scenario the collapse of the king

Agus Faisal
young learners throughout the ages
Konten dari Pengguna
3 Maret 2017 23:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalangan sekuler dan kelompok liberal di Mesir, yang berkiblat ke Israel, dan menjadi pendukung rezim fir'aun Al-Sisi, tak lama sesudah Raja Salman bin Abdul Aziz menggantikan Raja Abdullah, mengatakan akan menggulingkan Salman. Kekuasaan Salman diprediksi tidak akan berumur panjang.
ADVERTISEMENT
Memang, tak lama sesudah Salman diambil sumpahnya, hanya waktu satu pekan, Raja Salman bin Abdul Aziz melakukan perubahan besar-besaran di Kerajaan Arab Saudi. Digantinya seluruh pos strategis di negeri petro dollar itu dengan pejabat-pejabat baru, sangat berbeda dengan pejabat lama.
Raja Salman mengangkatnya Pangeran Mohamad yang masih berumur 38 tahun, diangkat menjadi menteri pertahanan, dan pembangunan Arab Saudi. Menteri Luar Negeri, digantikan oleh Adel al-Jubeir, yang bukan keturunan dari dinasti al-Saud, tapi merupakan seorang diplomat yang hebat, dan sekarang menangani kebijakan luar Arab Saudi, di tengah konflik seperti di Suriah, Irak, dan Yaman.
Menteri Dalam Negeri, Kepala Keamanan Nasional, Kepala Intelijen, Menteri Perminyakan, dan sejumlah gubernur, juga duta besar Arab Saudi untuk Washington juga diganti. Semua kebijakan dan keputusan yang diambil Salman benar-benar melawan arus utama (mainstream) dikalangan para pemangku kekuasaan di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Pejabat-pejabat di zaman Raja Abdullah seluruhnya diganti dan dirumahkan. Salman mengontrol seluruh kekayaan Arab Saudi, dan bahkan dia membagikan dana atau membelanjakan anggarannya kepada rakyat Arab Saudi dengan cuma-cuma. Termasuk memberikan “bonus” kepada para pegawai, mahasiswa, memberikan rumah, dan segala fasilitas kepada rakyatnya. Tak kurang $ 20 miliar dolar uang Kerajaan yang dibagikan kepada rakyatnya. Tapi, kebijakan yang diambil Raja Salman ini tidak disukai sebagian kalangan para putera mahkota Arab Saudi.
Sekarang beredar “rumors' yang mengatakan seorang pangeran Arab Saudi mengklaim sejumlah anggota keluarga kerajaan ingin menjatuhkan Raja Salman bin Abdul Aziz (79 tahun) dari kekuasaannya, dan menggantinya dengan adiknya.
Pangeran itu mengatakan kepada para ulama berpengaruh di Saudi sudah menyatakan dukungan untuk memuluskan rencana kudeta itu. Usulan menjatuhkan Raja Salman itu sudah diajukan oleh delapan dari 12 putra raja pendiri Arab Saudi, Raja Saud, seperti dilansir koran the Daily Mail, Ahad (25/10) waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Sang pangeran itu menuturkan sekitar 75 persen ulama menginginkan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz (73 tahun), sebagai pengganti Raja Salman kelak. Menurut laporan koran the Independent, pangeran tersebut tak ingin diketahui namanya karena alasan keamanan itu sebelumnya sudah menulis dua surat kepada keluarga Kerajaan Saudi untuk mendepak Raja Salman.
“Jika Raja meninggalkan Arab Saudi dia akan dihormati baik di dalam dan di luar negeri,” kata dia kepada Independent. “Sebagai gantinya Pangeran Ahmad akan menjadi Raja. Dia akan bertanggung jawab kepada seluruh negeri ekonomi, minyak, tentara, garda nasional, kementerian dalam negeri, badan intelijen.”
Pangeran yang merahasiakan namanya itu mengungkapkan seluruh rakyat Saudi marah dengan Raja Salman karena keterlibatan Saudi dalam Perang Yaman dan peristiwa Tragedi Mina saat pelaksanaan haji yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keputusan Raja Salman yang menunjuk putranya Muhammad bin Salman (30 tahun), sebagai Wakil Raja dan Menteri Pertahanan juga membuat gusar keluarga kerajaan.
Di tengah menurunnya harga minyak dunia, lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan Saudi akan memburuknya ekonomi. IMF menyatakan dalam lima tahun lagi Saudi akan bangkrut, karena kehabisan aset keuangan, kecuali Negara Petro Dollar itu mau menghemat anggaran pengeluaran.
