Belajar Arti Ramadhan dari Hakeem Olajuwon

21 Juni 2017 17:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hakeem Olajuwon. (Foto: NBA)
zoom-in-whitePerbesar
Hakeem Olajuwon. (Foto: NBA)
ADVERTISEMENT
Jika kamu berpikir bulan Ramadhan itu memberatkan, mungkin kamu harus berpikir ulang. Sebab, setidaknya ada satu atau dua orang yang melupakan segala lelah dan berat itu.
ADVERTISEMENT
Baik, tahan dulu, di sini kami tak ingin mempermasalahkan soal berpuasa atau tidak. Kali ini kita akan sama-sama belajar soal Ramadhan lewat salah satu yang mengibadahinya dengan seksama, yakni Hakeem Olajuwon, mantan pemain NBA yang bersinar bersama Houston Rockets.
Oke, nama Olajuwon memang tak sementereng Michael Jordan yang dikenal dengan enam cincin juara NBA-nya. Namanya pun kalah tenar dengan Dennis Rodman yang dikenal sebagai King of Rebound. Ia bahkan tenggelam di antara nama-nama seperti Tim Duncan, Jhon Stockton, atau Kobe Bryant yang hanya setia pada satu tim di NBA.
Namun, menurut Gary Meenaghan dalam tulisannya di The National, jika saja Hakeem Olajuwon bermain di zaman sekarang, ketika media sosial dan media massa digandrungi oleh banyak orang hampir di seluruh belahan dunia, ia, Olajuwon, bisa menjadi atlet paling dikenal saat ini.
ADVERTISEMENT
Sekadar informasi saja, Olajuwon berada di urutan pertama pada NBA draft pick 1984, terpilih di atas Michael Jordan dan Charles Barkley. Dalam 17 tahun kariernya di Houston Rockets ia mempersembahkan dua trofi juara NBA.
Tapi, begitulah Olajuwon. Alih-alih menjadi pusat perhatian, salah satu center terbaik dalam sejarah NBA ini malah menghindar dari keramaian dan mendekatkan diri pada agamanya, Islam.
Ya, jika di awal tadi kami bicara untuk melihat orang-orang yang tetap bekerja keras dengan melupakan segala berat dan lelah di bulan Ramadhan, Olajuwon adalah salah satu yang mengamalkannya.
Hakeem Olajuwon. (Foto: NBA)
zoom-in-whitePerbesar
Hakeem Olajuwon. (Foto: NBA)
Ada satu musim di mana ia mencatatkan prestasi luar biasa ketika ia sedang menjalani puasa. Tepatnya pada musim 1994-1995, di mana saat itu Ramadhan jatuh pada 1 Februari 1995. Olajuwon memutuskan untuk bermain sambil berpuasa.
ADVERTISEMENT
Hebatnya, dalam kondisi berpuasa sekalipun, Olajuwon berhasil meraih penghargaan NBA Player of the Month. Catatan itu melengkapi prestasi yang ia dapatkan pada musim sebelumnya, di mana ia berhasil mencatatkan sejarah sebagai pemain satu-satunya yang berhasil menjadi MVP NBA, MVP Final, dan Defensive Player of The Year di musim yang sama.
Begitulah Olajuwon. Sebagai seorang Muslim ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh Tuhan-nya. Menjalani latihan dan melakoni pertandingan adalah urusan nomor ke-sekian, bukan sebuah beban.
Di balik penampilannya yang pendiam, ia memiliki tekad yang lebih kuat dari siapa pun. Katanya, Ramadhan memiliki banyak tantangan yang harus bisa ia jawab sendiri. Baginya, dengan menjalankan perintah Tuhan-nya, ia bisa tampil lebih baik dan lebih konsisten dari siapa pun.
ADVERTISEMENT
“Jika orang-orang makan dan minum di depanmu, iman seorang Muslim semestinya semakin kuat. Itulah maksud dari Ramadhan,” katanya.
Rekan satu tim Olajuwon di Rockets dulu, Robert Horry, dalam sebuah wawancara dengan The National menyebut Olajuwon dengan julukan "Dream" dan menganggapnya sebagai pemain basket terbaik.
"Saya menilai Dream sebagai salah satu dari lima pemain terbaik yang pernah bermain bola basket. Dia bisa melakukan apapun, tidak ada yang tidak bisa dia lakukan ketika berada di lapangan," katanya.
Bagi Horry, apa yang dilakukan Olajuwon merupakan sesuatu yang gila. Bayangkan saja, dalam satu pertandingan basket di NBA pertandingan bisa berlangsung selama 4x12 menit. Artinya Olajuwon bermain tanpa minum setetes air pun selama 48 menit.
ADVERTISEMENT
Bolehlah kita kurangi menjadi 40 menit saja jika Olajuwon hanya bermain 10 menit dalam satu kuarter. Namun, tetap saja, dengan intensitas pertandingan yang begitu keras dan kencang, bermain basket selama 40 menit di liga NBA tanpa satu tetes air pun merupakan suatu "kegilaan".
“Saya selalu merasa kasihan kepadanya,” kenang Horry.
“Saya tidak mengatakan itu dalam maksud buruk. Tapi, ketika kamu bermain di NBA, kamu sangat membutuhkan banyak energi. Ada 48 menit di setiap pertandingan, dan bermain selama 42 menit dari 48 menit itu tanpa meminum setetes air pun, itu sangat fenomenal,” kata Horry masih tentang rekannya Olajuwon.
Di balik pendirian yang kuat soal ajaran agamanya. Olajuwon tak pernah sekalipun memaksakan agar orang lain termasuk rekan satu timnya menghormati dirinya yang sedang beribadah. Ia tak pernah meminta rekan setimnya untuk tidak makan-minum di depannya.
ADVERTISEMENT
Horry kembali melempar kenangannya jauh ke masa di mana ia masih bermain dengan Olajuwon. Ketika pertandingan berlangsung, mereka (rekan satu tim Olajuwon) bebas menenggak minum. Tanpa kekerasan, tanpa paksaan, tanpa banyak berbicara.
Apa yang dilakukan Olajuwon membuat rekan-rekannya menghormati agamanya. Mereka (rekan satu tim Olajuwon) menghormati dengan cara mengatur jadwal latihan atau dengan sendirinya tidak makan-minum ketika ia berpuasa.
"Bahkan di bangku cadangan kita akan minum, tapi kita benar-benar menghormati agamanya. Apapun yang diinginkan Dream, kami akan melakukannya," kenang Horry.
Begitulah Olajuwon, ia kuat dengan caranya sendiri dan besar dengan caranya sendiri. Ketika nama-nama lain tenar oleh pemberitaan, penampilan cemerlang Olajuwon selama berkarier tersembunyi di balik kerendahan hati dan toleransinya.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika Ramadhan atau tidak, Olajuwon akan selalu jadi pemain hebat yang tak pernah terlihat. Ia tak pernah memiliki iklan sepatu yang membuat namanya bisa terangkat ke publik. Ia tak pernah ingin pujian dari orang lain meninggikan namanya. Ramadhan atau tidak, Olajuwon adalah repersentasi dari keteguhan seseorang yang beriman.
Di usianya yang sudah 54 tahun, saat ini ia tinggal di Yordania bersama keluarganya. Di sana ia membagikan ceritanya dan orang-orang berpikir kalau apa yang ia lakukan itu gila. Tapi begitulah Olajuwon, ia percaya bahwa puasa tidak membuat seseorang menjadi lemah.