Catatan Perjalanan CEO Telegram Pavel Durov di Jakarta dan Bali

8 Agustus 2017 13:21 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Telegram Pavel Durov (Foto:  ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Telegram Pavel Durov (Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
ADVERTISEMENT
Kehadiran CEO Telegram Pavel Durov di Jakarta, pada pekan lalu, telah menjadi headline di berbagai media massa. Maksud kedatangannnya ke sini, adalah untuk mencari kesepakatan terkait masa depan layanan Telegram di Indonesia yang saat ini masih berstatus terblokir. Di Jakarta, dia bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, pejabat di lingkungan Kemkominfo, dan para pengguna setia Telegram. Dalam sebuah catatan di saluran resmi Telegram miliknya, Durov mengatakan sambutan di Jakarta begitu hangat. Dia kembali menyatakan permintaan maaf karena tim Telegram tidak merespons dengan cepat email permintaan filter konten dari Kemkominfo, tetapi dia senang karena pada akhirnya bisa menjalin hubungan yang baik dengan pejabat di Indonesia. Sebagai tindaklanjut dari pertemuan dengan Kemkominfo, Durov berjanji untuk membuka saluran komunikasi langsung antara tim Telegram dengan tim Kemominfo. Mereka berjanji untuk segera memproses laporan dalam hitungan jam, bukan lagi hitungan satu atau dua hari. Langkah ini dia lakukan karena di sisi lain pengguna dari Indonesia juga terbilang besar. Dari 600.000 pengguna baru yang terdaftar setiap harinya di Telegram secara global, sebanyak 20.000 di antaranya adalah pengguna baru yang terdaftar dari Indonesia setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, Durov tetap berkomitmen untuk tidak mengungkap data personal pengguna. "Kami di Telegram merasa bangga bahwa kami tidak mengungkapkan satu byte data pribadi pun kepada pihak ketiga sejak kami memulai - dan kami akan tetap seperti itu, tanpa pengecualian di manapun," tulis Durov di saluran miliknya.
Wisata ke Bali Setelah pertemuan di Jakarta, Durov ternyata tidak langsung pergi keluar Indonesia. Dia menghabiskan beberapa hari untuk berkunjung ke pulau dewata, Bali. Seperti kebanyakan orang liburan, Durov mungkin juga perlu piknik untuk menenangkan pikiran dan menikmati keindahan alam. Sejauh ini Durov telah mempublikasi satu foto hasil wisatanya ke Bali. Dia berjanji untuk mengunggah lebih banyak foto di Bali dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Durov diketahui selalu berpindah tempat dan gemar keliling dunia. Khusus untuk Indonesia. dia sebelumnya pernah berkunjung ke Bali pada tahun 2015, sekaligus ke Sorong dan Raja Ampat di Papua, dan beberapa foto perjalanan ini dia unggah ke media sosial Instagram.
Masa Sebelum Telegram Sebelum mendirikan Telegram, Durov dikenal sebagai "Mark Zuckerberg dari Rusia." Mengapa demikian? Ini bermula di tahun 2016, ketika dia mendirikan VKontakte yang merupakan jejaring sosial alternatif Facebook. Durov mengakui terinspirasi oleh Facebook dalam membangun platform media sosial tersebut. Namun, pada 2014, kekuasaan Durov di VKontakte berakhir, setelah pemerintah Rusia memaksa Durov untuk memberikan data lawan politik. Durov merasa privasi sangat penting, yang kini bisa kita lihat implementasinya di aplikasi Telegram. Kecewa dengan sikap pemerintah, ia memutuskan pergi dari Rusia dan memperoleh kewarganegaraan Saint Kitts dan Nevis, sebuah negara dengan dua pulau yang berada di sekitar Laut Karibia. Dia pun menjual VKontakte ke investor lokal. Durov kemudian meluncurkan aplikasi pesan instan Telegram pada 2013, yang mengedepankan sistem enkripsi di dalam pesannya untuk menjaga privasi para penggunanya. Telegram memiliki keunikan karena setiap pengguna bisa membuat saluran komunikasi agar lebih mudah dalam menyampaikan pesan atau pemikirannya kepada para follower, dan saluran ini juga bisa dibuat bot tersendiri agar pengalaman pengguna lebih kaya.
ADVERTISEMENT