Krisis Ekonomi 2023 dalam Perspektif Ekonomika Pembangunan

Natanael Affarouqi Owen Jeremiah
Regional Economic Development Student in Universitas Gadjah Mada - Interest in Finance, Office Administration, Business Development, HR, and multidisciplinary science.
Konten dari Pengguna
5 November 2022 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Natanael Affarouqi Owen Jeremiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sektor Perdagangan. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sektor Perdagangan. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan bahwa tingkat Likuiditas Bank mengalami penurunan per Agustus 2022 yang lalu. Penurunan tingkat Likuiditas Bank dipengaruhi oleh faktor demand yang yang lebih besar dari tingkat supply uang. Dalam jangka panjang, keadaan ini akan menciptakan suatu kondisi krisis keuangan yang akan memberikan efek domino dalam perekonomian regional, nasional, dan global. Dampak dalam bentuk inflasi akan mudah untuk muncul dalam kondisi keuangan yang seperti ini karena perusahaan-perusahaan akan merasakan aset finansial yang tiba-tiba hilang nilai-nilai nominalnya. Kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi adalah timbulnya suatu kondisi krisis ekonomi yang keadaan tersebut menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara menjadi lesu atau mengalami penurunan performa secara drastis. Sektor-sektor primer dunia seperti sektor pangan, minyak dan gas, industri, hingga sektor perbankan berpotensi besar akan mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Krisis ekonomi pernah melanda perekonomian dunia dan melalui jalur transmisi yang beragam serta memberikan dampak yang fundamental dalam perekonomian. Kondisi tersebut terjadi seperti pada masa terjadinya kenaikan harga minyak mentah pada tahun 1974 dan meluas hingga berpuncak pada krisis keuangan Asia pada tahun 1997 hingga 1998 yang memberikan efek ke sebagian besar negara yang ada di Asia. Efek berupa depresiasi mata uang menjadi suatu efek yang paling umum terjadi pada masa tersebut dan memukul segala sendi perekonomian.
Ilustrasi Sektor Perbankan. Sumber: Shutterstock
Sumber penyebab krisis ekonomi dapat bersumber dari sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber internal terjadinya krisis ekonomi yaitu disebabkan faktor produksi dalam negeri yang tertekan dan konsumsi yang lesu. Krisis ekonomi juga dapat dipicu oleh faktor eksternal yang dapat disebabkan oleh interest rate, exchange rate, dan loan problem yang terjadi dalam perekonomian. Kondisi perbankan yang mengalami situasi krisis akan menyebabkan kondisi perbankan kurang sehat yang akan menciptakan efek berupa menurunnya kesempatan kerja dan pendapatan, kesulitan sumber pembiayaan, dan menciptakan suatu kondisi kredit macet.
ADVERTISEMENT
Krisis ekonomi 2023 diisukan akan memukul sektor pangan dunia terkait dengan inflasi yang akan terjadi. Hal ini memerlukan penataan suatu kelembagaan pangan yang sinergis yang akan mampu menjaga kestabilan pasokan pangan nasional. Apabila program tersebut terealisasi, maka efek jangka panjang berupa terpenuhinya kebutuhan pangan nasional, perputaran roda perekonomian yang baik, dan angka neraca pembayaran yang sinambung menjadi suatu kemungkinan yang dapat terwujud. Maksimalisasi potensi yang dimiliki oleh dalam negeri menjadi rancangan strategis yang dapat diambil dalam menghadapi isu krisis ekonomi yang demikian. Kemandirian dalam segala aspek pemenuhan kebutuhan nasional dari dalam negeri diharapkan akan mampu menjaga stabilitas ekonomi agar suatu negara tidak lagi bergantung dengan negara lain terkait dengan tendensi nilai bunga yang naik, nilai kurs yang tidak stabil, dan kondisi geopolitik yang memengaruhi kondisi perekonomian. Dalam penerapannya, Indonesia memiliki kekuatan dari segi pangan dikarenakan faktor Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Kelebihan ini sayangnya kurang didukung dengan penguasaan pemanfaatan teknologi yang mampu menunjang produksi pangan. Dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi seiring dengan isu krisis ekonomi 2023, sektor pangan sejatinya dapat menjadi sektor unggulan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Hal ini dapat direfleksikan dari apa yang telah dicapai Indonesia pada tahun 1984-1988 yang dalam masa tersebut Indonesia telah mencapai swasembada pangan. Kemampuan Indonesia dalam menciptakan pemenuhan pangan dalam negeri hingga mencapai surplus pangan dalam masa tersebut dapat menjadi suatu pengharapan bagi bangsa Indonesia untuk menyadari potensi yang dimiliki. Upaya mencapai kondisi tersebut dengan penanaman komoditas yang menguntungkan, usaha intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, dan rehabilitasi pertanian dinilai akan efektif apabila dikaitkan dengan kondisi ekonomika pembangunan Indonesia era modern seperti sekarang ini. Sektor migas, keuangan perbankan, konstruksi, dan jasa pariwisata menjadi sektor unggulan lainnya yang dapat dimaksimalisasi pengembangannya guna menciptakan kondisi ekonomi nasional yang berkelanjutan. Potensi-potensi tersebut akan mampu memberikan efek domino yang positif bagi Indonesia sebagai skenario menghadapi kondisi krisis seperti yang telah diproyeksikan.
