Donor Mata dari Mereka yang Dianggap Penista

Adri Kristianto
Pengamat Kuliner
Konten dari Pengguna
17 November 2022 15:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adri Kristianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto pemimpian spiritual Ahmadiyah (Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Foto pemimpian spiritual Ahmadiyah (Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)
ADVERTISEMENT
Stigma negatif kerap melekat pada beberapa kelompok kepercayaan di Indonesia, salah satunya Ahmadiyah. Untuk menjawab beberapa stigma terhadap mereka, saya mendatangi Ustadz Rahmat, seorang pendakwah Ahmadiyah di Jakarta. Pertemuan ini sekaligus sebagai salah satu upaya tabayyun dan melatih kepekaan dalam menerima pandangan dari kelompok yang dianggap berbeda oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Saya membuka obrolan dengan Ustadz Rahmat dengan menanyakan pengalaman persekusi atau intimidasi yang beliau dapat. Salah satu yang cukup membekas di ingatan adalah insiden pembakaran masjid Ahmadiyah oleh oknum masyarakat di kampung halamannya, Sukabumi Jawa Barat. Belum lagi cerita dari rekan sesama pengikut Ahmadiyah yang bekerja di sektor pemerintahan. Bagi pengikut Ahmadiyah yang berprofesi sebagai ASN atau polisi, sulit mendapatkan promosi kenaikan jabatan karena panji Ahmadiyah yang diusung. Alergi terhadap Ahmadiyah juga bergulir di kalangan masyarakat bawah, terlebih saat para Ahmadi (sebutan bagi pengikut Ahmadiyah) mengadakan kegiatan sosial seperti donor darah. Ustadz Rahmat dan para Ahmadi sepertinya sudah kenyang dengan cibiran masyarakat.
Foto pemimpin spiritual Ahmadiyah (Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)
Puncak persekusi yang diterima oleh Ahmadiyah dapat dilihat pada dilihat pada dua kasus besar konflik Ahmadiyah yang terjadi di Cikeusik Banten dan Lombok Nusa Tenggara Barat. Kabarnya kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah di Cikeusik menewaskan tiga orang dan menimbulkan korban luka - luka. Sedangkan penyerangan di Lombok mengakibatkan delapan rumah rusak, empat sepeda motor hancur, serta sebanyak 24 orang harus dievakuasi ke Kantor Polres Lombok Timur.
ADVERTISEMENT
Tentu saja para pengikut dan pendakwah dari Ahmadiyah tidak tinggal diam melihat sejumlah kekerasan yang ditujukan pada mereja. Ustadz Rahmat mengatakan bahwa mereka pernah membuka forum diskusi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), ormas Islam dan kelompok masyarakat. Gairah berdiskusi ini juga menjadi concern dari pemimpin spiritual ke-lima mereka, Mirza Masroor Ahmad, yang pernah mengadakan simposium Ahmadiyah di Capitol Hill. Peserta simposium itu diantaranya adalah para menteri, walikota, politikus dan pastor dari Amerika Serikat. Forum diskusi juga pernah diadakan di Indonesia degan dihadiri ormas Islam seperti Persatuan Islam (Persis). Menurut Ustadz Rahmat, pada tahun 2008, karena gencarnya persekusi yang diterima Ahmadiyah, Komisi VIII DPR RI berusaha memfasilitasi dialog terbuka antara Majelis Ulama Indonesia dengan Ahmadiyah. Tetapi jawaban dari Majelis Ulama Indonesia saat itu mengatakan dengan tegas bahwa ajaran Ahmadiyah sudah sesat dan tidak perlu melakukan dialog apapun dengan mereka.
Salah satu sudut di masjid Ahmadiyah di Jakarta (Sumber : Dokumen Pribadi Penulis)
Di balik getirnya kehidupan para Ahmadi, ada satu informasi cukup menarik yang saya dapat dari obrolan dengan Ustadz Rahmat, bahwa kelompok masyarakat pendonor kornea mata terbesar di Indonesia berasal dari kelompok Ahmadiyah. Menurutnya, pada Maret 2021, sudah ada lima Ahmadi di sekitar tempat Ustadz Rahmat yang meninggal dunia dan mendonorkan kornea matanya. Hal ini cukup membuat saya tertegun dan menduga - duga motif mereka melakukan ini. Apakah ini salah satu upaya Ahmadiyah memupus stigma negatif sekaligus mengumpulkan simpati? Atau mungkin lebih dari itu, tindakan mereka merupakan sikap altruistik yang turut dipupuk oleh nilai yang mereka anut?
ADVERTISEMENT
Menurut Baston (2002) teori altruisme adalah respon yang menimbulkan perasaan positif seperti empati. Individu yang altruis memiliki motivasi kebaikan, keinginan untuk selalu menolong orang lain. Motivasi kebaikan tersebut muncul karena ada alasan internal di dalam dirinya yang menimbulkan perasaan postifi sehingga dapat memunculkan tindakan untuk menolong orang lain. Dalam konteks donor kornea mata, mungkin saja ini bentuk paripurna perwujudan tertinggi sikap altruistik dengan memberikan manfaat besar bagi orang lain bahkan saat mereka telah meninggal dunia.
Para Ahmadi menempuh jalan sunyi saat melakukan kebaikan yang mungkin tidak semua orang akan lakukan di hidupnya, donor kornea mata. Menurut Ustadz Rahmat, keluarga yang anggotanya mendonorkan kornea mata, kerap menyembunyikan entitas kelompoknya saat petugas eksisi (bedah kornea mata) mendatangi mereka. Apakah pengikut Ahmadiyah yang dianggap sebagian orang sebagai penista tetap akan dipandang sebelah mata walaupun telah mendonorkan kornea mata? Apakah ini adalah bentuk pengejawantahan dari semboyan nilai yang mereka pegang, Love for All Hatred for None?
ADVERTISEMENT