Anak Berhati Malaikat

Agus Siswanto
Guru Sejarah SMAN 5 Magelang.
Konten dari Pengguna
10 September 2021 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Siswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: www.pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: www.pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengalaman yang akan saya ceritakan ini dialami oleh salah seorang teman. Di mata saya, dia sangat luar biasa. Posisinya sebagai orang penting di sebuah BUMN, membuat kehidupannya secara materi sangat mapan. Dia dikarunia 4 orang anak, terdiri atas 3 laki-laki dan 1 perempuan.
ADVERTISEMENT
Satu sisi hebat dari sang teman adalah jiwa sosialnya. Meskipun dia berlebih secara materi, namun dalam urusan berbagi jangan tanya. Tingkat kepeduliannya pada sesama boleh dibilang level dewa. Pokoknya baik banget. Tangannya begitu ringan saat membantu siapa pun. Kadang saya bayangkan dia tak ubahnya malaikat.
Persahabatan kami pun terjalin begitu natural. Saya yang sebagai ASN, tidak pernah sekalipun minder saat ngobrol dengannya. Kepandaian dia menempatkan diri membuat siapa pun nyaman ngobrol. Pokoknya sesuatu bangetlah, teman satu ini.
Pada suatu hari, dia menceritakan apa yang dilakukan anak perempuannya. Oh, ya anak perempuannya sekarang kelas XI SMA. Namun sayang agak kurang suka bergaul. Walaupun jika bertemu dengan orang tetap ramah sikapnya, tapi keseharian lebih suka di dalam rumah.
ADVERTISEMENT
Dia bercerita bahwa saat pulang dari ibu kota beberapa minggu yang lalu, dikejutkan oleh perilaku putrinya. Belum sempat beristirahat, tiba-tiba putrinya menemuinya. Dari wajahnya yang serius, sang teman tadi pun curiga. Ada apa dengan putri tersayangnya.
Setelah duduk di teras belakang rumah, sang putri itu bercerita bahwa dia minta ayahnya mengantarkan ke pasar besar. Dalam benak sang teman terpikir, mungkin dia ingin ketemu eyang putrinya yang kebetulan punya kios di pasar itu. Ternyata tidak. Setelah berbicara agak panjang, diserahkannya sejumlah uang ke tangan ayahnya.
“Lho, Dik. Ini uang apa?”
“Yah, Hana ingin diantar untuk belanja sembako di pasar besar.”
“Untuk apa?”
“Untuk Hana bagi-bagi pada beberapa tetangga.”
Sang ayah mendadak terdiam. Jawaban sang putri jauh dari dugaannya.
ADVERTISEMENT
“Lha ini uang siapa?”
“Uang saku Hana selama sebulan ini, Yah.”
Mendengar jawaban itu, spontan terasa panas mata sang ayah. Dengan berkaca-kaca. Dipandanginya wajah anak putrinya. Dia sama sekali tidak menyangka jika apa yang selama ini dilakukannya, direkam dengan baik di benak putrinya. Buktinya kali ini perbuatan itu dilakukan oleh putrinya.
“Hana, sebentar ayah ganti baju dulu. Nanti ayah antar. Uang itu Hana simpan saja untuk keperluan Hana. Nanti pakai uang ayah.”
Sang putri menggelengkan kepalanya. “Tidak, Yah. Niat ini sudah Hana ikrarkan. Jadi harus Hana laksanakan.”
Kembali sang ayah terdiam. Dan kali ini dipeluknya sang anak, sambil dicium keningnya. Air mata kebahagiaan perlahan menetes dari pipinya. Tanpa disadari muncul bisikan lembut di hatinya, teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu akan menular. Dan itu sudah terbukti.
ADVERTISEMENT