5 Wonder Woman di Dunia Nyata dari Masa ke Masa

8 Juni 2017 10:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Malala, Anky, King, Marvingt, Cavell. (Foto: Wikimedia Commons/Anky.com)
Akhir-akhir ini sosok Wonder Woman santer sekali diberitakan, sosok super hero ciptaan studio komik DC, Amerika Serikat ini memang sedang merilis film terbarunya di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sosok Wonder Woman digambarkan sebagai seorang perempuan cantik yang memiliki kekuatan super dan merupakan anak Dewa Zeus.
Sosok super hero perempuan memang tak sebanyak super hero laki-laki yang notabenenya lebih sering diceritakan atau kisahnya difilmkan. Namun sejenak mari kita kesampingkan dulu soal film dan karakter-karakter hebat di dalamnya.
Sosok super hero dalam hal ini, Wonder Woman, sejatinya bisa direfleksikan sebagai sosok yang berjiwa ksatria, berani, tangguh dan berusaha membela kebenaran dan yang terpenting dalam bahasa ini, mereka adalah sosok perempuan.
Jauh sebelum sosok Wonder Woman muncul, di kehidupan manusia telah muncul sosok-sosok yang bisa digambarkan memiliki karakter yang sama dengan super hero ini. Hanya saja, minus kekuatan super dan bukan keturunan dewa.
ADVERTISEMENT
Inilah 5 Wonder Woman di dalam kehidupan nyata dari masa ke masa pilihan kumparan (kumparan.com):
Malala Yousafzi. (Foto: Wikimedia Commons)
1. Malala Yusafzay
Malala Yusafzay, perempuan asal Pakista kelahiran 12 Juli 1997 ini adalah seorang murid sekolah dan aktivis pendidikan dari kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa.
Di usianya yang masih belia, Malala menjelma menjadi seorang aktivis pendidikan dan hak-hak perempuan di Lembah Swat, di mana Taliban telah menguasai daerah tersebut dan melarang para perempuan untuk bersekolah.
Malala mulai dikenal pada awal tahun 2008, saat berumur sekitar 11 dan 12, Malala menulis di blognya dengan menggunakan nama samaran untuk BBC. Secara mendetail ia menceritakan tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, bagaimana upaya mereka (Taliban) untuk menguasai lembah tempat Malala tinggal, dan pandangannya tentang hak pendidikan untuk anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Ia mulai berbicara di depan publik untuk memperjuangkan hak atas pendidikan pada tahun 2008. "Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!" seruan pertamanya di depan televisi dan radio.
Nahas bagi Malala, keberaniannya dalam menyuarakan hak pendidikan dan perempuan dari tekanan Taliban berujung pada penembakan oleh Taliban terhadap dirinya. Pada tanggal 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban ketika berada di bus sekolah.
Malala sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham. Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena Malala seorang penggiat pendidikan perempuan. Dalam surat itu pun Rasheed menyampaikan penyesalannya atas kejadian penembakan itu namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malala.
ADVERTISEMENT
Beruntung bagi Malala nyawanya masih bisa diselamatkan dan setahun berselang tepatnya tanggal 12 Juli 2013, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-16, Malala berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Dalam pidatonya Malala menyampaikan tiga isu penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap terorisme dan kebodohan. PBB juga mendeklarasikan hari tersebut sebagai hari Malala.
Pada tahun 2014 dia bersama Kailash Satyarthi mendapatkan hadiah Nobel untuk bidang perdamaian 2014 berkat perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta perjuangan mereka untuk mengkampanyekan tentang hak pendidikan bagi anak-anak di seluruh dunia.
Marie Marvingt. (Foto: Wikimedia Commons)
2. Marie Marvingt
ADVERTISEMENT
Namanya tak terlalu dikenal, namun keberadaannya di antara Perang Dunia II pada kurun waktu 1900-1920an menjadikan ia sebagai seorang Wonder Woman kala itu.
Dia lahir pada tanggal 20 Februari 1875, di Aurillac, Prancis. Ayahnya, Felix, seorang kepala pos, sangat mendorong Marvingt untuk fokus dalam bidang olahraga. Pada usia lima tahun dia kabarnya bisa berenang 4.000 meter.
