Menikmati Masa Transisi Juventus Bersama Andrea Pirlo

Sapriadi Pallawalino
Founder Sulbar Kini (part of AMSI Sulbar) // Born at Anabanua, Wajo.
Konten dari Pengguna
12 November 2020 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sapriadi Pallawalino tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo. Foto: IG @andreapirlo21
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo. Foto: IG @andreapirlo21
ADVERTISEMENT
Serie A telah memasuki pekan ketujuh. Untuk saat ini, AC Milan kokoh menjadi capolista (pemuncak klasemen sementara) dengan torehan 17 poin, hasil dari 5 kali menang, 2 kali seri, dan tanpa kekalahan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, pencapaian Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan di awal musim ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi para Milanisti. Ya, beberapa musim terakhir, AC Milan ibaratnya tim pesakitan. Terseok di Serie A, menghilang di Eropa.
Sejatinya, solidnya penampilan AC Milan sudah terlihat di lanjutan Serie A musim 2019/2020 yang tampil apik pasca lockdown di Italia sepanjang Maret dan April 2020 akibat merebaknya penularan virus corona. Dalam 12 laga sisa Serie A musim lalu, AC Milan berhasil mendulang 30 poin yang menempatkannya di posisi 6 klasemen akhir dan berhak tampil di Liga Europa.
"Kami sedang menikmati permainan kami sendiri. Kami bekerja dengan baik selama lockdown. Pemain berlatih dengan luar biasa, tetapi mentalitas lah yang membuat perbedaan. Sekarang kami lebih menyatu dan percaya dengan yang kami kerjakan," kata sang juru taktik AC Milan, Stefano Pioli, kepada DAZN seperti dilansir Football Italia, usai timnya membantai Bologna dengan skor 5-1 pada 19 Juli 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Penampilan impresif AC Milan usai lockdown ini juga ditandai dengan kemenangannya melawan tim-tim besar di Serie A, di antaranya mengalahkan Juventus 4-2, AS Roma 2-0, Lazio 3-0, dan menahan imbang Napoli 2-2.
"Jika saya ada di sini (AC Milan) sejak awal musim, kami akan memenangkan Scudetto!" sesumbar Ibrahimovic usai mengalahkan Juventus dengan skor 4-2 di putaran kedua musim lalu.
Suka tidak suka, apa yang dikatakan Ibrahimovic benar adanya. Saat Serie A di musim 2020/2021 kembali bergulir, Rossoneri sejauh ini kokoh sebagai pemuncak klasemen, setidaknya hingga pekan ketujuh. Tentu, musim masih panjang untuk membuktikan sesumbar pemain yang juga pernah membela Juventus dan Inter Milan ini.
Lantas, bagaimana dengan Juventus yang menjadi juara bertahan Serie A selama sembilan musim berturut-turut? Kali ini, start Il Bianconeri di awal musim di Serie A tak cukup baik. Juventus yang kini ditangani pelatih debutan Andrea Pirlo tercecer di peringkat kelima klasemen sementara Serie A dengan 13 poin hasil 3 kali menang dan 4 kali seri atau berselisih 4 poin dengan AC Milan.
ADVERTISEMENT
Tak buruk memang. Hanya saja, Juventus musim ini sedang menjalani masa transisi. Di kursi pelatih, Juventus bertaruh dengan memberikan beban berat ke Andrea Pirlo yang belum berpengalaman menangani klub sebagai pelatih utama sejak Agustus 2020 lalu usai mendepak Maurizio Sarri.
Yang menarik, Pirlo awalnya hanya didapuk untuk melatih Juventus U-23 di Serie C pada 30 Juli 2020 lalu. Pirlo saat itu belum memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro sebagai persyaratan untuk menjadi pelatih tim utama di Serie A dan Serie B.
Seiring didepaknya Sarri, Pirlo kemudian dipromosikan sebagai pelatih tim utama Juventus di Serie A pada 8 Agustus 2020 lalu. Menariknya, ia baru mendapatkan lisensi kepelatihan UEFA Pro untuk melatih tim Serie A setelah melewati ujian terakhir di Covercianno pada 17 September 2020 atau hanya selang beberapa hari sebelum Serie A musim 2020/2021 bergulir.
ADVERTISEMENT
Saat itu, FIGC atau PSSI-nya Italia mengumumkan Pirlo mendapatkan skor 107 dari nilai maksimum 110 yang menjadikannya siswa terbaik kedua setelah mantan pelatih Genoa, Thiago Motta, yang mendapatkan 108 poin.
