Kebijakan Pemerintah VS Kenyataan

Adis Setiawan
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya / Penulis Lepas
Konten dari Pengguna
7 Juli 2019 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adis Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kebijakan Pemerintah VS Kenyataan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya bercerita pelan pelan ya, saya melakukan survai dari hasil melihat dan saya simpulkan sendiri, karena survei saya bukan model bayaran, mungkin penuh kata kata keradikalan dan kebid'ahan jadi ketika anda membacanya jangan penuh emosi ya, Beberapa hari ini saya mendapatkan materi survai ugal-ugalan hasil sendiri, yang saya tulis dari hasil ide pada saat pulang kampung. Maklum masih hidup pindah pindah, Sebetulnya isu ini sudah lama, tapi yang saya anggap tadinya itu isu tersebut adalah hoaxs, Ternyata saya baru menemukan dilingkungan yang saya kunjungi, terus mulai saya gunakan Ilmu cocoklogi tapi bukan soal segitiga segitiga itu lho, untuk berargumen ini soal pertanian.
ADVERTISEMENT
Survai pertama yang akan saya hubungkan adalah pernyataan salah satu Pak Mentri Pertanian, yang pada waktu itu saya dapat berita dari membaca dimedia online mengatakan begini "kalau seandainya daging mahal, makan keong saja sebagai alternatif" ternyata benar adanya, walaupun keong yang saya lihat dimakan didaerah ini adalah tutut kali atau sawah.
Suatu ketika keluarga kita lagi nongkrong membahas makanan keong kracak (tutut) maklum disini wilayah persawahan masih luas, jadi selain menghasilkan padi juga ada tututnya, tapi bukan dijual secara partai besar tutut tersebut hanya dimakan sendiri atau kepada tetangga yang mau beli , Ini kalau dihubungkan dengan pernyataan Pak Mentri termasuk mengikuti saran, walapun di sawah ada beberapa macam keong, jangan salah takutnya yang diambil adalah keong emas bisa beracun, jadi ingat ya tutut ( kracak) jangan keong mas beracun itu.
ADVERTISEMENT
Ternyata tutut memang enak biasanya dimasak pedas, Apalagi namanya dikampung makannya bareng bareng enak pokoknya, Soal kandungan Gizi pada tutut saya belum tahu, bisa ditanyakan ke ahli Gizi, misalkan bagi orang yang pantangan untuk memakan tutut konsultasi dulu dengan team kesehatan.
Ada pula pernyataan Pak Mentri Perdagangan berita tersebut saya dapat dari membaca artikel dimedia sosial, yang pernyataanya seperti ini "kalau cabai mahal ya tanam sendiri dirumah", Ternyata ada juga yang masih ikuti saran ini. Walapun secara tidak langsung bukan hanya cabai saja yang ditanam, intinya bisa tanam sendiri kebutuhan pokok sayuran lainya.
Karena memang sawah tak hanya digunakan untuk menanam padi saja, tapi bisa juga ditanami kangkung, timun, pare dll ketika sedang musim panas. Karena jalur irigasi tidak ada airnya, bahkan sampai sekarang tak dibuatkan irigasi yang layak padahal didaerah yang punya julukan "lumbung padi nasional". Ada beberapa alasan kenapa air irigasi sawah tak ada, yang pertama memang tidak punya bendungan air, yang kedua ada bedungan air dari kota lain tapi dijatah air dan sedikit sampai dikampung kami habis dulu karena jauh, yang ketiga bangunan irigasi tidak bagus jadinya di kirim air sedikit, kalau dikirim air kebanyakan takut hancur tanggulnya jalur irigasinya.
ADVERTISEMENT
Karena tak ada air akhirnya oleh para petani sawah kering ditanami pohon pare, melon, semangka, timun, cabai dan kangkung yang membutuhkan air lebih sedikit dari pada pohon padi, buat menyiramnya pun hasil dari pompa air, ini kan termasuk ikut saran Pak Mentri. Karena hal seperti itu saya melihat sendiri saya percaya saja mereka ikut saran Pak Mentri, padahal mereka sebetulnya tak tahu kalau saran Pak Mentri seperti itu.
Petani tidak diurus bagaimana akan menghasilkan bahan makanan yang banyak, sehingga harga murah, rumusnya adalah sedikit barang maka harga akan mahal, dan biasanya kalau banyak barang harga akan murah.
