Perkembangan Kajian Studi Islam di Indonesia

Afrida Zumaili
Status : Mahasiswi Minat/ Kajian Penulis : Penulis memiliki ketertarikan dalam membuat karya tulis yang berhubungan dengan keislaman pada masa ini di Indonesia terutama pada bidang kajian Islam, dan pendidikan dalam Islam
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afrida Zumaili tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kajian Studi Islam dengan Al-qur'an dan Hadits
zoom-in-whitePerbesar
Kajian Studi Islam dengan Al-qur'an dan Hadits

Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya beragama muslim, maka dari itu Indonesia tidak akan terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam didalamnya. Studi Islam sendiri memiliki keterkaitan dengan adanya proses pendidikan Islam, oleh karenanya perlu dipahami dahulu tentang pengertian pendidikan. Pendidikan adalah proses pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan. Sedang arti dari studi Islam sendiri adalah kajian manusia tentang hal-hal mengenai keislaman atau dapat dikatakan sebagai “Usaha mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam”. Ketika pertama kali agama Islam masuk dan mulai diterima oleh masyarakat Indonesia, Islam semakin luas persebarannya ke seluruh penjuru negeri kepulauan Nusantara melalui berbagai macam cara atau jalur seperti jalur pendidikan, seni budaya, pernikahan, perdagangan, tasawuf, dan dakwah. Dengan demikianlah, pendidikan Islam telah mendapat perananya dimulai dari awal proses Islamisasi yang berlangsung di Indonesia.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kajian tentang pendidikan Islam di Indonesia sendiri bisa dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama, yaitu ketika masa awal masuknya agama Islam di Indonesia. Fase kedua, yaitu studi kajian Islam pada fase penjajahan, serta fase ketiga yaitu mulai pada fase setelah kemerdekaan Indonesia, dari sinilai mulai muncul ide-ide pembaruan kajian studi pendidikan Islam di Indonesia. Makna pendidikan sendiri mempunyai nilai yang sangat penting dan berpengaruh dalam pembentukan suatu bangsa untuk menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya serta menjadi standar taraf hidup masyarakat. Didalam kajian pendidikan studi Islam di Indonesia, masyarakat muslim dapat mempelajari segala sesuatu yang mengenai tentang kajian agama Islam, dan hal tersebut juga dapat dijadikan sebuah instrumen perekat bagi bangsa Indonesia sebagai alat persatuan dan kesatuan atas dasar ukhwah islamiyah. Berikut ini merupakan penjelasan dari 3 fase diatas, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Studi Kajian Islam Pada Fase Masuknya Agama Islam di Indonesia
Pada awalnya kajian Islam di Indonesia berlangsung secara tidak formal, hal ini dikarenakan bahwa para ulama serta masyarakat pada masa itu dinilai kurang memiliki kontak antara satu dengan yang lainnya. Lalu timbul beberapa masalah seperti tidak adanya waktu, terbatasnya tempat, serta instrumen yang akan digunakan untuk menyebarkan dan menggali secara lebih dalam studi kajian-kajian pendidikan Islam.
2. Studi Kajian Islam Pada Fase Penjajahan
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa tahap awal adanya kajian Islam di Indonesia adalah mulai masuknya agama Islam di Indonesia oleh para pedagang yang bersinggungan langsung dengan masyarakat setempat yang bentuknya lebih kepada kajian Islam yang tidak formal. Lalu setelah itu, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam dan masuklah para penjajah Barat dengan misi awal yaitu memonopoli perdagangan yang ada di Indonesia. Namun, terbesit didalam misinya adalah untuk menyebarkan agama mereka serta memisahkan kajian pendidikan Islam dan pendidikan Barat. Pada masa ini seharusnya setiap pendidikan kerajaan memiliki kebijakan tersendiri dalam mengatur pelaksanaan pemerintahan dan mengontrol setiap pendidikan yang ada didalamnya.