Pangeran Saudi itu menuturkan, Pangeran Ahmad, jika jadi menggantikan Raja Salman, akan menerapkan kebijakan baru yang lebih mendukung kebebasan berpikir dan membebaskan tahanan politik yang tidak terlibat terorisme.
Para ulama mendukung Pangeran Ahmad, yang berlatar belakang master di bidang ilmu politik, karena dia punya gaya hidup yang lebih moderat.
ADVERTISEMENT
Digambarkan Pangeran Ahmad, sebagai “Pangeran Ahmad suka gurun, berburu dan bersantai di tepi Laut Merah atau di Taif, atau di gunung. Dia relijius tapi berpikiran terbuka. Dia bisa bahasa Inggris dan mengikuti berita-berita dunia,” kata si pangeran.
Intinya Salman bin Abdul Aziz yang hafal al-Qur'an, dan dari keturunan seorang ibu dari suku Durani itu, banyak tidak disukai kalangan sekuler dan liberal, dan yang memiliki orientasi ke Barat, dan kedekatan dengan Israel. Termasuk kemarahan Mesir, sesudah Arab Saudi tidak lagi mendukung dana bantuan kepada Mesir yang terancam bangkrut.
Erdogan dan Raja Salman memang menjadi agenda berikutnya, sesudah Mursi yang sudah digulingkan oleh al-Sisi, dan penggulingan itu tak lain adalah skenario Amerika dan Israel. Erdogan dan Salman menjadi "vanguard" (pelopor) kebangkitan kembali dunia Islam, di tengah konflik yang hebat di Suriah, Irak, dan Palestina.
ADVERTISEMENT
Salman, Erdogan, sedang membangun poros baru yaitu antara Riyadh, Qatar, dan Ankara yang merupakan inti dari Dunia Islam, dan Erdogan, Salman dan Raja Hamad Thani ingin 'menyelamatkan' dunia Islam, dan Palestina.
Pertemuan Salman dengan Khalid Misy'al, Erdogan dan pemimpin Qatar, mengisyaratkan adanya korelasi antara para pemimpin dikawasan itu, menghadapi perubahann yang terjadi, termasuk dukungan negara-negara Barat kepada Iran yag sedang membangun arsenal nuklir. Barat menginginkan Dunia Arab dan Islam yang tetap "ramah" terhadap Barat.
Namun, dikalangan dunia Arab terjadi keresahan yang mendalam terhadap perubahan di Timur Tengah, bersamaan dengan dukungan enam negara utama di dunia, yaitu Amerika, Rusia, Jerman, Perancis, Inggris, dan Jerman terhadap program nuklir Iran.
ADVERTISEMENT
Arab Saudi juga sangat prihatin dengan usaha-usaha yang dilakukan Iran yang ingin menancapkan hegemoninya di kawasan Timur Tengah dengan terus menggoncang negara-negara Arab. Inilah ancaman masa depan. Koalisi antara Yahudi, Salibis (kristen), dan Majusi Iran yang ingin menghancurkan dunia Islam (Sunni).
Juga perebutan kekuasaan Kerajaan Saudi yang akan terjadi perubahan peta politik.
Apakah ini akan tiba saatnya nubuwah Nabi SAW akan gonjang-ganjing Putra khalifah (keturunan raja) negara Arab untuk merebutkan kekuasaan, namun sama sekali yang diperebutkan tidak akan diraih kecuali kekuasaan tersebut jatuh kepangkuan Hamba Allah Muslim yang beriman (Al-Mahdi).
23 Januari 2015 – Kematian Raja Abdullah dan Kemunculan Raja Salman Bin Abdul Aziz
ADVERTISEMENT
Wafatnya penguasa dua kota suci (Arab Saudi) Abdullah bin Abdul Aziz, memang tidak bisa lepas dari nubuwat kemunculan Imam Mahdi. Banyak kaum muslimin yang berharap agar Imam Mahdi dapat segera muncul saat ini juga dan mengakhiri perpecahan kaum muslimin, dan membawa kembali kaum muslimin dalam kehidupan yang rasyidah dan berkah. Namun semuanya kembali kepada Allah, sedangkan kita hanya dapat tawakal menerima alur sejarah yang telah dibuat oleh Allah. Akankah generasi kita dapat melihat kemunculan Imam Mahdi, ataukah generasi setelah kita yang dapat melihat hal itu, semuanya berada di tangan Allah.
