Skema Bola Mati yang Menghidupkan dan Membunuh Inggris

12 Juli 2018 11:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gol Trippier lewat tendangan bebas ke gawang Kroasia. (Foto:  REUTERS/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Gol Trippier lewat tendangan bebas ke gawang Kroasia. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
Harapan Timnas Inggris untuk membawa pulang trofi Piala Dunia 2018 sirna karena mereka gagal melaju ke partai final, usai dikalahkan Timnas Kroasia pada laga semifinal yang berlangsung di Luzhniki Stadium, Kamis (12/7/2018) dini hari WIB, dengan skor 1-2.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kegagalan ini, Inggris berhasil menorehkan catatan tersendiri sebagai tim yang paling banyak mencetak gol melalui skema set-piece di Piala Dunia sejak 1966. Gol tendangan bebas Kieran Trippier ke gawang Kroasia merupakan gol kesembilan Inggris lewat situasi bola mati di Piala Dunia 2018.
Hal ini menunjukkan, betapa Inggris memanfaatkan kesempatan yang didapatkan dalam situasi bola mati. Sembilan dari 12 gol skuat 'Tiga Singa' berasal dari set-piece. Ini seolah menjadi strategi baru yang dibawa Inggris. Apalagi bila menilik materi pemain Inggris yang tidak memiliki gelandang kreatif untuk mengatur serangan, pilihan ini menjadi logis untuk diambil.
Yang menjadi pertanyaan: Dari mana Gareth Southgate mendapatkan inspirasi untuk menjadikan set-piece sebagai 'senjata' andalan Inggris? Mengingat dalam 72 kesempatan sebelumnya--dalam turnamen besar sejak Piala Dunia 2010--tak ada satupun gol tercipta dari skema ini.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, pada Februari 2018, Southgate berkunjung ke kota Minnesota, Amerika Serikat, untuk menyaksikan final liga football Amerika (NFL) atau Super Bowl LII antara New England Patriots dan Philadelphia Eagles. Sebelum menghadiri laga ini, Southgate lebih dulu menyaksikan pertandingan NBA antara Minnesota Timberwolves dan New Orleans Pelicans.
Misi Southgate adalah mengetahui bagaimana cara para pemain basket membuka ruang untuk rekannya mencetak poin ketika diadang oleh pemain bertahan. Maka, didapatnyalah strategi screen (tirai) atau menghalangi di permainan bola basket untuk diaplikasikan padai sepak bola, khususnya dalam situasi bola mati.
Dalam permainan bola basket, ada pula situasi bola mati atau salah satunya dikenal dengan istilah inbound (lemparan ke dalam), bisa berada di baseline (garis tepi) atau sideline (garis sisi). Karena situasi ini kerap terjadi di sebuah pertandingan, para tim NBA punya pola khusus untuk memaksimalkan bola inbound menjadi poin.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, mari ambil pola inbound Chichago Bulls pada musim 2015/16 yang dikenal dengan sebutan elevator. Bulls menyimpan dua big man di tepi paint area sebagai seorang screener (penutup) untuk membebaskan satu pemain dan satu pemain lain berdiri di dekat garis tripoin sebagai pengalih perhatian.
Pemain yang melakukan lemparan ke dalam tinggal menunggu pemain yang dibebaskan oleh dua big man tadi untuk mencari ruang kosong. Ketika situasi ini sudah didapat, bola tinggal diberikan kepada si pemain untuk mencetak angka. Pola ini tentu didasarkan pada kemampuan pemain, biasanya diterapkan jika tim memiliki seorang penembak jitu.
Lain hal dengan tim yang berupaya memaksimalkan para pemain tinggi seperti San Antonio Spurs dengan pola bernama post down. Seorang big man yang berdiri di dekat paint area langsung diberikan bola inbound, sehingga jika situasi kosong, ia bisa langsung menembak atau punya opsi memberikan bola kepada rekannya yang kosong.