Pada tahun 1890, saat berusia 15 tahun, dia melewati lebih dari 400 kilometer dari rumahnya di Nancy, Prancis, ke Koblenz, Jerman. Dia juga mengikuti polo air, ice skeating, tinju, seni bela diri, lompat pagar, fotografi, tenis, golf, hoki, sepak bola, naik gunung, dan menunggang kuda.
Banyak hal yang dilakukan Marvingt untuk mencari nafkah, di antaranya sebagai jurnalis, menulis puisi, ia juga seorang perawat bedah terlatih dan anggota Palang Merah dari berbagai rumah sakit. Ia juga pernah menjadi seorang mata-mata dan menyamar sebagai pria. Sampai akhirnya ia menjadi wanita pertama yang ikut dalam misi pengeboman di Jerman, dan membantu pasukan pegunungan karena keahlian mendaki gunungnya.
ADVERTISEMENT
Marvingt mengalihkan perhatiannya dari olahraga ke dunia penerbangan dan mempromosikan penggunaan pesawat terbang untuk mengevakuasi korban luka ke rumah sakit dan mengangkut perlengkapan bedah dan perawat ke tempat yang mereka butuhkan. Melakukan ini tentu memerlukan perjuangan berat karena pada umumnya dianggap sebagai tugas berbahaya dan ia dianggap tidak dapat diandalkan.
Marvingt menjadi penggagas untuk membuat sebuah ambulans udara dan memulai proyeknya tahun 1912. Namun belum juga pesawat selesai, Pabrik Deperdussin yang bekerjasama dengannya bangkrut karena penggelapan dana oleh pemiliknya. Namun Marvingt tak menyerah begitu saja, 1913 ia kembali memulai proyeknya tersebut.
Perang kolonial Inggris dan Prancis pada tahun 1920 menjadi momentum pengembangan ambulans udara yang menunjukkan penggunaan sistem evakuasi udara dapat menjangkau cakupan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1929, dia membantu Richet, Charlet, dan Chassaing, bersama dengan yang lainnya dalam mengatur dan menjalankan Kongres Internasional Penerbangan Medis pertama yang dihadiri oleh para delegasi dari 41 negara. Kemudian bersama Robert Charlet, dia mendirikan Friends of Medical Aviation dan menjabat sebagai Wakil Presiden. Pada 1930-an, dia mengalihkan perhatiannya pada pengembangan kursus dan program untuk melatih personil untuk perluasan penerbangan medis.
Edith Cavell (Foto: Wikimedia commons)
3. Edith Cavell
Kita semua tahu, super hero termasuk Wonder Woman sendiri selalu siap dan ingin menolong sesama dan menyelamatkan nyawa. Tapi tak perlu menunggu untuk menjadi seorang super hero untuk bisa berjuang menyelamatkan nyawa dan membantu sesama. Seperti halnya Edith Cavell yang terus membantu sesama tanpa memandang siapa yang ia tolong, meskipun itu berarti membahayakan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Cavell adalah seorang warga negara Inggris, ia memutuskan untuk tinggal di Belgia dan menjadi perawat selama Perang Dunia I. Apa yang ia lakukan berangkat dari keyakinannya bahwa di kondisi tak menentu seperti perang, kehadiran dirinya lebih dibutuhkan lebih dari sebelumnya.
"Pada saat seperti ini, saya dibutuhkan lebih dari sebelumnya," seperti yang ditulis oleh Biografhy.com.
Cavell merawat semua tentara tidak peduli kebangsaan mereka apa. Baginya sudah menjadi tugasnya sebagai seorang perawat untuk menolong orang-orang yang terluka.
Namun, di tengah perjuangannya membantu para tentara, Cavell membantu 200 tentara Sekutu melarikan diri dari Belgia. Nahas baginya apa yang ia lakukan berujung penangkapan dirinya oleh tentara Jerman.
Cavell sempat melakukan protes dan mengatakan bahwa apa yang ia lakukan didasarkan karena alasan kemanusiaan. Pembelaan Cavell tak berarti, ia dihukum karena dianggap melakukan pengkhianatan karena mengirimkan bantuan kepada musuh-musuh Jerman. Akhirnya Cavell dibunuh oleh regu penembak pada 12 Oktober 1915.
ADVERTISEMENT
Satu malam sebelum kematiannya, ia mengatakan kepada seorang pendeta tentang arti semua yang selama ini ia lakukan. "Patriotisme tidak cukup, saya pastikan tidak memiliki kebencian dan tidak ada kepahitan kepada siapa pun."
