E-Money, ancamankah atau

Agustin Rifiansyah Zulfikar
Mahasiswa PKN STAN
Konten dari Pengguna
25 Juni 2020 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agustin Rifiansyah Zulfikar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
OVO.Jpeg
zoom-in-whitePerbesar
OVO.Jpeg
ADVERTISEMENT
Electronic Money atau E-Money pada masa sekarang ini sudah sering kita dengarkan atau bahkan sudah sering kita gunakan dalam bertransaksi sehari-hari. E-Money mulai di perkenalkan kepada masyarakat Indonesia sekitar lima tahun lalu, dimana penggunaan E-Money masih di anggap skeptis oleh masyarakat. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih “gaptek” dengan teknologi yang semakin lama semakin pesat perkembangannya. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat Disadari atau tidak E-Money mempunyai berbagai manfaat yang jelas dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Manfaat itu antara lain : Memberikan kemudahan,kecepatan,dan praktis ketika melakukan transaksi pembayaran, selain itu Merchant tidak perlu pusing untuk memberikan uang kembali untuk pembayaran karena semua diproses secara elektronik dan sudah terhubung dengan internet.
ADVERTISEMENT
E-Money pada dasarnya mempunyai dua jenis yaitu :1. Prepaid Sofware atau Digital Cash yaitu E-Money yang datanya disimpan pada Hard disk yang disimpan pada Personal Computer dan membutuhkan jaringan intenet untuk pemindahan data ataupun nilainya. Contoh : Ovo, Go-Pay,atau Mata uang Cripto lainnya. 2. Prepaid Card atau kita biasa sebut dengan Digital Purchase, E-Money jenis ini disimpan pada chip yang tertanam pada pada kartu. Contoh : FLAZZ BCA , Mandiri E-Money, Brizzi, BRI Prepaid.
Seperti yang sudah dibahas di atas E-Money memiliki beberapa manfaat yang sangat menguntungkan bagi penggunanya. Sebelum menjadi trend di semua kalangan sebagai media untuk hampir transaksi disemua sektor perekonomian di industri 4.0 E-Money masih di anggap skeptis oleh sebagian besar kalangan, mengapa?, sebagian besar masyarakat kita masih nyaman menggunakan metode tradisional yaitu menggunakan uang kertas sebagai media pembayaran, yang nyatanya semakin lama uang kertas memakan banyak tempat dan terkensan “ribet” untuk melakukan transaksi. Berbeda halnya ketika E-Money telah diketahui memiliki banyak manfaat dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Yang sebelumnya transaksi menjadi lama karena para penjual atau Merchant harus menyiapkan kembalian setiap kali melakukan transaksi, sekarang menjadi lebih mudah karena ketika membayar dengan E-Money uang yang di bayarkan langsung masuk ke rekening Merchant yang bekerja sama dengan Vendor penyedia jasa E-Money. Perubahan lain yang dirasakan adalah kecepatan,kemudahan,dan praktisnya menggunakan E-Money, yang biasanya masyarakat menggunakan Uang kertas yang mana rawan kejahatan dilakukan ketika membawa uang kertas terlalu banyak, sekarang uang-uang tersebut tersimpan pada Chip yang tertanam pada kartu ataupun pada Hard Disk pada server pusat Vendor penyedia jasa E-Money yang jelas dalam pengoperasiannya membutuhkan jaringan internet untuk mengaksesnya.
ADVERTISEMENT
Penggunaan E-Money yang semakin marak digunakan dan tersebar luas di berbagai kalangan mempunyai efek yang cukup besar dalam penggunaan uang kartal. Efek yang paling terlihat adalah penurunan permintaan terhadap uang kartal hal ini di karenakan banyaknya masyarakat yang mulai beralih ke E-Money. Selain itu E-Money menyebabkan meningkatnya percepatan perputaran uang, hal ini di sebabkan dahulu ketika ingin berbelanja dan kekuarangan uang cash maka masyarakat akan pergi ke mesin ATM untuk mengambil uang, namun sekarang masyarakat tidak perlu lagi mengunjungi mesin ATM dan tinggal menggunakan E-Wallet untuk berbagai transaksi, hal ini menyebabkan perputaran uang menjadi lebih cepat karena ketika ingin melakukan transaksi masyarakat langsung membayar saja.
Produksi uang kartal membutuhakan biaya yang tidak sedikit, bahkan tak jarang biaya pembuatan uang kartal melebihi nilai nominal yang tertulis pada uang kartal itu sendiri. Menurut data BI tahun 2015 biaya pembuatan uang kartal tembus 2 miliar rupiah dan bisa dipastikan tahun-tahun berikutnya jumlah uang yang dikeluarkan pasti lebih banyak dari 2 miliar rupiah. Jumlah itupun bukan merupakan biaya pembuatan uang emisi baru, namun biaya untuk “perbaikan” uang yang telah beredar, karena semakin banyak uang kartal berpindah tangan maka semakin besar pula kemungkinan uang kartal tersebut rusak. Bayangkan saja jika pemerintah memproduksi uang kartal emisi baru, berapa banyak lagi biaya yang di butuhkan pemerintah untuk memproduksinya. Mahalnya biaya produksi uang kartal ini juga di sebabkan teknologi pengamanan uang tersebut, Contohnya ketika memproduksi uang bernilai nominal Rp.100.000,00- maka harus mempunyai teknologi pengamanan agar tidak mudah di palsukan. Teknologi ini adalah salah satu penyebab biaya produksi uang kartal mahal.
ADVERTISEMENT
Untuk itu E-Money hadir untuk menjawab masalah biaya produksi yang mahal tersebut. Hal ini disebabkan ketika E-Money digunakan otomatis uang kartal akan lebih sedikit permintaannya, hal ini mengakibatkan penurunan pada produksi uang kartal. Hal ini didukung kebiajakan BI yaitu Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang menyebabkan digalakkannya penggunaannya Uang Elektronik yang menyebabkan uang kartal mengalami penurunan permintaan secara signifikan. Menurut BI pencapaian GNNT menjalar ke 24 kota dengan total 1,2 juta orang pengguna transaksi non-tunai. Menurut data BI pada tahun 2016 terjadi penghematan sejumlah kurang lebih Rp.16 triliun per-tahun untuk biaya cetak,dan distribusi uang pertahun. GNNT juga mempunyai target sebesat 25 persen dari penduduk indonesia menggunakan transaksi non-tunai pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Dari segala pembahasan di atas dapat ditangkap bahwa Electronic Money atau E-Money mempunyai pengaruh besar terhadap permintaan dan perputaran uang kartal. Dalam praktiknya penggunaan E-Money merupakan ancaman bagi uang kartal yang menjadi menurun permintaanya. Namun ini merupakan gebrakan yang bagus bagi Indonesia, karena telah berhasil mendapatkan penurunan biaya produksi dan distribusi yang signifikan. Untuk kedepannya Bank Indonesia lebih bisa menggalakkan lagi program GNNT untuk mendapatkan penghematan yang lebih besar dalam hal biaya produksi dan distribusi uang kartal.