ADVERTISEMENT
Pola membebaskan kawan dengan menggunakan seorang screener ini diaplikasikan oleh Southgate khususnya saat sepak pojok, karena lima dari sembilan gol set-piece Inggris berasal dari situasi ini. Inggris mencoba untuk memanfaatkan bek-bek dan penyerang mereka yang punya postur tinggi seperti Harry Kane, John Stones, dan Harry Maguire.
Salah satu pola yang paling sering diterapkan Inggris adalah love train dengan formasi empat orang berdiri sejajar. Biasanya, satu pemain berpostur standar seperti Jordan Henderson atau Raheem Sterling menjadi screener untuk Kane, Maguire, dan Stones yang berdiri di belakangnya. Ketika bola dikirimkan, ketiga pemain ini bisa menyebar karena tak terkawal.
Gol John Stones ke gawang Panama lewat skema bola mati. (Foto: REUTERS/Ivan Alvarado)
zoom-in-whitePerbesar
Gol John Stones ke gawang Panama lewat skema bola mati. (Foto: REUTERS/Ivan Alvarado)
Contoh pola sepak pojok lain yang juga terbukti berjalan lancar, terjadi saat Inggris mencetak gol keempat ke gawang Panama. Lain hal dengan love train, pola ini menyimpan Stones di luar kotak penalti yang didampingi Ashley Young sebagai screener.
ADVERTISEMENT
Ketika bola dikirimkan Trippier, Young berhasil menghalangi pemain yang menjaga Stones sehingga bisa masuk ke dalam kotak penalti. Skema ini berjalan apik lantaran Kane dan Henderson yang berada di dalam kotak menarik perhatian lawan. Akibatnya, muncul ruang yang cukup bagi Stones untuk menyambut bola dengan sundulan yang berbuah gol.
Kejelian Southgate dalam memaksimalkan bola mati terbantu juga dengan keberadaan Allan Russell yang didatangkan pada Maret 2017. Sebagai mantan penyerang yang kebanyakan merumput di tim Amerika Serikat, Russell menyadari pentingnya taktik pergerakan tanpa bola dan membuka ruang saat di situasi bola mati.
Southgate pun tak menampik bahwa taktik bola mati ini menjadi kunci dari permainan Inggris selama Piala Dunia 2018. "Ketika menghadapi bola mati, kami adalah ancaman nyata. Kami telah mengidentifikasi area-area kunci dan area yang kami rasa bisa kami tingkatkan di turnamen ini," ungkap Southgate dilansir TalkSport.
ADVERTISEMENT
Namun, yang mungkin terlewatkan oleh Southgate adalah pola bola mati yang ia adaptasi dari tim NBA adalah sebuah strategi altenatif di permainan bola basket. Oleh karena itu, tidak seharusnya Southgate menjadikan skema ini sebagai andalan untuk mendulang kemenangan.
Apalagi, mereka jarang mendapatkan kesempatan sepak pojok di laga melawan Kroasia (4 kali) dan para pemain Kroasia nyatanya tidak terdistraksi dengan screen atau pergerakan yang dibuat oleh pemain Inggris ketika menghadapi situasi bola mati.
Masalah Inggris kian pelik ketika mereka tidak bisa membangun serangan dengan rapi karena ketiadaan pengatur serangan mumpuni. Per WhoScored, tercatat ada 104 operan lambung yang dilakukan Inggris dan hanya melepaskan 16 umpan silang. Kondisi ini menggambarkan tidak variatifnya serangan Inggris.
ADVERTISEMENT
Inggris memang sempat hidup dan efektif lewat skema bola mati di gelaran Piala Dunia 2018. Yang menjadi masalah, Inggris menempatkan skema yang seharusnya bersifat alternatif menjadi andalan. Karena yang sifatnya alternatif digeser menjadi andalan, Inggris kehilangan pilihan saat skema andalannya menemui jalan buntu. Muaranya, apa boleh buat, skema bola mati Inggris tak lagi mematikan bagi lawan.