Pemberdayaan Pemuda untuk Kesehatan Mental yang Optimal

Ahmad Muhajir
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
16 Februari 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muhajir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemuda. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemuda. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh pemuda, terutama terkait dengan kemajuan teknologi informasi, perubahan dalam dunia kerja, dan ketidakpastian masa depan, merupakan fokus utama yang dapat kita lihat hari ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, hasil survei menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Jenis gangguan mental yang ditemukan meliputi gangguan cemas sebesar 3.7%, depresi mayor sebesar 1.0%, gangguan perilaku sebesar 0.9%, serta gangguan stress pasca-trauma dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) masing-masing sebesar 0.5%.
Selain itu, hasil penelitian dari YouGov tahun 2019 mencatat bahwa 27% penduduk Indonesia pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita (33%) dibandingkan dengan laki-laki (22%). Terdapat juga perbedaan berdasarkan rentang usia, di mana remaja usia 18-24 tahun memiliki tingkat pemikiran untuk bunuh diri sebesar 33% dan terlibat dalam perilaku self injury sebanyak 36%, sementara usia 55 tahun ke atas mencatat angka yang lebih rendah yaitu 22%.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan yang disadari oleh individu, yang mencakup kemampuan untuk mengelola stres kehidupan secara wajar. Dengan kata lain, seseorang dianggap memiliki kesehatan mental yang baik jika mampu bekerja secara produktif, menghasilkan, dan berperan aktif dalam lingkungannya.
Setiap individu memiliki strategi penanganan atau cara tersendiri dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Beberapa orang dapat berhasil menyelesaikan masalah dengan baik, tetapi ada juga yang mengalami kesulitan dalam menanggapi masalah dengan efektif.
Keterbatasan dalam menyelesaikan masalah dapat menyebabkan munculnya distres, yang pada gilirannya dapat menimbulkan emosi negatif seperti kesedihan, kekecewaan, keputusasaan, depresi, perasaan tidak berdaya, frustrasi, kemarahan, dendam, dan emosi negatif lainnya.
Menurut Femmy yang merupakan Deputi PMK menyebutkan bahwa, kesehatan mental dan jiwa menjadi prasyarat bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, dan sosial pemuda. Femmy menyatakan bahwa individu yang sehat mampu mengenali potensi diri, mengatasi tekanan, bekerja produktif, dan memberikan kontribusi pada komunitasnya.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya pemuda, menjadi prioritas Indonesia dalam menghadapi Bonus Demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045. Diperlukan generasi muda yang sehat secara fisik dan mental untuk mewujudkannya. Keadaan ini, tentu menekankan perlunya program pemberdayaan pemuda melalui kerja sama lintas sektor dalam penyelenggaraan layanan pemuda untuk mengatasi masalah kesehatan mental dan jiwa.
Sehingga mendorong untuk tumbuhnya pemuda yang dapat menjadi pilar pembangunan dan pemimpin masa depan Indonesia, membawa negara menuju kemajuan, modernitas, daya saing, dan moral yang baik. Kementerian Kesehatan juga telah melakukan upaya preventif kesehatan jiwa dari usia dini hingga lanjut usia, termasuk edukasi di tingkat sekolah dan universitas.
Pentingnya pendidikan dan sosialisasi kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan primer. Lingkungan masyarakat juga dianggap sebagai faktor penting dalam pencegahan gangguan kesehatan jiwa, dan kesadaran akan masalah ini perlu ditingkatkan untuk mendeteksinya sejak dini melalui perhatian terhadap orang yang mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa.
ADVERTISEMENT
Krusialnya menjaga kesehatan mental yang optimal menjadi kunci bagi perkembangan positif pada generasi muda. Peran penting kesehatan mental terlihat dalam membantu generasi muda merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain, dan menikmati kehidupan mereka.
Fase remaja sering dianggap sebagai waktu berisiko tinggi untuk mengalami masalah mental karena dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan dalam waktu yang relatif singkat, sembari otak mereka terus berkembang.
Oleh karena itu, esensial bagi generasi muda untuk memiliki kesehatan mental yang baik guna memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Di samping itu, kesehatan mental yang baik juga mendukung mereka dalam membangun hubungan yang kuat dengan orang di sekitar mereka, beradaptasi dengan perubahan, dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT