Setelah kumparanplus mengadakan Space di Twitter tentang klitih, jadwal saya setelahnya padat. Undangan diskusi tak henti-henti, banyak DM Instagram yang masuk entah bernada ancaman atau pujian, dan panggilan untuk “klarifikasi” tentang apa yang saya katakan di dalam Space tersebut.
Yang saya sebut terakhir agak unik karena ada sekelompok paguyuban yang mengelola sebuah tempat wisata, tidak terima saya bicara banyak tentang Jogja. Apalagi dalam statemen saya menyasar tentang aturan “pemerintah yang membosankan”. Alasannya amat irasional: bisa mengganggu kestabilan wisatawan yang masuk ke Jogja.
Mereka menganggap bahwa kumparan bukan media Jogja. Intinya media di luar Jogja, tidak berhak mengomentari Jogja. Ketika bertemu paguyuban tersebut, pertanyaan pembuka cukup bikin saya hampir tertawa dan terberak-berak dalam satu kali waktu. Katanya, “Mas KTP mana? Jogja bukan?”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814