kumplus- Opini- Adriansyah Yasin

Di Jabodetabek, Kita Terus Dipaksa Menggunakan Kendaraan Pribadi

Adriansyah Yasin Sulaeman
Getting lost is my everyday life. Nyasar di 62 negara selagi jadi Penggiat Mobilitas Aktif Transport for Jakarta
4 Agustus 2022 17:13 WIB
·
waktu baca 8 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kalimat mantan walikota Bogota, Kolombia di atas seringkali dilontarkan oleh banyak perancang kota ataupun mengamat urban di seluruh dunia. Kota-kota besar di dunia pun melihat transportasi umum menjadi salah satu fokus utama pembangunan sistem mobilitas urban mereka.
Namun lain hal ketika kita berbicara soal mobilitas urban di Jabodetabek. Dominasi masih dipegang oleh pengguna kendaraan pribadi, yang mobil atau motornya seolah menjadi kebutuhan mendasar tak terpisahkan dari seluruh aktivitas sehari-hari. Ini pun menjadi pertanyaan: apakah kendaraan pribadi adalah pilihan, atau sebetulnya kita terpaksa menggunakan kendaraan pribadi di Jabodetabek?
Tampak jelas bagaimana Jabodetabek, meski dengan perkembangan transportasi umumnya yang pesat dibanding kota lain di Indonesia, bisa dibilang masih tetap mengarahkan pembangunan kotanya ke arah pembangunan berorientasi kendaraan pribadi. Dari data JUTPI 2 di tahun 2018, tren mobilitas urban di Jabodetabek dengan transportasi umum terbukti menurun drastis; dari 42% di 2002 menjadi hanya 8% saja di 2018. Kenaikan drastis justru terjadi pada penggunaan kendaraan roda dua: dari 21% di 2002 menjadi hampir 63% di 2018.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten