Dovizioso: Sering Terjatuh Membuat Marquez Banyak Belajar

9 Januari 2018 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marc Marquez mengalami crash. (Foto: MotoGP.com)
zoom-in-whitePerbesar
Marc Marquez mengalami crash. (Foto: MotoGP.com)
ADVERTISEMENT
Membalap dengan motor seberat 150 kilogram dan bisa mencapai kecepatan hingga 350 km/jam sudah barang pasti memilki risiko yang sangat besar. Hal itu pasti disadari juga oleh para pebalap yang berada di MotoGP, kelas balapan motor paling bergengsi di dunia.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi seperti itu, setiap pebalap menyadari bahwa risiko paling kentara adalah mereka mengalami crash--bisa tergelincir atau menabrak, tak peduli pebalap itu masih merupakan rookie atau sudah senior. Bahkan, Valentino Rossi yang sudah sebegitu diakui kehebatannya pun pernah tergelincir.
Di musim balap 2017 lalu, Marc Marquez yang keluar sebagai juara dunia adalah contoh pebalap yang mengambil segala risiko di lintasan. Hal ini terlihat dari banyaknya ia mengalami crash di musim lalu. Total 27 kali The Baby Alien terjatuh. Catatannya hanya berbeda tipis dengan rookie milik Aprilia, Sam Lowes, yang terjatuh 31 kali.
Jika melihat faktor usia dan gaya membalap, Marquez yang masih berusia 24 tahun dan kerap tampil agresif di tiap balapan memang lebih berisiko mengalami crash, baik itu saat sesi latihan bebas, kualifikasi, maupun sesi balapan. Catatan ini sangat jauh berbeda dengan rival terberatnya di musim lalu, Andrea Dovizioso, yang hanya terjatuh sebanyak delapan kali dari 18 Grand Prix (GP).
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, seolah merepersentasikan julukan orang-orang padanya, Marquez--The Baby Alien--berhasil keluar sebagai juara dunia meski terjatuh sebanyak itu. Di GP Valencia, misalnya, dia mampu melakukan dua penyelamatan setelah hampir terjatuh.
Namun, bagi Dovizioso, seringnya Marquez terjatuh kemudian membuatnya menjadi juara dunia bukanlah suatu hal yang aneh. Sederhananya, menurut Dovi, dengan seringnya Marquez terjatuh, hal itu memberikan pelajaran baginya dan juga Honda. Terlebih, dengan semakin ketatnya persaingan antarpebalap, batas antara memaksakan diri dan terjatuh jadi sulit dibedakan.
"Itu sangat sulit. Setiap akhir pekan, jarak antara posisi pertama dan ke-15 semakin kecil. Itu membuat sulit, Anda harus fokus di latihan. Itu yang membuat perbedaan antara sesi tes dan waktu balapan. Pada tes, banyak pebalap cepat, tapi pada balapan kurang lebih selalu ada pebalap yang sama cepat," kata Dovi seperti dilansir Speedweek.
ADVERTISEMENT
"Dalam sesi tes, Anda tidak mengambil banyak risiko dan lebih berkonsenterasi pada bagian-bagian yang ingin diuji. Jika yang lain lebih cepat, Anda tidak peduli. Karena pada akhirnya, ada bagian-bagian yang lebih krusial untuk diperhatikan saat balapan," tambahnya.
"Secara keseluruhan, tidak mudah membedakan antara memaksakan dan terjatuh. Tapi, itu memberikan pengembangan dalam perebutan gelar. Motor pasti berubah, begitu pun ban. Semuanya menjadi lebih ketat yang tidak membuat mudah. Tapi, untuk pebalap yang benar-benar memiliki kecepatan, lebih sulit di latihan dibanding saat balapan," imbuhnya.
Adapun, menurut Dovi, seringnya pebalap muda di MotoGP terjatuh merupakan hal yang wajar. Namun, sekali lagi, Dovi kembali mengatakan bahwa meski mengalami banyak crash, hal itu tak bisa menjadi patokan jika pebalap itu tidak bisa menjadi juara dunia. Contohnya, ya, Marc Marquez, itu.
ADVERTISEMENT
"Pebalap muda mungkin sering terjatuh, tapi beberapa pebalap tidak khawatir soal jatuh. Sebab, setiap kali crash sesuatu bisa terjadi, bahkan jika itu adalah crash kecil," katanya.
"Tapi, setelah kecelakaan, ia kembali melakukan dengan cara yang berbeda. Mereka membalap dengan batas yang membuat itu semakin buruk, karena terlalu banyak jatuh Anda kehilangan beberapa hal. Saya tidak berpikir membatasi atau tidak adalah cara terbaik untuk memahami apa yang perlu Anda lakukan. Setiap pebalap berbeda. Marquez banyak terjatuh dan dia menjadi juara," pungkasnya.