendiri yang dianggap sebagai bentuk balas budi ke Perdana Menteri Inggris Boris Johnson?
ADVERTISEMENT
Layak dinanti!
Biar kuat minum Kuku Bima, Roso!*