Dolar Amerika Menguat atau Rupiah Melemah?

Aidil Akbar Madjid - Financial Planner
Youtube Aidil Akbar Channel, IG @aidilakbarmadjid & @aidilakbarofficial Perencana Keuangan, doyan ngomong and nulis (berbagi). Suka coklat & kopi. Fb & twit @aidilakbar
Konten dari Pengguna
5 September 2018 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidil Akbar Madjid - Financial Planner tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Belum selesai euforia positif Pasca-Asian Games 2018 yang gegap gempita, masyarakat Indonesia dikagetkan oleh berita ekonomi di mana nilai tukar Rupiah tidak berdaya oleh kekuatan Dolar Amerika. Yes, akhirnya Dolar Amerika menyentuh angka Rp 15.000. Terjadi pergunjingan di mana-mana termasuk di WA grup dan Telegram Grup serta media sosial tentang kemana arah pergerakan ini?
ADVERTISEMENT
Televisi, radio, koran, dan media lainnya sibuk memberitakan hal ini. Ada yang menyatakan dolar menguat terus dan menyalahkan Amerika serta negara lain, dan ada yang menyatakan memang rupiahnya saja yang melemah. Pertanyaan orang awam adalah sebenarnya apa yang terjadi? Dolar yang menguat atau rupiah yang melemah?
Untuk menjawab secara fair kita harus melihat dari 2 sisi, yaitu Dolar Amerika dan Rupiah Indonesia. Selain rumor dan persepsi, suatu mata uang dari suatu negara akan menguat apabila terdapat fundamental ekonomi yang bagus. Nah, fundamental ekonomi ini banyak sekali indikatornya.
Beberapa yang sering dipakai oleh pakar ekonomi antara lain adalah: GDP dari suatu negara, export vs import termasuk defisit neraca perdagangan dan defisit neraca pembayaran, inflasi, dan suku bunga, jumlah pengangguran, cadangan devisa dan banyak indikator lainnya. Demikian juga sebaliknya, ketika indikator di atas memburuk atau jelek, maka biasanya mata uang negara tersebut melemah alias turun nilainya.
ADVERTISEMENT
Nah, ketika Dolar Amerika naik yang terjadi memang secara fundamental dari negara adidaya tersebut membaik. Presiden Trump dengan janji kampanyenya “Make Amerika Great Again” sudah mulai menunjukan 'kuku'nya. Belum lagi perang dagang dengan China yang dilakukan Amerika membuat China harus membuat strategi ulang.
Kalau diperhatikan dari berita-berita dan data secara Internasional, maka saat itu mata uang Rupiah Indonesia menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk melawan Amerika, meskipun ada yang membandingkan bahwa rupiah masih jauh lebih baik daripada Lira Turki, itu lain cerita. Nah, sampai di sini kita kemudian bertanya, ada apa?
ADVERTISEMENT
Kalau membaca data-data ekonomi dan melihat kondisi pasar di mana ekonomi melemah, asing yang keluar dari bursa, kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan lain sebagainya, kemungkinan besar telah menyebabkan mata uang rupiah juga melemah.
Jadi dalam satu kejadian terjadi 2 kutub yang saling tarik-menarik, satu ke atas (Dolar Amerika), satu ke bawah (rupiah). Itulah sebabnya tidak heran kita melihat kenaikan yang sangat cepat dari Dolar Amerika ke rupiah dibandingkan negara-negara lain di regional dan dunia.
Pertanyaannya adala saya terus harus bagaimana menghadapi kondisi seperti ini? Jawabannya adalah seperti jawaban saya pada 1,5 tahun terakhir yaitu Cash is the King. Strategi ini adalah strategi bertahan sambil bersiap bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (kalau investor jangka panjang justru malah diinginkan nih).
ADVERTISEMENT
Apa saja itu? Hal-hal ini yang bisa dilakukan:
1. Jangan buat hutang baru;
2. Kurangi atau minimalkan pengeluaran yang bersifat konsumtif;
3. Simpan dana anda di tempat yang sewaktu-waktu bisa ditarik tapi tahan terhadap inflasi seperti misalnya emas;
4. Perhatikan Dana Darurat anda, penuhi jumlahnya, bila ada yang terpakai segera cicil kembali;
5. Perhatikan asuransi anda, bila premi jatuh tempo segera bayar preminya secara tahunan, jangan bulanan;
6. Anda yang bermain saham agar berhati-hati, trading jangka pendek sekali jangan sampai “terkunci”, jangan takut cut loss;
7. Anda yang investasi jangka panjang, teruskan dolar cost averaging anda, tapi untuk dana baru fresh jangan dulu;
8. Hiduplah secara sederhana, jangan foya-foya;
9. Wait and see, lihat keadaan
ADVERTISEMENT
Seperti apa penjelasannya? Nanti akan saya bahas secara panjang lebar ditulisan sambungan berikutnya.
Oh iya banyak yang bertanya kepada saya, sampai berapa Dolar Amerika ini akan 'mengamuk'? Hitungan saya pribadi (berdasarkan angka dan data ekonomi), nilai wajar dolar sebenarnya ada diangka Rp 15.200 – Rp 15.500, artinya masih ada peluang naik lagi.