Pak Budi Aryanto, Stephen Curry, dan Mike D'Antoni dalam Satu Obrolan

Konten dari Pengguna
11 April 2018 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditia Rizki Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pak Budi Aryanto, Stephen Curry, dan Mike D'Antoni dalam Satu Obrolan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ada hari spesial buat Coach Nugraha.
Pada Selasa, 10 April 2018, sekitar pukul 19.30 WIB, handphone-nya (hp) berbunyi. Tak asing lagi, nada itu dikenal Coach Nugraha sebagai tanda masuknya pesan di aplikasi Line.
ADVERTISEMENT
Coach awalnya kaget ketika melihat sepintas ke layar hp, siapa gerangan yang mengiriminya pesan? Nama kontaknya Budi Aryanto. Nama yang tak asing, tapi sudah lama rasanya tak bertegur sapa, apalagi bersua.
Sejenak Coach membiarkan hp-nya tetap pada posisi awal. Pikirnya: Nanggunglah bales juga, beresin satu ini dulu (nulis, red). Sekian menit kemudian hp sudah ada di tangan coach, buru-buru membuka pesan Budi Aryanto.
"Hallo apa kabar?" Tulis Budi Aryanto yang selanjutnya bakal ditulis Pak Budi.
Ramah, seperti biasa, gumam Coach.
Pak Budi bukan orang asing buat Coach, sosoknya lekat di ingatan, setidaknya selama enam tahun ke belakang, Pak Budi begitu sering mondar-mandir di hidup Coach.
Pak Budi guru sekaligus pelatih Coach ketika masih di Jogja dulu, saat masih berkuliah. Pak Budi guru kecabangan bola basket, konsenterasi olahraga yang dipilih Coach.
ADVERTISEMENT
"Hallo Pak Budi, sehat Pak alhamdulillah. Pak Budi apa kabar?" balas Coach.
Pak Budi orang yang sehat, dulu mantan atlet PON Basket Jogja. Tapi usai cedera parah, tubuhnya melebar ke samping. Cedera lututnya memang parah, membuatnya kudu beristirahat dan akhirnya badan yang hampir tiap hari diterpa latihan, mendadak berhenti total. Badan Pak Budi pun jadi imbasnya.
Tapi, dengan badan yang tidak lagi ideal bagi seorang atlet dan mantan atlet, gerakan dan olah bola basketnya masih piawai. Sebagai mantan shooter, tembakannya masih "wangi", mulus, dan sangat mempraktikkan biomekanika.
Semua tentang Pak Budi adalah semua ingatan Coach Nugraha soal bola basket. Dari Pak Budi, olahraga lima lawan lima yang tadinya hanya sekadar iseng-iseng belaka dipilih jadi konsenterasi, malah jadi jalan hidup yang disenangi.
ADVERTISEMENT
September 2012 adalah awal pertemuan Coach dengan Pak Budi. Ia bertemu dengannya di lapangan basket bersama 13 kawannya yang juga mengambil konsenterasi basket. Pak Budi saat itu katanya ramah dan sampai saat ini tak berubah nyatanya.
Pak Budi kemudian jadi "Ayah" Coach Nugraha selama di Jogja. Ia mengurusi perihal jumlah mata pelajaran, jumlah SKS yang kudu diambil Coach tiap semesternya. Pak Budi jadi guru pebimbing Coach.
"Alhamdulillah sehat. Kamu di mana sekarang?" Balas Pak Budi.
Coach akhirnya kudu "berpisah" dengan Pak Budi pada November 2016 ketika masa kontraknya di Jogja sudah habis. Coach memilih tidak memperpanjang waktunya di sana dan kembali melanglang buana.
Pak Budi adalah orang yang membuat Coach akhirnya lulus sekolah. Pada Oktober 2016, Pak Budi dan tiga rekan gurunya mendadar Coach di ruangan 4x5 meter di lantai tiga, gedung GPLA, di Jalan Colombo, Sleman, Jogja.
ADVERTISEMENT
Tugas akhir Coach yang didampingi Pak Budi saat itu Statistik Tembakan Clear and Bank Under The Basket Shot Pemain IBL Musim 2015/2016 Seri Jogja. Sekitar 10 bulan lamanya Coach menggarap di bawah arahan Pak Budi.
"Alhamdulillah kalo sehat Pak. Saya di Jakarta Pak Budi, bapak gimana di Jogja?" Balas Coach.
Pak Budi mafhum Coach agak gemar menulis saat masih bersekolah di Jogja. Di samping kegemarannya memaki di pinggir lapangan, Coach sempat mengisi waktu luang dengan menulis blog pribadi, kerja paruh waktu di percetakan lokal di Jogja, kemudian kerja sampingan sebagai penulis konten di salah satu media daring kesehatan di Jakarta untuk mencari uang rokok.
