Tentang Ketakutan Valentino Rossi Pensiun dari MotoGP

24 November 2017 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rossi di musim balap 2009. (Foto: TOSHIFUMI Kitamura/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Rossi di musim balap 2009. (Foto: TOSHIFUMI Kitamura/AFP)
ADVERTISEMENT
Tujuh tahun berselang sejak Valentino Rossi menjadi kampiun MotoGP pada musim 2009 silam. Itu artinya, The Doctor terakhir kali mengangkat trofi juara dunia saat usianya menginjak 31 tahun.
ADVERTISEMENT
Sudah lama memang, tapi tak bisa dipungkiri karisma Rossi ketika membalap di atas lintasan tak serta merta memudar meski absen meraih juara selama itu. Kemudian jika berbicara para pendukungnya, kesetiaan mereka pun nyatanya tidak luntur dan berpaling dari pebalap yang identik dengan nomor 46 ini.
Kini di usianya yang sudah menginjak 38 tahun, Rossi masih aktif membalap dan bersaing dengan pebalap muka lama maupun wajah-wajah baru yang disebut rookie.
Buktinya pada musim ke-17 Rossi di MotoGP, yakni musim balap 2017/18 lalu, pebalap asal Italia tersebut sukses menempati posisi kelima pada tabel klasemen akhir dengan mengoleksi 208 poin. Ia hanya terpaut dua angka dari Dani Pedrosa di posisi keempat, dan 22 angka dari Maverick Vinales di urutan tiga.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang tak lagi muda itu, Rossi tercatat bisa meraih satu kali podium pertama di GP Belanda dan total berhasil naik podium sebanyak enam kali. Bukan hasil yang buruk-buruk amat--mengingat di musim 2017 lalu Rossi mengalami cedera patah tulang dan tetap memaksakan membalap meski dalam kondisi pemulihan.
Tapi demikian, Sang Legenda MotoGP ini dianggap tak lagi bisa bersaing dengan wajah-wajah baru seperti Marc Marquez, Vinales, Andrea Dovizioso, Johann Zarco, dan sederet pebalap muda lainnya. Rossi pun diisukan memilih pensiun atau bahkan disarankan untuk pensiun.
Namun, Rossi tak bergeming, meski isu soal pensiunnya dari dunia MotoGP selalu merebak tiap tahun. Tak banyak yang mengetahui pasti alasan Rossi tetap bertahan--meski nihil prestasi beberapa musim terakhir--di MotoGP. Tetapi, bisa jadi salah satu alasannya tetap bertahan adalah ketakutannya untuk menemukan hal lain di luar MotoGP jika nanti pensiun.
ADVERTISEMENT
"Saya takut berhenti. Hal yang menakuti saya adalah suatu hari nanti akan sulit menemukan hal lain (di luar MotoGP). Hidupku adalah tentang MotoGP," ungkap Rossi seperti dilansir dailystar.uk.
Well, bagi Rossi yang sudah menapaki aspal lintasan balap sejak 1999 di kelas 125 cc ini. Dunia balapan, motor, dan kecepatan menjadi napas yang sudah ia hirup puluhan tahun. Sehingga menemukan jenis udara lain untuk dijadikan pengganti pastilah tak akan mudah.
Rossi dan Vinale. (Foto: AFP/Josep Logo)
zoom-in-whitePerbesar
Rossi dan Vinale. (Foto: AFP/Josep Logo)
Nah, ujung-ujungnya jika memang Rossi pensiun, kehidupan selanjutnya pastilah tak akan jauh dari dunia yang sudah membesarkan namanya ini. Dan soal ini, Rossi sudah mulai menabur benih untuk menapaki jalannya nanti.
Seperti kita ketahui, Rossi memiliki sebuah akademi balap yang bernama VR46 Riders Academy alias Akademi Balap VR46. Akademi balap tersebut resmi dibuka untuk umum pada Februari 2014.
ADVERTISEMENT
Alasan utama Rossi mendirikan akademi balap di dekat rumahnya di Tavulia, Italia, ini untuk mengembangkan potensi pebalap muda Italia, sekaligus menghentikan dominasi pebalap Spanyol di ajang MotoGP, Moto2, maupun Moto3.
Usaha Rossi itu pun membuahkan hasil karena pada ajang Moto2 musim 2017 lalu. Salah satu alumni akademi balapnya, Franco Morbidelli, sukses menjadi kampiun di akhir musim.
Kini akademinya sudah berusia lebih dari tiga tahun, tapi saat ditanya apakah Rossi akan membuatnya menjadi lebih besar dengan membuat sebuah tim balap dan ikut berkompetisi, Rossi menjawab santai: akademinya hanyalah sebuah persinggahan untuk menuju tempat yang lebih besar.
"Akademi ini bagus, tapi itu (tim) tidak sama. Pasti akan menarik untuk memulai tim MotoGP. Tapi itu adalah dunia yang sama sekali berbeda. Anda juga membutuhkan produsen (manufaktur) untuk ini," kata Rossi.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kami sedang mengerjakan kelas kecil untuk membantu para pebalap. Kami sebenarnya memulai ini (akademi) hanya dengan Simoncelli. Kemudian Morbidelli datang, terus saudaraku dan Migano. Tim ini kemudan terbentuk," kenang Rossi.
Dengan begini, Rossi nampaknya tak perlu lagi merasa takut memutuskan, karena ia telah menyusun anak tangga yang sebegitu rapinya untuk meyambut masa peniusnnya nanti.
Akankah ia meneruskan akademi balapanya dan semakin banyak melahirkan pebalap-pebalap muda berbakat lain untuk meneruskan jejak sang guru, atau mungkin mengembangkan akademinya menjadi sebuah tim MotoGP? Menurut kalian, lebih cocok yang mana?