Apakah Arab Saudi Danai ISIS?

Ahmad Rifai
"Apapun yang membuatmu terbakar itu diperlukan!"
Konten dari Pengguna
8 Juni 2017 22:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apakah Arab Saudi Danai ISIS?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jeremy Corbyn berkata, “Percakapan tentang Ekstemisme Islam harus dimulai dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain yang telah mendanai dan memicu ideologi ekstremis.”
ADVERTISEMENT
Tuduhan ini lumrah terjadi: bahwa House of Saud membiarkan arus uang menuju ke keuangan ISIS. Namun Pemerintah Arab Saudi sungguh menolak ‘tuduhan-tuduhan palsu’, menganggap ini sebagai ‘kepalsuan yang jahat’.
Kita tidak bisa menjawab tentang yang satu ini dengan kepastian mutlak, sebab segala pembiayaan apapun sangat rahasia. Yang bisa kita lakukan adalah mempertimbangkan dokomen dan penelitian yang tersedia saat ini.
Seberapa Kuat buktinya?
Mungkin indikasi paling kuat terkait keuangan Arab Saudi yang menghubungkan dengan ISIS dapat dilihat pada kumpulan cache email yang bocor dari kantor Hillary Clinton, yang merupakan Sekretaris Negara AS sejak tahun 2009 sampai 2013.
Pesan ini, yang dipublikasikan oleh Wikileaks, berisi pernyataan yang tak ambigu dari ketua kampanyenya, John Podesta: “Kita perlu menggunakan aset intelijen diplomatik dan tradisional untuk memberi tekanan pada Pemerintah Qatar dan Arab Saudi, yang memberi dukungan finansial dan logistik gelap pada ISIS dan kelompok sunni radikal lainnya di wilayah tersebut.”
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertama kalinya para pejabat AS membuat klaim. Di tahun 2009, Wikileaks menerbitkan bocoran pesan diplomatik Departemen Luar Negeri AS yang mengemukakan kasus yang serupa.
Dalam dokumen tersebut menyatakan bahwa, “Para donor di Arab Saudi merupakan sumber pendana paling signifikan bagi kelompok teroris sunni di seluruh dunia. Sementara Kerajaan Arab Saudi menganggap serius ancaman terorisme di Arab Saudi, kondisi ini telah menjadi tantangan yang terus berlanjut untuk terus membujuk pejabat Arab Saudi guna memberlakukan pembiayaan teroris yang berasal dari strategi prioritas Arab Saudi.
“Hal ini perlu lebih banyak dilakukan sebab Arab Saudi tetap menjadi basis finansial penting bagi Al-Qaeda, Taliban, LeT, serta kelompok-kelompok teroris lainnya, termasuk Hamas, yang mungkin mengumpulkan jutaan dollar setiap tahunnya dari sumber-sumber Arab Saudi.”
ADVERTISEMENT
Dokumen ketiga Wikileaks yang muncul menunjukkan sebuah pidato pribadi, dibuat oleh Hillary Clinton pada 2013. Di situ, dirinya berkata, “Orang-orang Arab Saudi dan yang lainnya mengirimkan sejumlah besar senjata, dan sangat tanpa pandang bulu, tidak semua ditargetkan pada orang-orang yang menurut kami akan menjadi lebih moderat, paling tidak, mungkin menimbulkan masalah di masa depan.”
Meskipun dokumen-dokumen Wikileaks secara luas dianggap asli, keakuratan klaim yang ada di dalamnya tidak dapat diverifikasi. Namun, mengingat pengulangan pernyataan serupa, jelas telah terlihat bahwa orang-orang di jajaran tertinggi Pemerintah AS memiliki alasan tepat untuk percaya bahwa uang-uang mengalir di antara Arab Saudi dan ISIS.
Memang, mantan wakil presiden AS, Joe Biden, pernah berbicara off-message menuduh Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya menuangkan “ratusan juta dollar dan puluhan ton senjata ke siapapun yang akan berperang melawan Assad.” Dirinya menjelaskan, “Pihak-pihak yang mendapatkan pasokan antara lain seperti Al-Nusra, Al-Qaeda, serta ekstrimis jihadis yang datang dari belahan dunia lain. Kami menyatakan (ISIS) adalah sebuah kelompok teroris sejak dini. Dan Kita tidak bisa meyakinkan rekan kerja kita untuk berhenti memasok pada mereka.”
ADVERTISEMENT
Di negara lainnya, politisi lebih vokal tentang kasus ini. Misalnya, pada tahun 2014, Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, menuduh baik Arab Saudi dan Qatar mendukung dan mendanai operasi teroris. “Saya menuduh mereka menghasut dan mendorong gerakan teroris. Saya menuduh mereka mendukung secara politis dan media, mendukung mereka dengan uang dan membeli senjata untuk mereka.”
Akan tetapi, hanya karena Pemerintah Arab Saudi tidak berbuat banyak untuk menghentikan aliran uang ke ISIS, tidak berarti uang tersebut langsung berasal dari pemerintah itu sendiri.
Faktanya, penelitian dari Washington Institute menyatakan bahwa saat ini tidak ada bukti yang kredibel mengenai hal ini. Ini mungkin disebabkan Arab Saudi takut akan ancaman ISIS yang bisa ditujukan pada negara mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Tapi, laporan tersebut menambahkan bahwa pemerintah Arab Saudi “telah menikmati kemajuan sunni baru-baru ini yang dipimpin ISIS melawan Pemerintah siah Irak dan keuntungan jihad di Suriah atas Bashar al-Assad.”
