Cita-Cita Dua Anak Jalanan

Agustini Sinaga
Saya seorang mahasiswa dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia stambuk 2022 di Universitas Negeri Medan.
Konten dari Pengguna
24 April 2024 8:02 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agustini Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suatu hari di jalanan raya yang ramai ada dua anak kecil berpakaian lusuh sambil menawarkan koran. Anak kecil itu adalah Irma dan adiknya Sani. Mereka adalah anak yatim piatu sejak kecil dan saat ini, mereka hanya punya nenek yang terbaring di kasur karena sakit. Mereka harus memenuhi kebutuhannya dengan bekerja menjual koran di jalanan raya. Dahulu, Irma dan Sani adalah anak yang pintar dan bijaksana, terbukti kakak beradik itu selalu mendapatkan peringkat di kelas. Namun, sayang sekali mereka harus berhenti sekolah karena tidak punya biaya dan nenek yang tidak bisa menafkahi mereka karena jatuh sakit sejak mereka kelas enam. Usia mereka tidak jauh berbeda, Irma berusia sebelas tahun dan Sani berusia sepuluh tahun.
Kakak beradik, Irma dan Sani. Sumber : Canva.com
Pagi hari, saat Irma dan Sani ingin pergi berjualan, mereka tak lupa izin ke nenek dan memberi makan serta obat yang dikonsumsi rutin. Mereka juga tidak lupa membawa bekal makanan untuk dimakan pada siang hari nanti. “Nek, Irma dan Sani pergi dulu ya. Makan siang nenek sudah Irma siapkan di samping kasur. Kami akan secepatnya pulang kalau koran ini sudah laku” Kata Irma sambil memijat kaki nenek. “Iya, kalian hati-hati dan selalu berdoa ya. Nenek akan menunggu kalian pulang” Jawab Nenek. “Iya Nek” Ujar Sani sambil mengambil koran dan bekal makanan mereka
ADVERTISEMENT
Irma dan Sani adalah anak yang pekerja keras. Padahal panas matahari saat siang itu cukup terik, bahkan pengendara sepeda motor harus memakai lengan panjang dan sarung tangan untuk melindungi kulitnya dari panas matahari. Tapi, Irma dan Sani tidak memikirkan hal itu . Mereka hanya memikirkan cara agar koran yang mereka jual segera laku dan mereka bisa pulang kerumah.
Saat lampu merah, Irma mulai menawarkan beberapa koran kepada pengendara motor dan mobil tapi tak satu pun mereka mau membeli koran itu. Hal itu dikarenakan berita tidak hanya diperoleh dari koran saja, tetapi juga bisa dari gadget. Irma melihat beberapa kelompok anak sekolah dengan pakaian putih biru sedang berjalan menuju area halte untuk menunggu bus dengan makanan yang mereka gengam. Irma termenung dan berkata dalam hati “Kapan ya, aku bisa seperti mereka. Aku juga ingin sekolah, tapi nenek siapa yang jaga dan biaya sekolahku pasti tidak ada”. Sani melihat Irma yang termenung dan langsung menghampirinya, “Kak Irma sedang apa disini, aku lapar sekali. Mari kita makan siang” Kata Sani mengajak Irma. Lalu mereka pun pergi kearah taman untuk makan siang disana.
ADVERTISEMENT
Sewaktu makan siang, Irma dan Sani didatangi pemuda berbadan tinggi dan kulit hitam dengan wajah yang menyeramkan, Pemuda itu berkata, “Kalian kenapa disini? Serahkan semua uang kalian atau kalian celaka?” Sontaknya. Sani dengan wajah kesal penuh amarah pun membantah pemuda itu “Apa maksudnya? Pergi dan jangan ganggu kami” Katanya. Pemuda itu menjadi marah dan merampas tas yang disandang Irma, “Sini tasnya, kalian harus bayar uang keamanan” Kata Pemuda itu sambil merampas tasnya. Sani terus memberontak dan berusaha menariknya, tapi Sani terjatuh dan tangannya luka. Sehingga tas milik mereka harus direlakan demi keamanan.
Melihat kejadian itu, hati Irma sedih dan dia semakin memikirkan tentang obat dan biaya kebutuhan mereka sehari-hari. Irma adalah anak yang bertanggungjawab, dia selalu memikirkan nenek dan saudaranya Sani. Wajah sedih Irma membuat hati Sani ikut sedih. Lalu, dia berkata kepada kakaknya itu, “Kak, tidak apa-apa. Nanti kita cari lagi ya” Ujarnya sambil memeluk Irma. “Iya dek, sekarang kita kembali jual koran lagi ya ke simpang sana” Jawabnya. “ Iya kak” Jawab Sani kembali. Lalu mereka jalan kearah simpang.
ADVERTISEMENT
Perjalanan kesimpang cukup jauh dan mereka harus menyebrangi jalan raya yang begitu ramai kendaraan. Saat menyebrang, ada mobil berlaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke mereka dan menyenggol Irma yang saat itu tengah menyebrang juga. Hal itu membuat Sani terkejut. Sani langsung membantu Irma berdiri dan mengecek keadaannya. “Kakkkk, kamu baik-baik saja? Kita kepinggir sebentar ya kak” Kata Sani sambil menuntun Irma ke pinggir. Pengendara mobil yang menabrak Irma itu tidak lari, dia bertanggung jawab. Pengendara itu, turun dari mobil dan melihat keadaan Irma. “Dek, kamu tidak apa-apa? Bagian apa yang luka?” Katanya. Lalu Sani dengan rasa kesal dan emosi langsung menjawab pengendara itu “Bapak lihat dong, ini kakak saya luka di tangan dan harus segera diobatin” Kata Sani tegas. “Iya dek, Saya tau. Kalau gitu kerumah sakit saja untuk diobatin” Ujar pengendara itu. Irma sudah kesakitan karena luka-lukanya cukup membuat Irma tidak bisa bangun dan perlu bantuan. Jadi, Irma harus dibantu untuk masuk ke mobil.
ADVERTISEMENT
Pengendara itu menyesali perbuatannya dan berusaha menjelaskan keadaan yang terjadi saat diperjalanan. “Sebenarnya, saya buru-buru tadi dan saya kehilangan fokus karena sambil menelpon perawat di rumah sakit. Maafkan saya ya adik.” Katanya. Lalu Irma dengan hati yang lembut dan pemaaf langsung menjawab “Iya pak, saya maafkan. Mungkin saya tadi juga kurang hati-hati saat menyebrang” Jawab Irma. “Siapa nama kalian berdua?” Tanya dokter itu. Lalu, Sani menjawab, “Nama saya Sani pak dan ini kakak saya Irma” “Oh, nama yang bagus, inikan siang hari dan jam baru pulang sekolah, kalian mengapa di jalan raya tadi dengan membawa koran?” Tanya pengendara itu “Kami tidak sekolah lagi pak dah hari-hari saya dan saudara saya memang menjual koran” Jawab Irma sambil tersenyum kecil. “Kalau saya boleh tau kalian kenapa tidak bersekolah lagi?” Tanya pengendara itu lagi. “ Kami tidak punya biaya pak dan sedang mengurus nenek yang sedang sakit” Kata Irma. “Oh begitu, baiklah. Sebentar lagi sampai dirumah sakit ya.” Kata penegndara itu memberhentikan pembicaraan mereka. Saat sampai dirumah sakit, Sani membantu Irma untuk berjalan ke ruangan untuk dicek.
ADVERTISEMENT
Dokter pun tiba di ruangan dan ternyata dokter yang mengecek Irma adalah pengendara itu. Sontak Irma dan Sani terkejut dan langsung bertanya “Jadi, bapak dokter disini?” Tanya Irma dengan wajah yang kebingungan karena pakaian yang dipakai pengendara itu tadi hanya seperti kemeja biasa. “ Iya dik, saya sudah 6 tahun kerja disini. Kamu saya periksa dulu ya. Saudaranya boleh tunggu diluar dulu ya” kata dokter itu. Sani pun keluar ruangan dan menunggu hasil pemeriksaan Irma. Lalu, dokter itu mengecek bagian luka Irma dan membalut lukanya. Setelah selesai, Dokter itu membuatkan obat untuk Irma dan memanggil Sani. “Adik, ini obatnya ya. Tolong dikonsumsi rutin dan sering diganti perban lukanya” Kata dokter itu sambil memberikan obatnya. “Baik dok, terima kasih yad ok. Kalau gitu kami pulang dulu” Kata Irma pamit pergi untuk kembali berjualan. Namun, dokter itu menahan mereka untuk pergi karena dia merasa bersalah, jadi dokter itu ingin menebus kesalahannya. Kata Dokter itu “Kalian jangan pulang dulu ya. Saya merasa bersalah karena sudah menabrak Irma, jadi biarkan saya menjumpai nenek kalian ya. Sani menjawab “Oh baiklah pak”. Lalu mereka pergi kerumah Irma dan Sani.
ADVERTISEMENT
Saat sampai dirumah Irma dan Sani langsung membuka pintu dan memberi salam. Mereka tak lupa menyalam nenek yang terbaring di kasur itu. Nenek heran, mengapa ada seorang lelaki bersama mereka dan nenek bertanya “Siapa lelaki ini Irma? Mengapa dia ada bersama kalian?” Tanya nenek dengan kebingungan. Lalu, dokter itu menjawab “Saya yang menabrak Irma tadi siang nek. Lukanya sudah saya obati. Saya ingin melihat keadaan nenek karena tadi Irma katakana kalau nenek sedang sakit” Jawab dokter itu. Lalu Irma mencoba menjelaskan ke Nenek “Iya nek, sekarang Irma sudah tidak apa-apa” Kata Irma.
Dokter itu semakin merasa bersalah karena sudah menabrak Irma, lalu dia mempunyai niat baik untuk menebus kesalahannya itu, katanya “Nek, saya merasa bersalah jadi untuk menebus kesalahan saya, izinkanlah saya mengobati nenek karena saya bekerja di rumah sakit dan untuk Irma dan Sani saya akan bantu biaya pendidikannya nek” Kata dokter itu sambil memegang tangan nenek. Lalu, Irma menjawab “Sungguh pak? Apakah ini tidak merepotkan bapak? Tanya Irma dengan serius. “Iya dek, saya juga tinggal sendiri dirumah. Jadi saya akan anggap kalian seperti adik saya sendiri". Kata dokter itu. Nenek yang dengan perasaan bahagia langsung menjawab “Kalau itu, tidak merepotkanmu, saya terima. Terima kasih sudah bersikap baik untuk Irma, Sani dan juga nenek ya. Semoga rezekimu mengalir terus” Ucap nenek dengan perasaan haru. Irma dan Sani juga menyampaikan rasa terima kasihnya “Terima kasih pak dokter, kami akan berusaha terus belajar agar tidak menyia-nyiakan kesempatan ini” Kata Irma dan Sani. Mulai saat itu, mimpi Irma dan Sani mulai terwujudkan, mereka bisa bersekolah seperti anak yang lainnya.
ADVERTISEMENT