news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kesalahan Milenial dalam Mengelola Keuangan

Aidil Akbar Madjid - Financial Planner
Youtube Aidil Akbar Channel, IG @aidilakbarmadjid & @aidilakbarofficial Perencana Keuangan, doyan ngomong and nulis (berbagi). Suka coklat & kopi. Fb & twit @aidilakbar
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2018 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidil Akbar Madjid - Financial Planner tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Mengatur Keuangan (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Mengatur Keuangan (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Kamu mengaku milenial? Kamu pasti sering dengar deh label-label seperti ini. Serta sederet stigma yang melekat: Ah, milenial itu malas, suka cari yang enaknya aja, atau milenial itu cari gratisan melulu, bahkan ada yang bilang milenial itu generasi narsis.
ADVERTISEMENT
Padahal banyak juga hal positif tentang milenial, seperti misalnya kreatif dan kaya ide, thinking out of the box, lebih out spoken, dan banyak lagi label baik ke milenial. Jadi, alangkah baiknya selalu lihat dari dua sisi ya.
Tapi ketika bicara masalah keuangan untuk milenial, maka bisa kita temukan hal-hal unik yang mungkin saja sama atau bahkan berbeda dengan generasi lain sebelumnya. Apa saja itu? Yuk, kita bahas.
Malas Bikin Bujet Bulanan
Memang tidak semua seperti ini, tapi sering kali kita dengar milenial yang males bikin bujet bulanan. Mungkin ini milenial yang masih single alias bujangan, kalau yang sudah berkeluarga beda lagi ceritanya. Tapi kenapa milenial ini males bikin bujet bulanan?
ADVERTISEMENT
Mungkin lebih dikarenakan kaum milenial yang senang dengan kehidupan yang penuh dengan kebebasan tanpa kekangan. Sementara bujet seperti memenjara keuangan dan dompet mereka. Well, duit ya duit saya sendiri kenapa juga musti dilarang-larang, begitu mungkin pikiran sebagian milenial.
Padahal esensi dari membuat bujet sebenarnya bukan untuk melarang kita keluar uang, tapi lebih kepada bagaimana kita memantau kemana saja uang kita pergi alias dipakai. Mengapa demikian? Karena banyak orang merasa penghasilan mereka sudah OK tapi kok setiap bulan uangnya selalu habis dan mereka tidak pernah tahu kemana saja uang tersebut dipakai. Jadi ingat yaaa ini bukan memenjara dompet kamu.
YOLO, Alias Hidup di Masa Kini
Masih berhubungan dengan malas bikin bujet bulanan, kebanyakan milenial hanya berpikir untuk hidup saat ini, karena pola pikir YOLO itu. YOLO sendiri singkatan dari You Only Live Once alias Hidup itu Hanya Sekali, jadi nikmatilah. Akibatnya, tidak banyak milenial yang berfikir untuk masa depan, sehingga uang yang ada sekarang lebih banyak dinikmati dengan gonta-ganti gadget dan pergi liburan.
ADVERTISEMENT
Banyak yang Tidak Ngerti Dasar Mengelola Keuangan
Nah kalau urusan ini sepertinya sih bukan Cuma penyakin generasi milenial, tapi juga penyakit generasi sebelumnya seperti baby boomer dan generasi X alias baby buster. Mengapa demikian? Karena dasar-dasar mengelola keuangan pribadi itu tidak pernah diajarkan di bangku sekolah baik level Sekolah Dasar, Menengah maupun Atas. Akhir-akhir ini di beberapa kampus sudah mulai diadakan kelas Perencanaan Keuangan Pribadi, tapi kelasnya masih bersifat pilihan bukan kelas wajib.
Sementara kita dari masih muda sudah diajarkan banyak sekali rumus cara mengelola keuangan perusahaan, seperti kelas Akuntansi dan Keuangan Perusahaan. Akibatnya bisa ditebak, kita semua jago mengelola keuangan perusahaan tapi berantakan ketika harus mengelola keuangan pribadi.
ADVERTISEMENT
Padahal mengelola keuangan yang baik itu haruslah sudah menjadi kebiasaan. Dan yang namanya kebiasaan tidak bisa dipelajari dan dilakukan mendadak. Kebiasaan harus dipupuk dari kecil sehingga ketika sudah dewasa menyatu menjadi karakter orang tersebut. Jadi tidak heran kan kalau banyak orang bilang kalau orang Indonesia itu adalah masyarakat konsumtif?
Tidak Punya Dana Pensiun
Di atas sudah dibahas kalau milenial ya hidup di masa kini, maka tidak heran kalau mereka belum kepikiran tentang masa pensiun dan mempersiapkan dana pensiun. Saya pribadi banyak diminta untuk mengisi materi di kantor-kantor tentang pentingnya mempersiapkan dana pensiun.
Sementara generasi X yang sudah agak terlambat mempersiapkan dana pensiun dan cukup pasrah dengan dana pensiun yang diberikan dari kantor atau dari BPJS Ketenagakerjaan, sementara generasi milenialnya masih santai-santai saja belum punya dana pensiun.
ADVERTISEMENT
Padahal banyak dari milenial yang secara penghasilan cukup besar sehingga mereka sebenarnya sudah mampu mencicil untuk dana pensiun mereka. Bahkan karena jarak usia mereka saat ini ke pensiun masih lama sekali, sebenarnya dana pensiun yang harus dicicil dan dipersiapkan setiap bulan tidak terlalu besar bila diinvestasikan.
Tidak Bisa Konsisten
Milenial saat ini dikepung dengan berbagai macam penasaran penjualan produk dan jasa dari mulai penawaran secara konvensional bahkan sampai ke digital. Dengan adanya telpon pintar telah mengubah pola pemasaran dan penawaran produk ke konsumen. Dahulu kala, ketika Anda tidak mau boros Anda cukup tidak pergi ke mall atau pusat perbelanjaan. Anda tidak mau lihat iklan cukup matikan TV, radio atau tidak baca koran/majalah. Sekarang beda. Semua itu masuk ke dalam genggaman Anda di dalam telepon pintar anda.
ADVERTISEMENT
Akibatnya apa? Milenial kesulitan untuk bisa konsisten dalam mengelola keuangan mereka setiap bulan. Rencana yang sudah disusun bisa dengan mudah menjadi berantakan karena anda tergoda belanja secara online dengan potongan diskon sampai 70 persen dibandingkan belanja secara manual. Bujukan diskon tiket pesawat dan paket jalan-jalan yang menggiurkan tidak bisa untuk tidak dilewatkan begitu saja. Milenial kemudian tidak bisa konsisten dengan keuangan dan rencana keuangan mereka.
So milenial, mulailah belajar mengelola dan mengatur keuangan. Ke mana? Bisa melalui workshop seperti yang diselenggarakan di www.IARFCIndonesia.com
Untuk tanya jawab bisa bergabung di group telegram bernama Seputar Keuangan.