Ditambahkan, “Tidak mengherankan, belajar dalam keterbatasan, mungkin kontak secara tidak langsung, kordinasi logistik untuk melanjutkan lebih lanjut posisi sunni di Suriah dan sekitarnya, atau membocorkan dana serta materi Arab Saudi yang mendukung pemberontak untuk ISIS.”
“Para pendonor Teluk Arab secara keseluruhan, diyakini Arab Saudi paling banyak beramal, telah menyalurkan ratusan juta dollar ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada ISIS dan kelompok lainnya. Riyadh harusnya bisa lebih banyak membatasi dana swasta.”
Realitas pembiayaan bagi ISIS rumit dan berantakan. Ini tidak sesederhana hanya sumbangan dari pendukung kaya. Penelitian menunjukkan bahwa para militan telah menghasilkan banyak uang dari cadangan minyak yang dikendalikannya. Sebuah penyelidikan oleh Financial Times pada 2015, diperikirakan bahwa mereka memperoleh 1,5 juta dollar per hari dari minyak, dan ini juga dijual ke kelompok pemberontak yang dilawan.
ADVERTISEMENT
Perlu dicatat bahwa negara-negara lain juga terlibat, seperti Qatar dan Kuwait. Jadi, meski Arab Saudi dituduh mendanai kelompok tersebut, dirinya tidak sendirian.
Kenapa tidak kita hentikan mereka?
Dokumen-dokumen Wikileaks menunjukkan bahwa ada upaya dari barat untuk ‘membawa tekanan’ pada Arab Saudi untuk mengakhiri dukungannya terhadap ISIS. Tapi sepertinya hanya sampai di titik itu.
Secara umum, baik Inggris maupun AS tetap menjalin hubungan yang sangat baik dengan Arab Saudi. Theresa May berkunjung pada bulan April guna ‘memperkuat hubungan Inggris di Timur Tengah’. Sebuah laporan pemerintah tentang perjalanan ini mengungkapkan, “Ia menjelaskan bahwa mereka adalah sekutu dekat dan penting, serta kami akan terus bekerja sama dalam berbagai bidang, terutama menganai konter-terorisme, menekankan bahwa kerjasama Inggris-Arab Saudi sangat penting.”
ADVERTISEMENT
May telah mengatakan bahwa itu adalah kepentingan keamanan dan kemakmuran Inggris untuk menjaga hubungan baik dengan Arab Saudi. Dirinya berkata, “Dengan bekerja sama bersama mereka, kami turut andil membantu menjaga orang-orang Inggris agar tetap aman.”
Dan, di AS, CIA telah menggambarkan Arab Saudi sebagai, “Di antara mitra konter-terorisme terbaik kita secara global.”
Para politisi barat juga memiliki alasan finansial untuk tetap dekat dengan Arab Saudi. Sebab, Arab Saudi merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia, dengan cadangan minyak mentah yang sangat besar. Ditambah lagi, Inggris dan AS juga menghasilkan banyak uang dengan menjual senjata ke Arab Saudi.
Dokumen lain yang bermuara dari pemerintah menunjukkan bahwa perusahaan senjata Inggris telah mendapatkan 636 lisensi ekspor militer untuk Arab Saudi dalam lima tahun terakhir. Ini berharga sekitar 5,2 miliar poundsterling. Sementara itu, AS baru saja menandatangani kesepakatan senjata senilai 110 miliar dollar, termasuk pesawat, kapal, dan tentu saja bom.
ADVERTISEMENT
Ada juga sebuah tindakan penyeimbang dalam hal keamanan dan intelijen. Para pendukung kebijakan barat mengatakan bahwa, terlepas dari kekhawatiran ini, Arab Saudi adalah sekutu yang semakin langka dan penting di Timur Tengah.
Theresa May mengatakan bahwa hubungan baik tersebut bermakna untuk ‘kepentingan nasional Inggris’. Akan tetapi, walaupun solusi politik dan diplomatik mungkin jauh dari kepastian dan kejelasan, nampaknya kekhawatiran bahwa uang Arab Saudi mengalir ke kantong-kantong ISIS adalah keniscayaan dan kondisi serius.
Apa yang dikatakan Pemerintah Inggris tentang hal ini?
Tidak banyak. David Cameron menugaskan sebuah peliputan pada pendanaan asing untuk kelompok teroris, balik pada tahun 2015, namun Kantor Pusat mengakui bahwa hal tersebut mungkin tidak akan pernah dipublikasikan. Isinya dianggap berfokus pada Arab Saudi dan dikatakan ‘sangat sensitif’.
ADVERTISEMENT
Namun, baik Partai Buruh maupun Partai Liberal Demokrat (Lib Dems) telah meminta agar laporan tersebut dipublikasi. Jeremy Corbyn kemudian bersikap, “Kita harus serius mengurangi danan untuk jaringan teror ini, termasuk ISIS di sini dan di Timur Tengah.” Tanpa laporan ini, kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang Pemerintah Inggris tahu tentang dana Arab Saudi untuk ISIS.
Akan tetapi, nampaknya meski House of Saud mungkin tidak secara langsung mendanai aksi teroris itu sendiri, hampir pasti ada beberapa pertanyaan sulit dan mengkhawatirkan yang perlu dijawab. []
***
Diterjemahkan secara bebas dari: Is Saudi Arabia funding ISIS?
7 Juni 2017