Polutan Berbahaya Mengancam Kota Besar di Indonesia

17 April 2017 19:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kabut polusi di sekitar Sungai Ciliwung. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Polusi yang tinggi telah menjadi masalah tersendiri untuk beberapa daerah di dunia khususnya Indonesia. Efek yang dihasilkan dari fenomena ini lah yang menjadi persoalan karena memang berdampak buruk bagi kualitas kesehatan manusia kedepannya.
ADVERTISEMENT
Polusi atau pencemaran lingkungan berdasarkan Undang – Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 diartikan sebagai peristiwa masuknya atau dimasukannya mahkluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran itu sendiri disebut polutan.
Menurut keterangan Deputi Bidang Sains LAPAN Afif Budiyono, sejauh ini kota-kota besar memang memiliki kadar polutan tertinggi di Indonesia. Bandung, Jakarta, Surabaya menjadi daerah yang paling parah terdampak polutan.
"LAPAN sudah pernah melakukan penelitian terkait kadar polutan di kota-kota besar Indonesia. Bandung, Jakarta dan kota besar lainnya memiliki polutan tertinggi. Kalau dibandingin sama Dieng sana ya jauh," kata Afif saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (17/4).
ADVERTISEMENT
Dampak paling nyata tentunya adalah menurunnya kesehatan masyarakat khususnya kesehatan paru-paru seperti ISPA.
"Banyak sekali dampaknya, misalnya polutan NO2 itu kan memiliki sifat racun jadi sangat berbahaya, selain itu polutan dari kendaraan bermotor yang tidak bagus bisa menganggu pernafasan dan merusak paru-paru," kata Afif.
Namun Afif menjelaskan bahwa LAPAN sudah melakukan penyuluhan dan pemberitahuan kepada daerah-daerah yang memang memiliki tingkat polutan yang tinggi. Bekerjasama dengan BLH di tiap-tiap Pemda.
"Tentunya harus ada pengaturan tentang keberadaaan kendaraan bermotor dan juga industri yang dibangun di daerah tersebut. Industri-industri harus memiliki standar pembuangan gas yang sesuai dengan aturan itu yang terpenting," katanya.
Seorang ibu menutupi hidungnya dari polusi udara di jalanan (Foto: APexchange)
Menurut penuturan Afif, selain pencegahan yang berbasis teknologi ada pula pencegahan yang bisa dilakukan oleh air hujan untuk membantu membersihkan tingkat polutan yang tinggi. Namun tetap saja, kita tidak bisa hanya menggandalkan air hujan untuk membantu membersihkan kadar polutan yang kadung tinggi.
ADVERTISEMENT
"Ada pula proses pembersihan secara almiah yang dilakukan oleh air hujan. Jadi normal lagi terus naik lagi, proses alamiahnya ada. Tapi kita tidak menggantungkan seluruhnya ke proses alamiah. Harus ada kesadaran sendiri," tutur Afif.
Sementar ini, menurut Afif yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah melalui proses penggendalian dengan teknologi seperti digantinya bahan bakar dari premium ke pertamax dan penggendalian pembuangan limbah gas dari industri-industri.
Lebih lanjut Afif mengatakan, meskipun secara umum kadar oksigen di daerah Indonesia memiliki kadar yang normal dikisaran 20 persen. Namun di daerah di Pulau Giliyang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memiliki udara yang memang lebih terasa sejuk dan segar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LPAN tahun 2006 silam memang pulau ini memiliki kadar oksigen cukup tinggi. Namun tidak bisa dijadikan patokan sebagai daerah dengan kadar oksigen tertinggi di Indonesia, karena belum ada penelitian yang membandingkan dengan daerah lain.
ADVERTISEMENT
"Secara umum semua daerah di Indonesia memiliki kadar oksigen 20 persen, namun di Pulau Giliyang memang terasa berbeda, terasa lebih sehat, karena kadar polutannya rendah. Jadi bukan serta merta karena kadar oksiegn," tutup Afif.