Namun kemunculan Raja Salman sebagai penguasa dua kota suci ternyata memberikan goresan sejarah yang terlihat sebagaimana Nubuwat yang telah dikabarkan ribuan tahun yang lalu, “tiga orang putra khalifah akan berperang……” sebelum kemunculan Imam Mahdi. Bagaimana ceritanya?
ADVERTISEMENT
Khalifah dalam tata bahasa arab adalah gelar bagi penguasa, seorang Amirul Mukminin sudah pasti adalah seorang khalifah (pemimpin), namun seorang khalifah (pemimpin) belum tentu adalah seorang Amirul Mukminin Min Kum yang harus ditaati dan berdosa jika memberontak terhadapnya.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Raja Abdul Aziz ibn Saud mewariskan agar kerajaannya dipimpin oleh anaknya yang paling tua lalu diwariskan hingga ke yang paling tua setelahnya, terus begitu hingga anak terakhir yang paling muda. Setidaknya Raja Abdul Aziz memiliki 40 lebih orang anak. Namun yang paling “berkuasa” adalah anak-anak Sudairi atau terkenal dengan sebutan Sudairi Seven. Mereka adalah anak-anak dari Hassa al Sudairi, salah seorang istri raja Abdul Aziz yang memiliki kedudukan dan nasab yang terpandang dibandingkan Istri-istri yang lain. Hampir seluruh generasi kerajaan Arab Saudi, anak-anak Sudairi lah yang memegang tampuk kekuasaan secara bergantian. Dan kini hanya tinggal 12 putra saja yang tersisa selain Raja Salman, setelah meninggalnya Raja Abdullah.
ADVERTISEMENT
- Bandar bin Abdulaziz (born 1923)
- Mishaal bin Abdulaziz (born 1926)
- Abdul Rahman bin Abdulaziz (born 1931)
- Mutaib bin Abdulaziz (born 1931)
- Talal bin Abdulaziz (born 1931)
- Nawwaf bin Abdulaziz (born 1933)
- Turki II bin Abdulaziz (born 1934)
- Abdul llah bin Abdulaziz (born 1939)
- Mamdouh bin Abdulaziz (born 1940)
- Ahmed bin Abdulaziz (born 1942)
- Mashhur bin Abdulaziz (born 1942)
- Muqrin bin Abdulaziz (born 1945)
Ketika Raja Abdullah meninggal, seharusnya yang menggantikannya adalah anak tertua yang masih hidup, yakni Pangeran Bandar bin Abdul Aziz, namun karena ibunya berasal dari Moroko dan bukan asli Arab Saudi, maka ia dikeluarkan dari garis pewaris tahta. Oleh karena Pangeran Bandar dicoret, seharusnya tahta jatuh kepada Pangeran Mishaal bin Abdul Aziz, namun pangeran Mishaal sudah berkali-kali protes karena tidak ditunjuk sebagai Raja ataupun Putra Mahkota sejak raja Fahd meninggal, karena dia lah yang paling berhak, dia menuduh anak-anak Sudairi lah yang menyingkirkannya dari garis pewaris tahta.
ADVERTISEMENT
Karena Pangeran Mishaal dikeluarkan dari garis tahta, maka Pangeran Talal bin Abdul Aziz lah yang seharusnya memimpin, namun Talal bin Abdul Aziz terkenal dengan sebutan “The Red Prince”, atau Pangeran Merah. Ini disebabkan pemikirannya terang-terangan liberal dan sekuler, pernah berusaha mengubah sistem-sistem kerajaan Arab Saudi. Oleh sebab itulah dia dikeluarkan dari garis tahta oleh anak-anak Sudairi untuk menggantikan posisi Raja Abdullah, sehingga jatuhlah kekuasaan kepada Salman bin Abdul Aziz, salah satu anak Hassa Al Sudairi.
Raja Salman, yang seorang putranya: Pangeran Khaled bin Salman adalah pilot yang membombardir kaum muslimin di Kekhilafahan. Raja Salman juga sudah tua dan memiliki masalah kesehatan. Sedangkan penggantinya jika ia meninggal, adalah Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz, Direktur Jendral Intelijen Saudi Arabia. Ditunjuknya Pangeran Muqrin sebagai Putra Mahkota I pengganti Raja Salman nantinya, merupakan kebijakan dari Raja Abdullah pada tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Ditunjuknya Pangeran Muqrin sebenarnya tidaklah tepat, karena masih ada kakak-kakaknya yang masih hidup dan mendapatkan protes dari anak-anak Sudairi. Karena Pangeran Muqrin dianggap sebagai “orang luar” oleh anak-anak Sudairi, karena ibunya adalah budak dari Yaman, dan bukan asli orang Saudi Arabia yang terpandang layaknya anak-anak Sudairi.