Yang aneh bagi saya di indonesia ini punya daerah yang di namakan "lumbung padi nasional" tapi ya tak diperhatikan beras malah import import dan import terus, saya rasanya kalau punya kesempatan bisa ngajak turun gunung Pak Mentri pertanian, Mentri Perdagangan atau Presiden saya pingin banget menerangkan seperti ini, tapi bagi pendukungnya jangan emosi ya diskusi saya buka lebar kok buat tukar pikiran ok.
ADVERTISEMENT
Surat untuk pemerintah
Yang mau saya kasih tau begini pertama "Pak kenapa Bulog bilang tak usah import beras , tapi mentrinya bilang harus import beras ?" sedangkan bapak sekalian melihat kan sawah disini begitu lebar tapi tak ada jalur irigasi kalau ada air tidak masalah ini sampai kering begini, kenapa bapak yang suka pembangunan tidak mau membangun jalur irigasi disini. oh saya tau bapak sedang melihat mereka berdiskusi tapi keputusan tetap ada ditangan dibapak kan, pasti bapak akan mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan petani pribumi kan iya kan pak ? Iya keputusan ada di saya yaitu "Import Beras" haduh.
Yang kedua begini saya kan sering membaca dimedia online bahwa ada bagi bagi traktor bajak sawah gratis, entah itu ke perorangan atau ke pemerintahan bawahan yang atur, ane kagak tau intinya sering lah bagi bagi traktor buat bajak sawah gratis buat masyarakat pertanian, Tapi nyatanya saya punya sawah. traktor tak ada yang nawari ini gratis dari pemerintah kek dari mana kek tetap saja saya bayar ke traktor swasta aduh biyung, tapi soal bagi bagi benih padi memang ada kok hore senyum donk bagi pendukungnya
ADVERTISEMENT
Yang ketiga yang mau saya bilang ke Pemerintah "disini sawah lebar hampir setiap kepala keluarga punya lahan sawah, tuan besar sudah tahu kalau panen padi cuma bisa dua kali saja dan yang kedua pun pakai cara pompa pompa dan pompa air, kalau yang pertama memang musim hujan jadi got eh kok got maksut saya saluran irigasi ada airnya, kenapa tidak membenahi saluran irigasi agar dapat kiriman air irigasi jadi ada airnya dari pada import beras", kalau daerah potensial lumbung padi bisa menghasilkan dengan panen lebih banyak secara terus menerus kan bisa lah buat mencukupi se enggaknya untuk kedaulatan pangan Indonesia, Baru kalau emang emergency banget ya sudah import saja.
Kita pompa air untuk pengairan padi pada malam hari, malah pompa airnya yang hilang revolusi mental macam mana tuan ? Iya kalau pompanya tak pakai modal BBM dan BBM pun murah gitu, masalahnya pompanya butuh bbm, kalau kita punya banyak potensi daerah lumbung padi kenapa tidak di perhatikan tuan.
ADVERTISEMENT
Kalau kita kebiasaan import barang pokok makanan, kita ketergantungan jalur import seandainya apabila jalur import yang sering buat import ke Negara kita untuk menyukupi warganya, terjadi konflik misalkan perang jadi import tak akan jalan, terus tak ada bahan pokok masuk ke Negara kita, mau pada mencukupi kebutuhan bagaimana tuan, yang katanya NKRI itu harga mati.
Kalau memang ingin import tapi tolong hak hak warga petani dibantu, bagaimana agar sawah bisa panen padi minimal setahun bisa tiga kali panen, tentunya irigasi ada, bajak pakai traktor bayar tak apa apa, bagi kami terpenting irigasi jalan terus, soal benih padi, pupuk subsidi, traktor gratis menyusul tak apa apa, Zaman sekarang mencari pupuk dan obat obatan juga mudah yang sangat sulit bagi petani bukan hama tapi air irigasi untuk tanaman padi.
ADVERTISEMENT
Itu dulu saran saya tuan, sawah sudah banyak suket (rumput ) ane mau ngoyos(nyabutin) dulu ya , kalau tuan mau dua periode coba jabatan Mentri Pertanian saya yang pegang ee...aa itu maunya saya.
Adis Setiawan, Manajemen Pendidikan Islam STIT Nusantara Bekasi