Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menutup Stigma Negatif Guru BK: dari 'Polisi Sekolah' Menjadi Sahabat Siswa
3 November 2024 20:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aiko Salsabila Fuadah M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kemampuan siswa dan sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan yang bermakna. Dalam pelaksanaan pendidikan, guru BK seringkali dianggap sebagai sosok yang menyeramkan dan suka memberi hukuman, yang mana seringkali dilabeli oleh siswa dengan istilah 'polisi sekolah.' Stigma ini muncul di kalangan masyarakat disebabkan pihak sekolah sering menyerahkan masalah-masalah pelanggaran disiplin, razia umum, menghukum, ataupun hal yang melanggar peraturan sekolah kepada guru BK. Bahkan, ada stigma lain yang menjadikan gutu BK sebagai momok yang menakutkan, seperti Tukang Potong Rambut, Penyita Barang, juga Satpam Sekolah. Namun, di samping itu semua, perlu diketahui bahwa guru BK mempunyai peran dan fungsi sangat sentral dalam pelaksaan pendidikan karakter di sekolah dan tidak terbatas pada adanya pengawasan, melainkan sebagai sahabat yang mendukung perkembangan potensi diri, kesehatan mental, serta emosional siswa. Hal ini sejalan dengan Permendikbud nomor 111/2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dari program pendidikan, merupakan upaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka mencapai perkembangan yang utuh dan optimal.
ADVERTISEMENT
Stigma yang muncul saat ini tentu saja membawa dampak negatif pada hubungan siswa dan Guru BK. Satu kesalahpahaman besar yang terjadi adalah anggapan bahwa Bimbingan dan Konseling (BK) hanya untuk siswa yang bermasalah atau melanggar peraturan sekolah. Situasi seperti ini mengakibatkan siswa yang membutuhkan bantuan merasa ragu untuk bertemu guru BK. Padahal, BK ada untuk semua siswa bukan hanya untuk siswa yang mengalami kesulitan. Dengan menjalin hubungan yang lebih dekat guru BK, siswa dapat meningkatkan perkembangan kompetensinya dalam berbagai aspek, baik dalam ranah pribadi, sosial, akademis, ataupun karir. Ketika Guru BK menjalankan perannya dengan baik, siswa akan lebih terbuka terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta mendapatkan dukungan emosional: merasa lebih termotivasi dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk merencanakan masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Guru BK seharusnya bisa menjadi sosok pendamping yang memberikan dukungan kepada seluruh siswa, baik dukungan secara emosional ataupun akademiknya. Dengan melaksanakan peran idealnya sebagai pendamping, guru BK dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan nyaman untuk berbagi tanpa merasa dihakimi, serta memberikan kemudahan untuk seluruh siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
Untuk mengubah stigma yang sering disematkan kepada guru BK ini tentu bukan hal yang mudah, tetapi sangat mungkin untuk dilakukan. Menurut saya, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kompetensi diri melalui pelatihan keterampilan atau Pendidikan lanjutan. Keterampilan yang dimiliki guru BK penting untuk mengetahui kebutuhan siswa secara mendalam dan memberikan pelayanan yang lebih holistik dan inklusif. Selain itu, guru BK perlu membangun pendekatan yang lebih interaktif dengan meluangkan waktu untuk berinteraksi di luar konteks formal melalui komunikasi sehari-hari, seperti mengajak siswa untuk mengobrol santai dan menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Ketika siswa merasa nyaman dan mendapat dukungan dari guru BK, mereka akan melihat guru BK sebagai teman untuk berbagi cerita dan guru BK ada untuk memberikan dukungan kepada siswa secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Upaya lanjutan yang dapat diterapkan oleh guru BK adalah dengan menunjukan kepribadian konselor yang menarik, ramah, serta bersahabat yang memungkinkan mereka untuk menciptakan ruang aman di mana siswa merasa nyaman untuk berbagi. BK juga harus dapat berkolaborasi dengan warga sekolah dan orang tua untuk membangun lingkungan positif yang mendukung perkembangan anak. Kolaborasi ini penting untuk membantu menciptakan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab guru BK di sekolah dan memungkinkan mendapatkan gambaran tentang kondisi siswa lebih lengkap, baik dalam lingkungan sekolah ataupun di rumah untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam aspek akademis dan sosial, sehingga stigma negatif yang diberikan kepada guru BK dapat diminimalkan dan peran ‘pendamping siswa’ lebih dapat diterima oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sudah saatnya kita mengunggah kesadaran bawa guru BK merupakan fondasi penting dalam meningkatkan mutu kualitas pendidikan, bukan hanya sosok yang dilabeli dengan stigma negatif ‘polisi sekolah,’ melainkan sebagai sahabat siswa yang peduli dan mendukung siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membantu mereka untuk menemukan solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi selama proses belajar dan kehidupan sehari-hari.
Disusun oleh: Aiko Salsabila Fuadah Margiyanto dan Prof. Andayani, M.Pd.