Ilustrasi Kemiskinan. Sumber: Shutterstock
Pemberian perhatian bagi masyarakat mikro menjadi salah satu fokus dalam ekonomika pembangunan. Ekonomi pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu sistem ekonomi yang tidak hanya melihat proyeksi keuntungan dan kerugian belaka, namun juga memperhatikan aspek sosial sebagai dampak terjadinya aktivitas ekonomi. Kondisi krisis ekonomi akan mampu menggeser kondisi perekonomian ke jurang yang lebih dalam. Hal ini akan terasa terutama bagi masyarakat kecil yang umumnya hanya mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, sehingga mereka belum memiliki kesiapan yang baik dalam mempersiapkan potensi resesi di masa depan. Kolaborasi antarpihak menjadi rancangan dalam bahu membahu menghadapi kondisi yang demikian. Pemerintah dalam perannya dapat membantu dalam menciptakan stabilitas ekonomi dengan memberikan bantuan finansial bagi masyarakat kecil dengan diimbangi dengan pemberian pelatihan-pelatihan yang mampu menggerakan roda perekonomian skala mikro. Peran dari perusahaan-perusahaan juga diperlukan dalam kondisi yang demikian. Perusahaan dapat menyelenggarakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bidang pembangunan Sumber Daya Manusia untuk menciptakan SDM yang mandiri dan memiliki kompetensi dalam menciptakan UMKM-nya yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Isu krisis ekonomi 2023 diprediksi akan dipicu oleh kenaikan nilai suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) memaparkan bahwa apabila resesi dunia 2023 sampai terjadi, maka efek domino krisis dalam bidang pangan, energi, industri, hingga aspek sosial diproyeksikan dapat timbul. Hal ini sudah seharusnya menjadi suatu kajian bagi lembaga dan pihak-pihak terkait seiring dengan desas desus isu yang menjalar ke seluruh media internasional. Dalam mencegah potensi kebangkrutan dan krisis finansial yang berlarut, maka rancangan skenario menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi sudah selayaknya dirumuskan oleh banyak pihak. Kolaborasi antara pihak pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), hingga ke pemerintahan tingkatan terendah diperlukan dalam kondisi yang demikian. Hal ini perlu diupayakan sebagai bentuk proteksi dan edukasi kepada masyarakat serta sebagai landasan bagi pemangku kepentingan dalam menciptakan suatu kebijakan yang dapat membangun ditengah segala kemungkinan yang ditakutkan akan terjadi. Perlunya pembangunan ekonomi Indonesia yang dimulai dari masyarakat mikro sudah saatnya mulai dibangun dengan massif mengingat peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menjaga kestabilitasan ekonomi nasional diperlukan dalam kondisi yang demikian guna menciptakan iklim perekonomian Indonesia yang mandiri dan berketahanan. Kemandirian ekonomi yang demikian diharapkan akan mampu mendorong pendapatan untuk dapat tetap tumbuh ditengah ketidakmungkinan global yang terjadi. Masalah-masalah sosial yang bersifat kontekstual akan mungkin untuk dapat dicegah untuk tumbuh apabila kondisi perekonomian tetap mampu tumbuh dengan inklusif. Peran ekonomi yang berbasis pembangunan diharapkan akan mampu memberikan kontribusi bagi bangsa dalam menghadapi krisis ekonomi 2023. Indonesia diharapkan akan siap dalam menciptakan suatu susunan rencana anggaran yang baik, kesiapan Sumber Daya Manusia yang terlibat, dan maksimalisasi kebijakan pemulihan ekonomi yang telah dicanangkan dalam menghadapi isu krisis ekonomi yang diprediksi akan terjadi. Dengan demikian, kondisi perekonomian yang diperkirakan tidak menentu akan sangat baik apabila diimbangi dengan perencanaan-perencanaan dalam penyusunan strategi dalam menghadapi kondisi yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT