Baliho dan Pertaruhan Harga Diri TNI

Afriyanto Sikumbang
Penulis, mantan wartawan, alumnus FE Unila.
Konten dari Pengguna
24 November 2020 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afriyanto Sikumbang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prajurit TNI sedang mencopot baliho Habib Rizieq Shihab.       Foto: Antara/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit TNI sedang mencopot baliho Habib Rizieq Shihab. Foto: Antara/Kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tiba-tiba mengadakan jumpa pers. Tidak seperti biasanya setiap momen memberikan keterangan, Panglima TNI selalu didampingi para kepala staf angkatan, pada acara kali ini dia didampingi oleh para Panglima Komando Utama (Pangkotama) pasukan khusus.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI didampingi oleh Pangkostrad Letjen TNI Eko Margiyono, Komandan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI Mayjen TNI Richard TH. Tampubolon, Danjen Kopassus Mayjen TNI Mohamad Hasan, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Suhartono, dan Komandan Korps Paskhas (Dankorpaskhas) Marsda TNI Eris Widodo Y.
Dalam jumpa pers tersebut Marsekal Hadi Tjahjanto menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menjaga stabilitas nasional. Panglima TNI pun dengan tegas menyatakan, siapa pun yang mencoba mengganggu persatuan dan kesatuan, akan berhadapan dengan TNI.
Mendengar ucapan itu, masyarakat jadi bertanya-tanya, ada apa dengan TNI? Kok ucapannya “horor” banget? Seolah-olah mau perang, negara dalam keadaan genting. Seolah-olah ada musuh di depan mata yang siap menjajah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, hari berikutnya Panglima TNI melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tiga markas pasukan khusus TNI yaitu Kopassus, Marinir, dan Paskhas. Berikutnya, sejumlah pasukan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI mendatangi markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta Pusat. Mereka show off force (pamer kekuatan) dengan membunyikan sirene, persis saat berada di dekat markas FPI tersebut. Pada kesempatan lain, prajurit TNI juga mencopot baliho Imam Besar Habib Rizieq Shihab (IB HRS).
Hari berikutnya, giliran Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang diberi panggung. Dia dengan tegas menyatakan bahwa pencopotan baliho tersebut adalah atas perintahnya. Pangdam Jaya juga menegaskan “Kalau perlu, FPI bubarkan saja.”
Selang beberapa hari kemudian, aparat kepolisian bersama sejumlah unsur melakukan penyemprotan disinfektan di sekitar markas FPI serta wilayah Petamburan dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pamer kekuatan TNI ini dilakukan setelah Polri gagal menangani kerumunan para anggota FPI beserta simpatisan yang menjemput kepulangan HRS, mulai dari kedatangannya di Bandara Soetta hingga sampai di kediamannya di Petamburan. Polri juga gagal mengendalikan massa saat acara pernikahan putri HRS dan Maulid Nabi Muhammad SAW, serta kunjungan HRS ke Mega Mendung, Jawa Barat. Kegagalan Polri ini berbuntut pada pencopotan Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana dan Kapolda Jawa Barat Irjen Rudi Sufahradi.
Pemerintah tidak menduga para penjemput HRS begitu banyaknya. Sehingga Polri pun tidak sempat mengantisipasi dan tidak berkutik menghadapi gelombang massa penjemput HRS. Ini merupakan pukulan telak untuk pemerintah.
Akibat kejadian ini, Presiden Joko Widodo memerintahkan TNI agar turun tangan langsung, sekaligus mengambilalih tugas dan wewenang Polri. Padahal dalam beberapa kasus, misalnya demo buruh dan mahasiswa, yang menghadapinya adalah Polri. Adapun, TNI hanya sebagai backup jika sewaktu-waktu diperlukan.
ADVERTISEMENT
Turun tangannya TNI ini sekaligus momentum untuk menunjukkan bahwa TNI dan Polri tetap solid dan sepenuhnya mendukung pemerintah. Sebab, selama ini ada kesan TNI lebih persuasif dan lebih bersahabat dalam memperlakukan pendemo, berbeda dengan Polri yang cenderung sangat represif.
Berlebihan
Pamer kekuatan TNI ini sebenarnya sah-sah saja. Namun, aksi “heroik” yang dipertontonkan oleh TNI di Petamburan saya nilai sebagai suatu tindakan yang lebay, terlalu berlebihan.
Front Pembela Islam (FPI) hanyalah sebuah organisasi keagamaan biasa. Anggotanya pun warga sipil seperti halnya warga negara Indonesia lainnya. FPI juga tidak punya pasukan tempur dan tidak punya senjata.
TNI terlihat begitu overreacting. Untuk apa pamer kekuatan kepada warga sipil? Apa yang dilakukan TNI selama satu pekan itu sungguh sangat naïf. Tindakan ini sama saja telah merusak citra, muruah, harkat, martabat, dan harga diri TNI sendiri.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak. Untuk menggertak FPI saja, TNI harus mengerahkan Koopssus. Lalu, untuk mencopot baliho Habib Rizieq, TNI pun harus mengerahkan prajurit bersenjata lengkap, dan dikawal sejumlah panser pula. Tanpa disadari, tindakan lebay ini justru membuat FPI merasa jumawa.
Global Fire Power (GFP) telah menempatkan militer Indonesia di urutan ke-16 daftar kekuatan tempur dunia tahun 2020, sekaligus yang terkuat di Asean. Ini merupakan suatu pengakuan dunia yang patut kita banggakan. Sebagai warga sipil, tentunya saya sangat bangga dengan TNI.
Akan tetapi, predikat yang begitu mentereng tersebut tidak sebanding dengan aksi di Petamburan. Apa kata dunia kalau mengetahui kekuatan militer ururan ke-16 dunia kerjaannya hanya pamer kekuatan ke warga sipil dan mencopot baliho. Sangat disayangkan TNI yang diharapkan menjadi pelindung rakyat dan penjaga NKRI, justru harus menggadaikan harga dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Jika TNI ingin pamer kekuatan, bukan begitu caranya. Ada tempatnya yang lebih cocok. Misalnya pada saat HUT TNI dengan memamerkan peralatan tempur, kekuatan personel prajurit, dan akrobatik pesawat tempur.
Atau, bisa juga pamer kekuatan saat latihan perang-perangan dengan pasukan militer dari negara lain. Itu lebih bermakna dan lebih bergengsi.
Jika ingin yang lebih ekstrem lagi, jika ingin pamer kekuatan, datanglah ke Papua. Habisi itu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selalu meresahkan masyarakat. KKB dan OPM itulah yang jelas-jelas ingin merusak persatuan dan kesatuan, dan ingin memisahkan diri dari NKRI.