ADVERTISEMENT
3. Studi Kajian Islam Pada Fase Setelah Kemerdekaan
Dari sinilah studi Islam formal di Indonesia semakin berkembang, apalagi setelah adanya usulan agar memasukkan mata pelajaran keislaman ke sekolah formal begitupun sebaliknya. Masuknya mata pelajaran keislaman di sekolah-sekolah formal awalnya dipelopori oleh menteri agama pada masa orde baru 1971 yang bernama Abdullah Mukti Ali atau yang biasa dipanggil Mukti Ali.
Beliau merupakan menteri agama yang juga menyandang predikat Bapak Studi Islam di Indonesia. Dari beliaulah studi Islam yang formal di Indonesia dimulai, dan dari beliau juga kita tahu bahwa penelitian agama itu mampu diteliti secara objektif dengan tanpa embel-embel tertentu walaupun pada saat itu agama cenderung positivisme atau segala sesuatu yang menyangkut agama itu positive dan selalu benar. Ada 2 terobosan yang digagas oleh Mukti Ali yaitu yang pertama adalah majelis. Majelis merupakan tempat untuk berkumpul komunitas-komunitas keagamaan atau himpunan-himpunan keagamaan. Yang kedua, yaitu wadah musyawarah antar agama, yang dalam majelis tersebut diperlukan ruang musyawarah mengenai agama masing-masing dengan mengumpulkan para tokoh masing-masing agama untuk berkumpul dalam satu wadah kemudian saling memperkenalkan diri agar tidak timbul rasa curiga.
ADVERTISEMENT
Selain Abdullah Mukti Ali, Bapak Studi Islam di Indonesia juga disandang oleh seorang akademisi, intelektual, pemikir, filusuf, dan tokoh muslim Indonesia yang bernama Prof. Dr. Harun Nasution. Beliau merupakan seorang ahli filsafat Islam dan ia merupakan penerus dari gagasan Mukti Ali. Pengembangan studi Islam Harun Nasution di Indonesia memiliki banyak pemikiran. Harun Nasution juga memiliki banyak peran yaitu:
1. Perombakan kurikulum yang berlaku pada masa itu seperti ilmu kalam, tasawuf, dan lain-lain yang menurutnya terlalu bertele-tele.
2. Membuat pembaharuan pendidikan Islam, hal ini dilakukan dalam beberapa hal yaitu:
A. Tujuan
Tujuan pendidikan Islam untuk bertaqwa kepada Allah SWT
B. Bahan
Bahan-bahan ajarannya seperti kurikulum pada saat ini yang didasarkan pada pemikiran Harun Nasution pada masa itu.
ADVERTISEMENT
C. Metode
Metode yang digunakan oleh Harun adalah metode contoh, yaitu memberikan contoh yang baik, nasehat yang baik, serta diskusi atau dialog.
D. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas maka pendidikan Islam di Indonesia juga berkualitas. Ia banyak sekali menggagas beasiswa untuk mahasiswa di perguruan tinggi pada masa itu.
Pada dasarnya sasaran penelitian atau kajian dalam studi Islam terdiri dari 5 hal. Pertama, yaitu penelitian terhadap adanya sebuah simbol dari sumber ajaran seperti Alqur’an dan Hadist. Selanjutnya yang kedua yaitu adanya guru, kyai, atau pemuka agama yang memberikan sikap keteladanan bagi para umat pengikutnya. Yang ketiga yaitu kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, pernikahan, dan sebagainya. Keempat, yaitu adanya sebuah wadah atau sarana untuk mengimplementasikan hal-hal yang didapat dari studi Islam itu sendiri melalui wadah seperti masjid, langgar, musholla dan lain-lain. Kelima, yaitu munculnya organisasi-organisasi Islam sebagai tempat untuk berkumpul serta berperan serta dalam segala aspek tentang keislaman. Pada masa ini, kajian studi Islam lebih difokuskan kepada sekolah-sekolah keagamaan seperti madrasah, pondok pesantren, dan terutama juga pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTAI).
ADVERTISEMENT