Ibu Pahlawan Kehidupan (Si Dermawan)

Ajeng Trisnaningtyas
Lulusan SMA N 1 Seyegan dan sedang meniti karir dibidang jurnalis Pejuang PTN Tahun angkatan 2022
Konten dari Pengguna
29 Desember 2021 10:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Trisnaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
"Bu kenapa sih masih beli dagangan mba itu, padahal dagangannya aja gak bagus dan gak fresh pula?" tanyaku dengan kesal kepada Ibu.
ADVERTISEMENT
"Ibu tidak cuma membeli dagangan mba itu, tapi juga berniat untuk sedekah. Kamu harus tau, sedekah itu gak hanya memberi dan mengasihi, yang ibu lakukan adalah melarisi dagangan mbak itu, kita tidak pernah tahu rezeki orang, tapi Ibu hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat selama sisa hidup Ibu," balas ibu dengan penuh kesabaran.
Ibuku seorang PNS, selalu hidup dengan sederhana dan apa adanya, bahkan terkadang aku menuntut agar Ibu berpakaian seperti temannya yang hedon sesekali,atau bergaya seperti orang kaya biasanya. Tapi tak pernah selalu Ibuku menjadi seorang seperti itu. Hal luar biasa yang tanpa ibuku sadari membentuk aku menjadi seorang yang lebih berharga. Menjadi lebih mensyukuri atas nikmat yang Tuhan berikan dan menjalani hidup dengan sederhana.
ADVERTISEMENT
Saat sore hari,waktu Ibuku untuk pulang dari kantornya. Sekitar pukul 17.00 harusnya Ibu sudah sampai di rumah, dengan cemas menyingkirkan pikiran buruk aku terus berusaha agar tidak terjadi apa-apa kepada Ibuku. Namun takdir Tuhan berkata lain. Ibu mengalami kecelakaan motor setelah mampir membeli sayur di kedai si Mba sepulangnya dari kantor. Motor Ibuku ditabrak dari arah belakang oleh motor di belakangnya, sehingga Ibuku terjatuh dan terpental beberapa meter setelahnya. Sedih namun aku tetap bersyukur Ibu tidak mengalami luka parah, hanya lecet yang cukup dalam dibagian kakinya.Ibu tidak mau dirawat di RS terdekat, nekat untuk tetap pulang dan akhirnya dijemput oleh kakakku. Setibanya di rumah aku membuatkan teh hangat
"Bu diminum tehnya, biar sedikit tenang," pintaku.
ADVERTISEMENT
"Maaf Ibu puasa, sayang sedikit lagi waktunya berbuka, nanti saja minumnya Ibu gapapa," jawab Ibu dengan tenang, sesekali mengaduh karena perih di kakinya.
Dan ya, Ibu tetap menjalankan puasa sekalipun dirinya belum pulih dari kecelakaan. Namun entah mengapa Ibu bercerita bahwa kecelakaan yang dialaminya tidak menjadi parah karena sayuran yang ibu beli sebelumnya menjadi bantalan ketika Ibuku terjatuh, hal itulah yang menyebabkannya tidak terluka terlalu parah ketika terpental waktu itu.
Dan aku sempat tak percaya akan hal itu, bagaimana bisa Tuhan begitu memberikan balasan hal baik secepat itu. Bahakan orang-orang menjenguk ibuku terus berganti setiap harinya, sampai aku sedikit kerepotan menyambut tamu karena banyak orang yang ingin menjenguk Ibuku. Saat itu aku menyadari kebaikan yang ibu tuai ternyata banyak bertabur di mana-mana. Banyak bingkisan dan uang pemberian dari orang-orang.
ADVERTISEMENT
Ketika itu aku bertanya dengan takjub kepada Ibu, "Ibu kan bukan orang kaya, bukan pula orang terpandang lalu bagaimana bisa banyak sekali orang yang datang menjenguk Ibu, Ajeng tidak menyangka buk..."
"Memang Ibu bukan orang seperti itu, tapi InsyaAllah Ibu berusaha baik kepada semua orang, yang jahat Ibu baikin, yang baik Ibu baikin, makannya kamu gaboleh pilih-pilih kalau mau berbuat baik," jawab Ibu dengan senyum
Ibuku tak selalu menuntut anaknya harus begini dan begitu, namun Ibuku langsung mencontohkan pelajaran yang berharga kepada anaknya
Perlu banyak waktu dan pikiran untuk mencerna apa yang Ibu ucapkan waktu itu. Namun sekarang aku paham arti dari kebaikan dan kedermawaan yang tak secara langsung Ibu ajarkan kepadaku.
ADVERTISEMENT
Jadilah orang baik, dan tuluslah dengan hal itu, maka Tuhan akan memberikan balasan yang mungkin lebih dari apa yang kita duga.