Pangeran Muqrin bisa saja sewaktu-waktu dikeluarkan dari garis tahta jika raja Salman ingin membatalkan kebijakan Raja Abdullah atau dengan cara-cara lainnya yang membuatnya menjadi tidak pantas mewarisi tahta. Atau juga jika Pangeran Muqrin wafat lebih dulu karena sudah memang sangat tua. Banyak hal bisa terjadi. Namun “bom waktu” perebutan kekuasaan sebenarnya adalah siapa yang akan menggantikan Pangeran Muqrin!
Saat ini jalur warisan tahta adalah :
ADVERTISEMENT
Raja Fahd As Sudairi > Raja Abdullah > Pangeran Nayef As Sudairi (wafat lebih dulu) > Raja Salman As Sudairi > Pangeran Muqrin > Pangeran Muhammad bin Nayef As Sudairi > dan seterusnya.
Ditunjuknya Pangeran Muhammad bin Nayef As Sudairi oleh Raja Salman sebagai pewaris tahta nantinya Putra Mahkota II jika Pangeran Muqrin sebagai raja wafat, sangat kontroversi. Karena ia adalah cucu dari Al Saud, sedangkan anak-anak Al Saud masih banyak yang hidup. Dari sini terlihat bagaimana anak-anak Sudairi ingin mempertahankan tampuk kekuasaan ke generasi selanjutnya.
Saat ini saja, anak-anak Al Saud masih saling berkompetisi untuk menjadi Raja, namun justru cucu Al Saud yang ditunjuk, sehingga besar kemungkinan ketika Raja Salman mangkat, maka perselisihan dan perebutan kekuasaan tidak dapat diredam lagi. Karena bisa saja 3 dari 12 anak-anak Al Saud yang masih tersisa saling berebut tahta, terutama pangeran Mishaal dan Talal yang masih hidup dan berambisi menduduki tahta. Atau mungkin saja perebutan itu ada pada cucu-cucu Al Saud yang lain, seperti tiga putra Raja Salman yang berpotensi menduduki tahta ikut berpolitik agar masuk ke dalam garis pewaris tahta. Semua bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Nabi Saw bersabda :
"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju,karena dia adalah khalifah Allah yang mendapat petunjuk.” [HR. Ibnu Majah dan Hakim]
Dari hadits di atas, jika kita tafsirkan dalam konteks nyata hari ini, bahwa akan terjadi perselisihan diantara keluarga kerajaan Arab Saudi dalam memperebutkan kekuasaan, antara Raja Salman dan anak-anak almarhum Raja Abdullah. Kemungkinan Raja Salman meninggal dunia akibat peristiwa itu. (aroma perpecahan sudah tercium saat ini, dimana Raja Salman akan digulingkan dengan cara dibunuh oleh keturunan raja sebelumnya).
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan konflik tersebut pasukan Daulah Islam akan merengsek masuk ke wilayah Saudi, kemudian Rasulullah bersabda berbaiatlah dengan pasukan tersebut karena di antara mereka ada khalifah yang mendapat petunjuk. Dalam keadaan kekacauan tersebut Khalifah Daulah Islam syahid maka tibalah saatnya Allah memunculkan seorang hambanya yang dijanjikan di akhir zaman yaitu al-Mahdi, Rasulullah SAW menubuatkan :
"Maka kelualah seseorang dari Penduduk Madinah dengan melarikan diri menuju ke Makkah, maka datanglah penduduk Makkah dan mengeluarkannya sedangkan ia (Imam Mahdi) dalam keadaan tidak senang, lalu penduduk Makkah membaiatnya di antara rukun dan makam, kemudian datanglah beberapa utusan dari Syam lalu pasukan tersebut ditelan bumi di Baida’ antara Makkah dan Madinah." [HR. Abu Daud]
ADVERTISEMENT
Setelah wafatnya Raja Salman, Saudara-saudara (keluarga) kerajaan Arab Saudi tak satupun yang bisa menjadi raja Arab ketika itu, dan terjadilah vacum of power (kekosongan pemerintah) di Arab Saudi. Setelah terjadi kekosongan pemimpin, maka diangkatlah Imam Mahdi menjadi Khalifah umat Islam seluruh dunia.
Wallahu’alam