Memang Sudah Waktunya Juventus Melepas Paulo Dybala

Sapriadi Pallawalino
Founder Sulbar Kini (part of AMSI Sulbar) // Born at Anabanua, Wajo.
Konten dari Pengguna
5 Mei 2022 9:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sapriadi Pallawalino tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain Juventus Paulo Dybala mencetak gol ke gawang Zenit Saint Petersburg pada pertandingan Grup H Liga Champions di Allianz Stadium, Turin, Italia. Foto: Massimo Pinca/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Juventus Paulo Dybala mencetak gol ke gawang Zenit Saint Petersburg pada pertandingan Grup H Liga Champions di Allianz Stadium, Turin, Italia. Foto: Massimo Pinca/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Musim 2021/2022 menjadi akhir kebersamaan Juventus dengan salah satu pemain bintangnya, Paulo Dybala. Pemain 28 tahun berkebangsaan Argentina tersebut akan meninggalkan klub yang bermarkas di Kota Turin itu setelah menghabiskan 7 musim bersama.
ADVERTISEMENT
Tak ada kata sepakat terkait pembaruan kontrak menjadi penyebab 'perceraian' Dybala dengan Juventus. Sepanjang musim 2021/2022, agen Paulo Dybala dan pihak manajemen Juventus sebenarnya sudah beberapa kali melakukan pertemuan guna membahas perpanjangan kontrak.
Namun, manajemen Juventus tetap kekeh menolak permintaan kenaikan gaji sang pemain, sementara Dybala melalui agennya juga ngotot meminta kenaikan gaji sebagai syarat pembaruan kontrak. Hasilnya: deadlock!
Bagi sebagian besar Juventini - sebutan fans Juventus -, kepergian Dybala di akhir musim dengan status free transfer tentu menjadi sebuah kabar buruk. Apalagi, sang pemain santer dikabarkan merapat ke Inter Milan yang merupakan rival abadi klub berjuluk "Si Nyonya Tua" itu.
Sejak didatangkan dari Palermo pada medio 2015 silam, Dybala menjelma menjadi salah satu pemain yang banyak dipuja fans Juventus. Di skuat utama, Dybala bahkan didaulat menjadi kapten kedua setelah Giorgio Chiellini.
ADVERTISEMENT
Toh, melepas Paulo Dybala sudah menjadi keputusan yang tepat bagi Juventus. Mengapa demikian?
Salah satunya, menurunnya performa sang pemain dalam dua musim terakhir. Dybala yang sekarang tak secemerlang di tiga musim awal bersama Bianconeri. Sejak dilatih Maurizio Sarri, Andrea Pirlo, hingga periode kedua Massimiliano Allegri, kilau pemain berjuluk La Joya (berlian) itu perlahan memudar.
Pertimbangan lain, rentan cedera. Dalam dua musim terakhir, beberapa kali nama Paulo Dybala tak disertakan dalam susunan skuat Juventus karena dibekap cedera. Ini juga yang mempengaruhi performa Dybala di lapangan dan tak kunjung menemukan permainan terbaiknya.
Hal lain yang menjadi pertimbangan manajemen Juventus tentu saja: perombakan skuat. Tak dipungkiri, sepeninggal Cristiano Ronaldo di awal musim, Juventus tak lagi superior.
ADVERTISEMENT
Sepanjang musim 2021/2022, tak jarang skuat asuhan Massimiliano Allegri ini dibuat ketar-ketir menghadapi tim papan bawah Serie A. Terlempar dari perburuan scudetto, Juventus masih bisa bernapas lega karena berhasil mengunci satu tiket sebagai kontestan Liga Champions untuk musim depan.
Buruknya performa Juventus sepanjang musim ini juga tak lepas dari inkonsisten sejumlah pemain. Bisa dibilang, hanya ada satu atau dua pemain Juventus yang tampil apik dan konsisten sepanjang musim. Dua nama itu yakni Matthijs de Ligt dan Juan Cuadrado. Sisanya, bermain angin-anginan.
Nama-nama baru seperti Manuel Locatelli serta Denis Zakaria dan Dusan Vlahovic yang didatangkan di pertengahan musim juga belum bisa memberikan impak yang maksimal.
Mau tak mau, memang sudah saatnya Juventus berbenah dan kembali membangun skuat yang kompetitif. Kilau Paulo Dybala yang mulai memudar bisa tergantikan dengan mendatangkan pemain berlabel rising star, seperti Giacomo Raspadori yang menjadi salah satu incaran potensial Juventus.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang menjadi pertimbangan Juventus memilih melepas Dybala tentu saja terkait masalah gaji pemain. Musim ini, Paulo Dybala menjadi pemain bergaji tertinggi kedua di Serie A dan Juventus, di bawah rekan setimnya Matthijs de Ligt.
Dengan menimbang kontribusi pemain yang tak lagi vital, sudah tepat manajemen Juventus tak mengabulkan permintaan kenaikan gaji Dybala. Ini juga didasari dengan rencana manajemen Juventus di tangan CEO yang baru, Maurizio Arrivabene, untuk memangkas tagihan gaji pemain imbas kerugian yang dialami klub di musim 2020/2021.
Jadi, sekali lagi, melepas Paulo Dybala sudah menjadi keputusan yang tepat bagi Juventus. Tak sekadar dari sisi taktikal, namun dari aspek finansial.
Runtuhnya dominasi Juventus di Serie A dalam dua musim terakhir juga seharusnya menjadi peringatan untuk kembali berbenah dan menghadirkan bintang baru dalam skuat Juventus yang lebih fresh dan kompetitif.
ADVERTISEMENT
Addio, Paulo 'La Joya' Dybala!