Berlari Seirama, Wujudkan Mimpi Jadi Juara

Ahmad Azlan
Atlet Asian Para Games 2018
Konten dari Pengguna
1 Oktober 2018 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Azlan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandu lari tunanetra, Ahmad Azlan. (Foto: Dok. Charles Brouwson)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandu lari tunanetra, Ahmad Azlan. (Foto: Dok. Charles Brouwson)
ADVERTISEMENT
Awalnya saya dipilih menjadi asisten pelatih olahraga atletik di Universitas Sebelas Maret, tempat saya mengemban pendidikan tinggi. Waktu itu tahun 2011, saya ditugaskan untuk membantu pelatih untuk ASEAN Para Games di Solo.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, saya ditunjuk menjadi seorang guide runner. Awalnya, saya berdua dengan Mas Immanuel, tapi dia memilih untuk kembali mengajar di kota asalnya.
Pada tahun 2013, saya dipasangkan dengan Mas Halim (Abdul Halim Dalimunthe, seorang atlet lari tunanetra) untuk mendampingi dia bertanding di ASEAN Para Games Myanmar. Dari situlah, saya berlanjut menjadi guide runner sampai saat ini.
Pemandu lari tunanetra, Ahmad Azlan (kanan). (Foto: Dok. Charles Brouwson)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandu lari tunanetra, Ahmad Azlan (kanan). (Foto: Dok. Charles Brouwson)
Menjadi seorang pendamping atlet lari tunanetra, bisa dikatakan cukup sulit. Karena saya harus bisa menyamakan langkah, menyamakan ayunan, agar bisa selaras dengan pelari. Tapi, tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar satu atau dua bulan, saya sudah bisa menyesuaikan.
ADVERTISEMENT
Saya sebenarnya seorang atlet lari sprint. Dulu, waktu saya masih menjadi asisten pelatih, saya juga latihan lari sprint sendiri. Di tahun 2013, saya sempat menjuarai Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORPROV). Setelah itu, saya bantu Mas Halim menjadi juara di ASEAN Para Games Myanmar.
Sampai sekarang, saya masih bergelut dengan lari. Di tahun 2017, saya sempat ikut Pelatnas di Cibinong selama satu bulan. Lalu, saya dipanggil lagi untuk mendampingi Mas Halim. Pelatnas harus saya tinggalkan dan saya fokus di sini menjadi guide runner Mas Halim.
Tugas seorang guide runner hanya mengarahkan atlet saja. Misalnya, lari jarak 200 meter ada tikungan. Lalu, saya memberi tahu Mas Halim akan ada tikungan. Saya hanya memegang Mas Halim saja, tidak sampai mengikat Mas Halim.
ADVERTISEMENT
Karena pada saat mendekati garis finish, atlet harus dilepas. Kalau diikat, akan ribet untuk melepas karena tidak boleh lari beriringan dengan guide runner sampai garis finish. Apalagi sampai saya yang mendahului atlet, bisa terkena diskualifikasi.
Jadi, saya tidak hanya menyamakan langkah, tetapi saya juga harus fokus di lintasan. Sambil memantau pergerakan atlet.
Pencapaian yang paling terasa saat di Malaysia kemarin. Saya bisa sapu bersih 100-200 meter.
Persiapan yang saya lakukan, hanya latihan dengan rutin. Saya tinggal membenahi kekurangan yang ada. Tidak ada persiapan khusus.
Masalah yang biasa saya hadapi ketika menjadi guide runner, yaitu kangen istri. Karena pasti saya akan pergi-pergi terus. Saya juga ingin istri mendampingi saya, ketika saya sedang menjadi guide runner.
ADVERTISEMENT