Ajaran Berbagi Kebaikan Bisa Datang dari Siapa Saja

Agus Siswanto
Guru Sejarah SMAN 5 Magelang.
Konten dari Pengguna
12 September 2021 13:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Siswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalimat bijak yang mengatakan bahwa jangan lihat siapa bicara, tapi dengar apa katanya, nampaknya mempunyai arti yang begitu luas, termasuk dalam berbagi kebaikan. Demikian pula dalam hal menularkan kebaikan. Perbuatan seseorang yang sudah kita cap lebih buruk dari kita, justru melakukan hal yang lebih baik dari kita. Hal inilah yang saya alami beberapa waktu yang lalu.
ADVERTISEMENT
Kisah ini saya alami dengan istri saat berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan di kota kami. Seperti keluarga-keluarga yang lain, kami pun membiasakan belanja bulanan, untuk hal-hal yang penting. Dan acara itu sekaligus refreshing buat istri yang setiap hari hanya berkutat di dapur.
Keasyikan belanja, membuat kami lupa waktu. Saat menengok ke jam dinding yang ada di pusat perbelanjaan tadi, ternyata sudah pukul setengah enam sore. Saya sih tidak masalah, namun istri yang terbiasa melakukan puasa sunah Senin-Kamis tentu jadi masalah. Mana di rumah tadi juga belum sempat masak.
Akhirnya dengan bergegas kami meninggalkan pusat perbelanjaan itu. Tujuannya satu, mencari warung makan yang terdekat. Padahal kalau istri mau, kami dapat mencari food court yang ada di pusat perbelanjaan tadi. Tapi istri sering tidak cocok dengan masakannya. Makan mau tidak mau, kami pun bergegas mencari warung makan terdekat.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian, mobil kami berhenti di depan sebuah warung makan ayam geprek. Ketika saya tanya istri, dia mengangguk, tanda setuju. Namun saat melihat beberapa pelayan yang ada, saya mencoba mengurungkan niat masuk ke warung itu. Alasan saya, pelayan di warung itu anak-anak muda seusia SMA dengan pakaian yang biasa malah terkesan seadanya. Saya khawatir pelayanannya tidak seperti yang saya harapkan.
Ajakan saya berpindah warung, ditolak oleh istri. Pertimbangan waktu Maghrib yang tinggal sebentar lagi yang diajukannya. Yah akhirnya kami pun masuk ke warung tersebut, dan memesan 2 porsi ayam geprek, dengan embel-embel nggak pakai lama, karena mau untuk berbuka puasa.
Saat kami menikmati ayam geprek tersebut, seorang pemuda mendekati saya. Dengan setengah memaksa, dia menjabat tangan saya.
ADVERTISEMENT
“Bapak masih ngajar di SMA 5, ya?” tanyanya.
Saya mengangguk, sambil mengamati anak muda itu.
“Masih ngajar Sejarah?”
Saya mengangguk lagi.
“Saya Dino, Pak. Lulusan SMA 5, lima tahun yang lalu.”
“Dino yang nakal itu?” sahut saya.
Anak muda itu mengangguk sambil tersenyum.
“Kamu juga sedang jajan?”
“Tidak, Pak. Saya pemilik warung ini.”
Kali ini saya yang terkejut dengan jawaban itu. “Warung ini?” tanya saya seakan tidak percaya.
Dia mengangguk. “Anak buah saya 10 orang, Pak. Dan itu teman-teman main di rumah.”
“Pantas saja anak-anaknya sebaya anak SMA,” gumam saya dalam hati. “Sudah lama?”
“Dua tahun, Pak.”
“Hebat kamu, No!” Saya tidak bisa menghilangkan kekaguman saya. Dino yang dahulu nakal, kini berubah tak ubahnya seorang pahlawan bagi teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Keterkejutan saya ternyata tidak hanya berhenti di sini. Saat istri mendatangi kasir untuk membayar, dengan sopan kasir menolak uang itu. Alasannya sudah menjadi komitmen di warung makan itu untuk memberikan buka puasa gratis bagi siapa pun yang berpuasa.
“Lho, Mbak kok tahu kalau kami puasa,” tanya istri saya penasaran.
“Tadi waktu pesan, ibu sempat bilang agar didahulukan minumannya karena untuk membatalkan puasa,” jawab Mbak Kasir tadi.
“Subhanallah!” seru kami berdua. Terasa merinding kami mendengar apa yang anak-anak muda itu lakukan.
Kebaikan itu tak ubahnya butiran embun sejuk yang hadir di tengah padang pasir. (pixabay.com)
Segera saya cari Dino. Ternyata dia sedang berada di depan warung. Kudekati lalu kupeluk anak itu sambil berbisik, "Dan apa yang kamu lakukan, menjadi sebuah pelajaran berharga bagi saya.” Saya jabat erat tangannya, dan tanpa terasa mata ini jadi hangat, saya terharu dengan apa yang Dino lakukan.
ADVERTISEMENT