Toh, penunjukan Pirlo sebagai pelatih Juventus merupakan keputusan yang cukup mengejutkan dan sebuah perjudian. Bagaimana mungkin Pirlo yang masih minim pengalaman sebagai pelatih langsung mendapatkan tempat sebagai pelatih di tim utama yang akan mengarungi ketatnya Serie A dan Liga Champions?
Manajemen Juventus, dalam hal ini Presiden Andrea Agnelli, tentu punya pertimbangan sendiri dengan menunjuk Andrea Pirlo sebagai pelatih. Di balik kabar adanya perseteruan internal antara manajemen Juventus dengan Sarri, Pirlo kadung dipercaya sebagai juru penyelamat Juventus.
Sebelum didaulat menjadi pelatih, Juventus telah merasakan keajaiban Andrea Pirlo sebagai pemain. Ceritanya berawal saat di akhir musim 2011, Pirlo mengakhiri kebersamaannya dengan AC Milan yang telah diperkuatnya selama 10 musim. Pirlo yang saat itu berumur 32 tahun dinilai sudah tak dibutuhkan lagi dalam skuat AC Milan kala pelatih Massimiliano Allegri memilih meremajakan skuatnya.
ADVERTISEMENT
Terbuang di Milan, Pirlo menyeberang ke Juventus. Saat itu, tim asal Kota Turin ini tengah membangun skuatnya di bawah asuhan pelatih baru Antonio Conte. Pirlo lalu didapuk sebagai komposer permainan Juventus dari lapangan tengah.
Pirlo membuktikan diri belum habis. Musim pertamanya di Juventus pada 2011/2012, pemilik nomor punggung 21 yang didatangkan dengan status free transfer alias gratis ini menjadi inspirasi Juventus meraih scudetto pertama setelah hukuman kasus Calciopoli pada musim 2006/2007.
Empat musim di Kota Turin, Pirlo mempersembahkan empat titel scudetto, satu Copa Italia, dan dua Piala Super Italia. Meski gagal meraih trofi Liga Champions di musim terakhirnya bersama Juventus (2014-2015), Pirlo sukses mendapatkan tempat di hati para fans maupun manajemen Juventus sendiri.
ADVERTISEMENT
Tak salah, jika kemudian Pirlo kembali ke dekapan Si Nyonya Tua dengan peran berbeda. Jika saat menjadi pemain ia dianggap sudah tua untuk bermain bersama Juventus, kali ini ia dinilai terlalu muda untuk melatih klub sebesar Juventus.
Pirlo menyadari, melatih Juventus yang terbiasa dengan target tinggi bukanlah hal yang mudah. Apalagi, dia didaulat sebagai pelatih praktis tanpa laga pra-musim yang menjadi kesempatan pelatih-pelatih di Eropa untuk mengukur kesiapan timnya mengarungi kompetisi yang ketat.
Pelatih Juventus Andrea Pirlo saat pertandingan melawan Sampdoria pada lanjutan Serie A Italia di Stadion Allianz, Turin, Italia. Foto: Massimo Pinca/REUTERS
Pirlo juga masih mencari bentuk permainan terbaik Juventus dengan sejumlah pemain anyar macam Weston McKennie, Arthur Melo, Dejan Kulusevski, Alvaro Morata, hingga Federico Chiesa.
"Tahun ini di mana kami (sedang) membangun, tetapi kami ingin mencoba dan mencapai hasil. Saya di sini bukan untuk membangun tanpa kemenangan," kata Pirlo sesaat setelah Juventus dibekuk Barcelona 2-0 di ajang Liga Champions, dikutip dari Goal International.
ADVERTISEMENT
"Mungkin kami akan membutuhkan lebih banyak waktu, tapi kami harus tahu bahwa hasil harus datang melalui gaya permainan tertentu yang mungkin sedang kami adaptasikan. Kami harus banyak meningkatkan permainan," seru Pirlo, seolah menegaskan masa transisi Juventus bersamanya.
Serie A dan Liga Champions memang baru di fase permulaan. Musim masih panjang, dan kebersamaan Pirlo dengan Juventus pun belum tentu singkat ataupun bertahan lama. Bisa saja, tiba-tiba ia dipecat di tengah musim karena penampilan buruk Juventus.
Atau, Pirlo malah mengulangi kutipan khasnya ketika menjuarai Piala Dunia 2006 lalu. "Sore itu, saya menghabiskan waktu dengan tidur dan bermain PlayStation. Malamnya, saya keluar dan mengantarkan Juventus meraih trofi Liga Champions."
Menarik dinanti!
ADVERTISEMENT