Love Bombing dan Bagaimana Cara Mencintai yang Presisi

Afiqul Adib
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tinggal di Lamongan.
Konten dari Pengguna
19 September 2021 9:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afiqul Adib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Dmitry Osipenko On Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Source: Dmitry Osipenko On Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hubungan itu tentang bagaimana cara mengekspresikan perasaan secara menenangkan. Rasa cemburu, marah, kecewa, atau ingin diperhatikan, adalah sesuatu yang wajar dan tidak ada tombol on/off-nya. Artinya kita tidak bisa mengendalikan hal tersebut, yang bisa dikendalikan adalah bagaimana menyampaikan emosi itu dengan baik.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dalam sebuah hubungan, perlu yang namanya belajar mencintai, yakali ngandelin cinta aja. Nanti di-ghosting langsung ngatain. “Semuanya sama aja, pada jahat semua”.
Ada satu istilah menarik dalam hubungan dua sejoli, yang baru saja saya ketahui. Yakni "Love Bombing". Ini merupakan narsistik dalam percintaan, yang merasa dirinyalah yang paling berhak mendampingi orang yang dicintai. Atau merasa sudah memberi banyak hal sehingga harus mendapatkan balasan.
Sempet saya googling dan tanya-tanya ke beberapa teman tentang term ini. Bagi saya yang masih belajar cara mencintai yang baik, love bombing adalah hal yang perlu dipelajari, dan tentu saja agar tidak terjerumus dalam segala godaannya.
Pandangan ini cukup menarik belajar bahwa cinta itu jangan disamakan dengan transaksi. Kalau cinta mah cinta aja, kalau ngasih mah ngasih aja. Ketika masih merasa berjuang, itu bukan namanya cinta. Persis seperti kata-kata dari Sudjiwo Tejo, “Cinta bukan kalkulasi”.
ADVERTISEMENT
Hindari menganggap kalau cinta itu transaksional. Aku kan udah ngasih ini itu, kok kamu gini? Aku udah ngasih semuanya, kurang apa lagi?
Pemikiran tersebut masuk dalam pengertian narsistik, yaitu sebuah gejala yang merasa dunia hanya berfokus pada dirinya sendiri sehingga ingin selalu diutamakan. Dalam sebuah hubungan, orang yang memiliki gejala ini akan sangat tidak menyenangkan ketika hasratnya tidak terpenuhi, dan akan sering mengekang atau mengontrol. Sampeyan ojo ngunu dek!
Inti dari pandangan ini adalah jangan sampai terlalu fokus ingin dicintai, alih-alih pengin mencintai. Tentu saja dengan porsi yang proporsional. Dalam buku 'Seni Mencintai' karya Eric Fromm. Salah satu kegagalan dalam hubungan adalah hidup dalam ekspektasi. Keinginan agar pasangannya bisa perhatian, romantis, atau yang lainnya. Padahal pasangan bisa saja mempunyai kekurangan. Dan seharusnya jika sudah mencintai, maka ia akan berdamai dengan itu.
ADVERTISEMENT
Fenomena yang sering terjadi adalah pengin pacarannya gini-gitu, padahal pacarnya enggak bisa gini-gitu. Misal, ketika ulang tahun, ia membayangkan akan diberikan kejutan beserta hadiah mobil mewah yang harganya setara biaya hidup anak kos selama setahun. Padahal ia tahu kalau pacarnya bukan orang yang masuk golongan bisa mewujudkan ekspektasinya.
Saya sering dicurhati beberapa teman tentang hubungan mereka yang renggang karena ya, itu tadi, sikap pasangannya tidak sesuai dengan ekspektasi. Akhirnya kecewa dan terjadi pertengkaran.
Padahal nih, tiap orang kan memiliki love language yang berbeda, ada yang mengatakan kalau perhatian itu ketika tiap hari menanyakan kabar dan sedang ngapain saja. Namun ada juga yang mengatakan kalau perhatian itu tindakan, jadi dari pada nyuruh makan, mending ngajak makan, dong! Nah, memahami love language diri sendiri dan pasangan adalah koentji dalam berhubungan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal lain yang harus pelajari dalam mencintai adalah wawasan tentang kalimat-kalimat penenang dalam hubungan. Dalam setiap hubungan (entah pacaran atau menikah), biasanya cewek akan sering bertanya pertanyaan random, misal: Kamu kenapa milih aku? Kok bisa sih kamu suka sama aku?
Nah, ini adalah pertanyaan jebakan. Anda harus pintar-pintar nyari jawaban sebelum pasangan Anda bertanya seperti ini. Bagi Anda yang masih kebingungan, pertanyaan model begini tuh nggak perlu jawaban yang ndakik-ndakik. Anda cukup memberi jawaban yang pengin dia denger saja. Misal, jawab saja karena cuma kamu yang bisa membuat aku menjadi versi terbaik dari diri aku sendiri.
Hal-hal semacam itu memang sederhana, namun ketidakharmonisan suatu hubungan sering kali merupakan kumpulan dari masalah-masalah kecil yang menumpuk.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, belajar cara mencintai ini penting, karena kita tidak bisa mengendalikan cinta, yang bisa dikelola adalah cara mencintai. Mencintai itu ada seni dan caranya. Jangan sampai pasangan kita pergi dengan tidak baik-baik saja karena ia berpikir hubungan ini tak akan berhasil, hubungan ini tidak seperti yang dipikirkan. Mari belajar cara mencintai, karena kalau cuma ngomong sayang saja, bocah yang belum sunat juga bisa!