Rezeki Lebaran

Agus Siswanto
Guru Sejarah SMAN 5 Magelang.
Konten dari Pengguna
2 Mei 2022 22:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Siswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Hidup di perumahan atau pun perkampungan, kalau dipikir-pikir sama saja repotnya. Hubungan dengan tetangga selalu menjadi masalah pelik untuk dipecahkan. Padahal ada hal yang seharusnya dipahami oleh siapa pun, setiap orang pasti membawa watak masing-masing saat dia mulai tinggal di pemukiman tersebut. Namun ironisnya, justru hal ini jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Salah satu permasalahan yang biasanya muncul, berkaitan dengan hewan peliharaan. Tidak jarang hal ini menyebabkan ketegangan hubungan antar warga. Bahkan bukan tidak mungkin berakhir dengan saling mendiamkan.
Hal ini terjadi pula di lingkungan tempat tinggal saya. Kebetulan saya tinggal di perkampungan, bukan di perumahan. Tadinya sih saat mulai tinggal saya pikir permasalahan di kampung tidak serumit seperti di perumahan. Saling pengertian saya pikir lebih terjalin di lingkungan ini.
Permasalahan muncul dari salah seorang warga yang memelihara ayam. Kepandaiannya dalam menangkarkan ayam, ternyata tidak diikuti dengan caranya memelihara. Sang tetangga tersebut justru membiarkan ayam-ayamnya berkeliaran bebas. Dan ujung-ujungnya jadi masalah buat tetangga kiri kanan dalam masalah kotoran maupun tingkah sang ayam yang merusak tanaman para tetangga.
ADVERTISEMENT
Protes yang dilakukan oleh para tetangga, tidak ditanggapinya. Dengan tanpa dosa, sang tetangga tadi membiarkan ayam-ayamnya berkeliaran. Setiap pagi dan sore, dia dengan tenangnya menggiring ayam-ayam tersebut masuk dan ke luar kandang.
Berbeda dengan para tetangga yang merasa tidak nyaman dengan ayam-ayam tersebut, saya justru menanggapi biasa-biasa saja. Meskipun ayam-ayam tersebut berkeliaran di halaman, kami biarkan saja. Bahkan jika ada sisa makanan, sengaja kami lemparkan untuk ayam-ayam tadi. Sehingga ayam-ayam tersebut menjadi terbiasa menunggu jatah. Dan biasanya jika jumlah sisa makanan cukup banyak, kami antar langsung ke rumah pemilik ayam tersebut.
Istri saya sendiri tidak merasa terganggu dengan kedatangan ayam-ayam tersebut. Saat saya tanya alasan kenapa dia tidak terganggu, jawabannya benar-benar mengejutkan. Berdasarkan beberapa pengajian yang diikutinya, dia mengatakan bahwa memberi makan binatang pun termasuk bagian dari sedekah. Dan jika namanya sedekah, pasti Allah akan berikan imbalan berupa pahala. Saya pun hanya tersenyum mendengar jawaban itu.
ADVERTISEMENT
Apa yang dikatakan istri saya tersebut, ternyata terbukti. Tiga hari menjelang lebaran, sang tetangga tersebut datang ke rumah mencari istri saya. Saat saya tanyakan keperluannya, dia mengatakan mau mengantar 2 ekor ayam agar bisa disembelih untuk lauk lebaran nanti.
Jawaban tersebut jelas mengagetkan dan menyenangkan saya. Bayangkan saja, berapa harga 2 ekor ayam kampung menjelang lebaran? Pasti lumayan juga. Setelah menerima 2 ekor ayam tersebut, istri mengucapkan terima kasih, setelah itu dengan manis dia tersenyum pada saya. “Benar kan, Mas apa yang disampaikan dalam pengajian?”
Saya pun tersenyum dan mengangguk, mengiyakan.
Lembah Tidar, 2 Mei 2022