Billie Jean King. (Foto: Wikimedia Commons)
4. Billie Jean King
Wonder Woman tak harus berbentuk penyelamat atau dilihat melalui aksi heroiknya.
Olahraga pun bisa menjadi tempat bagi para perempuan untuk bisa menunjukkan bahwa ia merupakan Wonder Woman dengan cara mereka sendiri.
Billie Jean King atau biasa disapa Moffit, perempuan kelahiran 22 November 1943 ini adalah seorang mantan petenis nomor satu di Amerika. Billie Jean meraih gelar pertamanya sebagai pemenang pertandingan ganda pada Wimbledon 1962.
Pada tahun 1971 ketika penghasilannya melebihi 100 ribu dolar AS. Berita tentang keberhasilannya menyebar dan ia menjadi dikenal sebagai Sportman of the year sekaligus menjadi perempuan pertama yang diberikan kehormatan ini.
ADVERTISEMENT
Selama berkarir, total 39 titel Grand Slam telah diraih King. Selain dikenal karena kehebantannya, King juga dikenal sebagai salah satu atlet pionir yang memperjuangkan keadilan gender.
Sebuah momen yang membuat King layak disebut sebagai Wonder Woman adalah keberhasilannya memenangi sebuah laga yang bertajuk "Battle of Sexes" pada 20 September 1973 di Houston, Texas.
King mengalahkan Bobby Riggs, mantan petenis pria nomor satu dunia. Saat itu, Riggs merendahkan atlet perempuan bahkan Riggs menyebut dirinya yang saat itu sudah berusia 55 tahun masih mampu mengalahkan petenis wanita paling top.
Ditonton 30.492 orang dan 50 juta lainnya lewat layar televisi, King menang meyakinkan dengan skor 6-4, 6-3, 6-3. Saat itu King berkeyakinan bahwa laganya sangat penting bagi keberlangsungan dan masa depan perempuan di olahraga tenis khsusnya.
ADVERTISEMENT
"Kita akan mundur 50 tahun jika saya tidak menang. Kalau saya kalah, tenis wanita akan hancur dan memengaruhi kepercayaan diri semua wanita," kata King ketika itu.
Sebagai petenis perempuan, Billie telah membuat olahraga tenis yang dulu hanya identik untuk kompetisi para kaum laki-laki menjadi sangat terbuka untuk kaum perempuan. Oleh karena itu, Billie dikenal sebagai investor dalam Discovery Zone, yang mempromosikan kemampuan atletik yang sama antara laki-laki dan perempuan
Billie pensiun dari tenis profesional pada tahun 1984.Sejak itu, ia menajabat sebagai komentator, guru, dan pelatih. Billie juga aktif dalam kegiatan amal. Pada tahun 1995, ia bergabung dengan Virginia Slims mengumpulkan uang untuk memerangi AIDS.
Anky van Grunsve. (Foto: Anky.com)
5. Anky van Grunsven
ADVERTISEMENT
Perempuan memiliki kekuatan tersembunyi yang kadang kala bisa keluar ketika ia sedang berada di dalam situasi yang diremehkan.
Anky van Grunsven salah satunya. Ia memilih menjadi seorang atlet berkuda di mana olahraga ini menjadikan atlet perempuan bisa bersaing langsung dengan atlet laki-laki dan tak menutup kemungkinan bagi perempuan untuk berprestasi di cabang ini.
Van Grunsven yang seorang atlet perempuan asal Belanda, mampu mendominasi nomor individual dressage dengan memenangi medali emas secara beruntun pada Olimpiade 2000, 2004, dan 2008.
Van Grunsven adalah satu-satunya atlet berkuda yang mampu melakukan feat tersebut. Satu keberhasilannya yang barangkali adalah aksinya yang paling berkesan adalah kesuksesan pada Olimpiade 2004 di Athena. Van Grunsven meraih medali emas dengan kondisi sedang mengandung anak pertamanya. Bagaimana, luar biasa bukan?
ADVERTISEMENT
Total sudah tujuh Olimpiade yang ia ikuti secara berturut-turut. Selain tiga emas, dia juga memenangi lima medai perak (satu di nomor individual dressage 1996 dan sisanya di team dressage 1992, 1996, 2000, 2008) serta satu perunggu (team dressage 2012).
Lima orang ini menjadi seorang Wonder Woman dengan caranya masing-masing. Mereka bisa, tentu kamu pun bisa.