Pak Budi sempat berkelakar jika ingin menulis buku soal teknik dan taktik olahraga bola basket, karena merasa tidak ada buku macam seperti itu ditulis dengan rinci dan runut di Indonesia. Pak Budi berkelakar lagi, mungkin Coach mau bantu menyusun?
ADVERTISEMENT
"Kerja di mana di Jakarta?" Sahut Pak Budi lewat ujung jarinya.
"Di kantor berita Pak, jadi wartawan," timpalnya cekatan.
"Kantor berita apa? Akhirnya nulis juga ya," balas Pak Budi.
Pak Budi Aryanto, Stephen Curry, dan Mike D'Antoni dalam Satu Obrolan (1)
zoom-in-whitePerbesar
Pak Budi punya ingatan kuat dan bagus. Itu mengapa kata Coach, Pak Budi gemar bercerita. Pernah katanya, pelajaran dua jam hanya diisi dengan cerita perihal pengalamannya main basket dulu, jalan-jalan ke Sumatera naik motor, hingga membawa atlet POMNAS tahun 2000.
Maka Coach tak heran ketika Pak Budi nyeletuk, "akhirnya nulis juga ya," karena setelah pendadaran lewat beberapa hari, Coach dan Pak Budi berbincang di ruangannya perihal ini itu dari a-m. Salah satunya Coach menjawab pertanyaan Pak Budi soal mau apa sehabis sekolah? Coach jawab dengan sedikit bimbang. Mungkin menulis.
ADVERTISEMENT
"Media online Pak. Hehe iyah Pak, tapi jadi ndak bisa ngelatih. Kangen ngelatih," jawan Coach melontar canda.
"Khusus wartawan olahraga?" Timpal Pak Budi tanpa merespons candaan Coach soal kangen melatih (garing).
"Iyah Pak khusus desk olahraga," jawab Coach mantap.
"Ke lapangan atau nulis aja hasil dari media lain?" todong Pak Budi.
"Kadang ke lapangan, kadang bikin berita dari isu olaharaga internasional Pak. Bikin match report NBA juga," jawab Coach ringan.
Pak Budi tak suka bertele-tele. Dirasa pertanyaannya sudah terjawab, ia sudah merasa cukup. Pak Budi seperti itu, tidak berubah kata Coach.
"Tadi pagi GSW (Golden State Warriors) menangkan?" celetuk Pak Budi.
"Kemarin pagi Pak, tadi Spurs sama Cavs yang menang. Bapak dukung GSW?" Coach tanya balik.
ADVERTISEMENT
"Oh iya lupa, kemarin nontonnya. Suka (Stephen) Curry kalau main," Pak Budi balas.
Sebagai mantan shooter, kecenderungan Pak Budi menyukai gaya main Curry bisa dimaklumi. Bahkan bukan atlet atau mantan atlet pun gemar menonton aksi Curry di lapangan pertandingan.
"Owalah emang bagus, sih, Pak, tapi cedera dia. Kalau (Houston) Rockets gimana Pak?" tanya Coach penasaran.
"Rockets itu yang bagus pelatihnya," jawab Pak Budi singkat lalu tidak membalas pertanyaan Coach selanjutnya soal kenapa Mike D'Antoni itu bagus di matanya? Ah, mungkin sudah terlelap, pikir Coach karena ketika ia membalas waktu sudah pukul 22.07 WIB.
Coach tetiba terpikirkan ada kemiripan antara Mike D'Antoni dan Pak Budi kala melatih. Mereka berdua selalu menekankan soal pertahanan dan tembakan.
ADVERTISEMENT
Filosofi Pak Budi: Dapat bola, kosong, tembak saja. Tidak masuk, latihan lagi.
D'Antoni menerapkan hal yang sama kepada Rockets musim ini. Ia menjadikan tembakan tripoin sebagai senjata utama membunuh lawan.
Rockets adalah tim terbaik di NBA musim ini soal memasukkan tembakan tripoin per laga dengan 15,5 kali dari 42,5 percobaan.
Pak Budi, Pak Budi. Senang bisa berbincang kembali. Gumam Coach Nugraha sembari senyum-senyum sendiri.
Mungkin, setelah Pak Budi jawab mengapa Mike D'Antoni bagus, tulisan ini bisa dilanjutkan. Coach Nugraha hanya ingin mulai menyegarkan ingatan dan Pak Budi datang tak kira-kirakan.
*Ditulis sepanjang jalur KRL Pasar Minggu-Bogor penuh berdesakan. Di malam menuju dini hari.