Kelas motret; Foto tunggal

Konten dari Pengguna
7 April 2017 5:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditia Noviansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto tunggal
Saat seseorang mencoba mempelajari fotojurnalistik, ia harus dimulai dengan mengerti pembuatan foto tunggal dan keterangan foto. Bahkan pembuatan foto essay pun sangat tergantung pada kemampuan dalam membuat foto tunggal yang bercerita. Pada semua kategori fotojurnalistik , paduan gambar dan teks mutlak diperlukan. Perpaduan gambar dan tulisan seperti paragraf utama dalam sebuah cerita.  Keduanya mempunyai bobot yang sama, karena harus bisa menangkap perhatian pembaca dan memperkuat irama cerita.Dalam sebuah penulisan berita, seringkali foto berdiri sendirian dalam menggambarkan sebuah artikel, tidak ada foto lain yang menjelaskan atau membantu membangun cerita. Maka diperlukan dua keahlian sebagai ‘pencuri’informasi (baik visual maupun teks) dan pelaporan secara akurat dalam sebuah peristiwa. Dalam sebuah penugasan, keadaan seperti ini akan menekan seorang wartawan foto untuk mendapatkan sebuah foto yang dapat menggambarkan sebuah ceritaKeyakinan terhadap foto tunggal digaungkan oleh Henry cartier-Bresson, fotografer yang terkenal dengan teknik ‘decisive moments’. Bresson mengatakan . “ Hanya ada satu moment (kesempatan) ketika semua elemen berada dalam keseimbangan”.Bagai mana kita menilai foto tunggal?
ADVERTISEMENT
Beberapa cara kriteria sederhana yang bisa dipakai menilai sebuah  foto tunggal berdasarkan Frank Hoy dalam bukunya “Photojournalism –The Visual Approach”. 1. Kesegeraan; Sebagai bahasa visual sebuah foto harus dapat secara cepat mengkomunikasikan sesuatu. Orang lain yang melihatnya harus segera mengerti pesan apa yang akan disampaikan.2. Memancing Emosi.Menurut John Whiting dalam bukunya “Photography is a language”, mengatakan  fotografi adalah, “Seperti sebuah alat (untuk) mengungkapkan ide danEmosi. Emosi sebaik fakta yang terjadi, foto dapat menghasilkan perbedaan persepsi yang unik”.3. Menyajikan Sudut Pandang.Sebuah foto tunggal mengisolasi hanya satu sudut  (bagian) dari sebuah peristiwa. Foto yang dapat memancing emosi atau menarik perhatian mungkin  hanya sebuah fakta dari satu  sisi suatu peristiwa. Ketiga point tersebut membimbing fotografer jurnalistik untuk membuat foto peliputan bagaimana caranya untuk dapat dimengerti komunikan secara sederhana  dan dalam waktu yang singkat. Henry Cartier-Bresson mengatakan : “Memperhatikan sebuah foto dalam waktu lebih dari dua menit…. Itu terlalu lama”. Untuk menilai sebuah foto, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kecepatan pesan itu dapat diterima dan pengaruh bagi yang melihatnya.Dalam  prakteknya masing-masing kriteria penilaian bisa dilakukan secara  bersamaan. Sebuah karya fotografi dikatakan efektif  apabila tidak  terlalu banyak analisa atau pertimbangan dalam melihatnya. Apabila ada salah satu bagian yang hilang,berarti perlu diperhatikan secara teliti untuk menentukan letak kesalahannya dimana?.Dasar-dasar penilaian itu bisa menjadi petunjuk untuk menilai dan teknis fotografi dan cara mengkomunikasikannya. Sebuah  karya fotojurnalistik yang baik  harus berdasarkan penilaian yang ketat.
ADVERTISEMENT
Sejumlah anak bermain di kali Ancol, Jakarta, Kamis (6/4). Foto; kumparan/Aditia Noviansyah
Peledakan kapal di perairan Pontianak, Kalimantan Barat. Foto; kumparan/Aditia Noviansyah
Suasana gedung beringkat di kawasan SCBD, Jakarta. Foto; kumparan/Aditia Noviansyah